"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"
*****
Hanabi memandang Hinata yang terbaring di ranjang rumah sakit. Semalam mamanya mendapat telpon dari rumah sakit yang mengabarkan Hinata mengalami kecelakaan di jalan di depan sekolah. Kedua orang tua Hinata langsung itu berangkat ke rumah sakit bersama Hanabi. Saat mereka tiba di rumah sakit, seorang wanita yang mengaku bernama Ueno, orang yang menabrak Hinata langsung meminta maaf pada mereka. Wanita itu berasal dari luar kota. Dia bilang minta maaf karena saat itu dia memang menyetir dalam keadaan lelah karena menyetir sendiri dari Suna hingga ke Konoha. Namun Ueno juga bilang Hinata berjalan menyeberang jalan tanpa menoleh kiri ataupun ke kanan. Gadis itu juga terlihat tidak bisa mendengar klakson yang dibunyikannya dan sama sekali tidak berusaha menghindar saat mobilnya yang sudah berusaha diremnya menabrak tubuhnya.
" Dia bahkan tidak menjerit sama sekali." kata Ueno.
" Apa kau mau bilang putriku sengaja menabrakkan dirinya?! Begitu?!" teriak Hiashi murka.
" Maaf Tuan Hyuga. Saya tidak bermaksud berkata seperti itu." kata Ueno ketakutan melihat kemarahan lelaki Hyuga itu. Lagipula siapa yang tidak takut dengan nama Hyuga? Mereka adalah keluarga konglomerat yang punya banyak perusahaan di Konoha.
" Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya atas pengobatan putri Anda, Tuan Hyuga. Itu adalah bentuk dari rasa tanggung jawab saya." kata wanita itu.
" Memang sudah seharusnya begitu Nona. Putriku adalah seorang pelukis berbakat, jika tangannya sampai cacat aku akan menuntutmu! Camkan itu!" ancam Hiashi.
Hanabi menghampiri ranjang Hinata. Dia ingin sekali memeluk dan mencium kakaknya itu tapi dia takut akan menyakiti kakaknya. Dia hanya bisa mengamati Hinata yang terbaring diam dalam tidurnya dan mungkin juga karena pengaruh obat bius pasca operasi. Dokter bilang tulang pergelangan tangannya harus dipasangi lempengan platina karena ada beberapa ruas tulangnya yang patah karena benturan akibat kecelakaan yang dialaminya. Tangan Hinata itu kemudian dipasangi gibs untuk menstabilkan pemulihannya.
Hanabi memandangi Hinata. Wajah kakaknya itu terlihat pucat. Ada kapas yang ditempel plester luka menutupi mata kanan Hinata namun masih memperlihatkan luka parut di tulang pipinya yang terlihat di bagian yang tidak tertutup kapas itu. Banyak luka yang ditutup kapas dan pester dan lecet di tangan dan kakinya yang dibiarkan terbuka dan hanya diolesi obat luka berwarna orens. Kakaknya itu benar-benar terlihat menyedihkan. Hanabi menangis sedih melihat keadaan kakaknya itu.
" Kak Hinata.." panggilnya pelan. Hanabi menangis
" Sudah Hanabi. Kakakmu akan baik-baik saja. Papamu sudah menelpon dokter tulang terbaik dari ibukota untuk menangani Kakakmu. Kau jangan khawatir ya." kata mamanya. Hanabi segera memeluk mamanya itu.
Seminggu kemudian Toneri baru bisa menjenguk Hinata karena seminggu yang lalu ayahnya tiba-tiba menjemputnya pulang ke ibu kota untuk menghadiri acara keluarga. Toneri memasuki kamar rawat Hinata. Dia melihat gadis yang sangat dicintainya itu duduk termenung sendirian di atas ranjangnya sambil memandangi langit di luar jendela. Toneri menghampiri Hinata.
" Hinata. Ini aku Toneri." ucapnya pelan.
Hinata menoleh. Toneri sangat kaget melihat wajah Hinata yang terlihat sangat pucat. Mata gadis itu menatapnya dengan tatapan kosong.
" Hinata? Kau kenapa?" tanya pemuda itu dengan perasaan cemas. Kenapa Hinata tampak begitu sedih dan menderita? Hinata tidak mungkin menjadi seperti itu hanya karena mengalami kecelakaan. Toneri yakin ada sesuatu yang telah terjadi pada gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paint My Love
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto. Naruto,Naruhina, Mrate, ooc, angst, hurt. Hinata adalah pelukis. Tapi seseorang yang penuh dendam tidak hanya mematahkan tangannya, tapi juga menghancurkan hidupnya.