Part 14. Seed of Love

5.1K 283 9
                                    

"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"

********

Hari itu anggota klub seni rupa minus Naruto menengok Hinata di rumah sakit. Mereka langsung terlihat sedih melihat keadaan Hinata yang hanya terbaring diam membisu di ranjang.

" Hinata. Kenapa kau belum sembuh juga. Aku kangen bisa melukis bersamamu. Kau biasanya memberiku ide untuk tema lukisanku." kata Sai.

" Iya. Kami kangen padamu Hinata. Kau adalah satu-satunya pemandangan indah yang ada di klub seni rupa. Aku benar-benar sudah lelah melihat wajah-wajah membosankan mereka." kata Kankuro yang dibalas pelototan semua anggota klub seni rupa yang lain.

" Kau pikir wajahmu yang kau gambari coreng moreng itu tidak membuat kami bosan apa?" teriak Sasori jengkel.

" Ini adalah style Kak Sasori. Style original milikku sendiri." kata Kankuro bangga yang disambut teriakan huu dari teman-temannya.

" Maaf. Kalian jangan terlalu ribut. Suara kalian bisa mengganggu pasien yang lain." nasehat Toneri. Hanabi tersenyum melihat tingkah teman-teman kakaknya itu.

" Terima kasih atas kedatangan kakak semua untuk menengok Kak Hinata. Kalian membawa suasana ceria ke sini. Aku yakin kakakku senang." kata Hanabi.

" Kami kesini bukan hanya membawa suasana ceria Hanabi. Kami kesini membawa undangan untuk Hinata. Kakakmu kami undang sebagai tamu kehormatan di acara pameran dan lelang yang kami adakan pada hari Sabtu ini. Kami sepakat mempersembahkan acara pameran dan lelang itu untuk Hinata. Kakakmu bisa datang kesana kan? Kami akan menyediakan dokter dan ambulance untuk berjaga-jaga di sekolah selama kakakmu di sana." kata Deidara.

" Tentu saja. Aku akan minta ijin agar aku bisa membawa Kak Hinata ke sana. Aku yakin Kak Hinata juga ingin melihat pameran itu." kata Hanabi bersemangat.

Hanabi ingat kata dokter untuk mencari hal yang bisa membuat Hinata sadar. Bukankah kakaknya itu suka membuat dan melihat lukisan? Siapa tahu dengan melihat pameran itu kakaknya itu bisa sadar kembali.

****

Naruto menatap pintu kelas XIc yang terbuka. Dia melihat siswa kelas itu sedang sibuk mencatat sambil mendengarkan suara Iruka sensei yang sedang menerangkan tentang teori Max Weber tentang stratifikasi sosial. Dia melihat bangku kosong di tengah kelas. Itu adalah bangku tempat duduk Hinata. Dulu gadis itu selalu tersenyum padanya saat dia lewat dan melihat ke dalam kelas. Kini bangku itu kosong. Bahkan sudah hampir dua bulan bangku itu kosong. Entah kenapa dia tiba-tiba rindu melihat senyum Hinata itu.

Naruto tersentak kaget saat matanya bertatapan dengan Sakura yang tiba-tiba melihat ke arahnya. Gadis pink itu menggerakkan dagunya ke depan seakan berkata 'ada apa' padanya. Naruto hanya tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang kepala sekolah.

Naruto berjalan keluar dari kantor kepala sekolah setelah selesai membicarakan acara pameran yang akan diadakan oleh klub senirupa. Dia berjalan melewati selasar menuju gedung barat saat dia melewati pinggir halaman belakang sekolah. Dia menatap pohon tua yang ada di sudut belakang lapangan. Pohon yang pernah dilukis oleh Hinata. Pohon itu terlihat berdiri sendirian di sudut lapangan.

" Pohon yang sedih dan kesepian ya?" Naruto tersenyum.

" Kenapa gadis itu bisa-bisanya berpikir seperti itu tentang sebuah pohon? Aneh." kata Naruto sambil memggelengkan kepalanya.

Naruto lalu berjalan memasuki kantin yang sepi karena jam pelajaran masih berlangsung. Dia membeli semangkok mie ramen lalu duduk dan mulai makan. Saat mulai mencicipi ramen itu dia langsung teringat saat dia makan ramen bersama Hinata. Dia ingat wajah Hinata memerah karena malu saat makan di hadapannya. Juga saat dia melihat sekeliling dengan wajah gugup saat semua pengunjung kantin melihat ke arahnya. Tanpa sadar Naruto tersenyum.

Paint My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang