Part 18. Yearning

5.1K 277 6
                                        

"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"

*****

Hiashi memandangi wajah Hinata yang tampak tertidur karena pengaruh obat penenang. Hatinya benar - benar marah saat mendengar telepon dari dokter yang menangani Hinata yang mengatakan Hinata histeris dan kemudian pingsan saat mengunjungi pameran di sekolahnya. Dia makin murka saat mendengar Hinata jadi histeris dan pingsan karena bertemu dengan Naruto, bocah yang telah menodai Hinata dan menyebabkan putrinya itu tertabrak mobil sampai dua kali.

" Pemuda Namikaze itu hanya membawa kesialan bagi Hinata. Aku tidak mau Hinata menikah dengannya dan menderita karena bocah itu. Aku lebih suka melihat bocah itu membusuk di penjara untuk mempertanggung  jawabkan perbuatan bejatnya pada Hinata. Dia pantas mendapatkannya." geram Hinashi.

" Tapi bagaiman dengan anak yang dikandung Hinata? Apa kau tega melihat dia tumbuh tanpa ayahnya? " tanya istrinya sambil menangis. Dia sangat sedih membayangkan Hinata akan menjadi orang tua tunggal bagi bayinya.

" Kita akan mencarikannya suami yang lebih baik dari bocah kurang ajar itu. Aku yakin ada banyak lelaki di luar sana yang lebih layak untuk Hinata." kata Hiashi. Dia benar - benar tidak ingin putrinya itu lebih menderita lagi dengan menikah dan hidup bersama pemuda yang dianggapnya membawa sial itu.

" Tapi bagaimana tanggapan orang nanti jika kasus ini sampai ke telinga para wartawan Pa? Hinata pasti akan malu! Dia akan makin menderita Pa." tangis Nyonya Hyuga itu sambil membelai wajah putrinya itu dengan hati miris.

" Kita akan membawanya ke luar negeri hingga pemberitaan media mereda. Kalau perlu kita akan pindah dan tinggal di sana sekalian!" kata Hiashi terbakar emosi. 

Hanabi kaget mendengar rencana papanya itu. Hanabi merasa keputusan papanya itu terlalu tergesa - gesa. Dia bisa mengerti jika ayahnya itu marah saat lagi - lagi harus melihat Hinata terbaring di rumah sakit karena Naruto . Tapi kenapa papanya tidak mempertimbangkan juga kalau pemuda itulah yang berhasil menyadarkan Hinata dari komanya?

" Aku tidak setuju kalau kita harus pindah ke luar negeri Pa. Kak Hinata masih sangat lemah dan emosinya tidak stabil. Dia akan makin stress jika dia harus beradaptasi dengan lingkungan baru sementara dia sedang dalam masa awal kehamilan. Kak Hinata pasti juga memerlukan banyak energi dan kestabilan emosi untuk menyesuaikan diri dengan kehamilannya itu. Papa mau Kak Hinata makin menderita jika harus menghadapi kehamilannya tanpa ada orang yang mendampinginya. Lagipula, aku rasa Naruto juga harus ikut bertanggung jawab pada keadaan yang dihadapi Kak Hinata." kata Hanabi panjang lebar.

Kedua orang tua Hanabi itu terkejut mendengar ucapan Hanabi. Hiashi tahu ucapan putrinya itu benar tapi hatinya benar - benar tidak rela jika Hinata harus menderita lebih lama lagi.

" Aku hanya ingin Hinata menikah dan hidup bersama orang yang dicintainya dan mencintainya." ucap Hiashi sambil memandangi wajah Hinata. Hanabi lega mendengar ucapan papanya itu. 

****

Naruto sedang memandangi halaman dari jendela ruang OSIS saat Shikamaru menghampirinya. Pemuda berambut nanas itu menghela nafas melihat Naruto yang masih melamun. Pemuda pirang itu bahkan tidak menyadari kehadirannya dan masih terus memandang ke arah bangku di halte depan sekolah. Bangku tempat Hinata biasa duduk menunggu mobil jemputannya. Tapi kini bangku itu kosong. Selain Hinata, siswa lain memang tidak ada yang suka duduk di bangku itu karena hampir sepanjang hari bangku itu terpapar sinar matahari. Jadi mereka semua malas duduk di situ. Tapi entah mengapa Hinata bisa duduk dengan nyaman di bangku itu sambil menggambar. Mungkin karena rambutnya yang panjang sudah sanggup melindunginya dari sengatan sinar matahari. Atau Hinata terlalu fokus pada gambar di buku sketsanya hingga dia tidak merasakan panas sinar matahari. Kadang Naruto penasaran, apa yang digambar Hinata dalam buku sketsanya sehingga dia bisa seserius itu saat menggambar.

Paint My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang