Part 15. Convincing The Heart

4.7K 260 3
                                    

"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"

******

Naruto memandang wajah Shion yang sedang sibuk membaca laporan keuangan bulanan dari balik mejanya. Gadis cantik itu terlalu berkonsentrasi pada angka-angka yang tertulis di laporan yang dibacanya sehingga tidak menyadari saat Naruto mengamatinya. Naruto memandang wajah cantik gadis itu yang terlihat serius membaca laporan.  Saat Naruto melihat mata lavender gadis itu, dia langsung teringat pada mata Hinata. Mata kedua gadis itu memang punya warna yang sama. Tapi meski begitu, Naruto merasa sorot mata Hinata jauh lebih lembut dan lebih ramah dari mata gadis pirang itu. Tiba-tiba Naruto tersentak. Kenapa akhir-akhir ini dia terus ingat pada Hinata?

" Tidak mungkin. Aku tidak mungkin jatuh cinta pada Hinata kan?" gumamnya.

" Ada apa Naruto? " Suara Shion membuat Naruto terkejut .

Naruto memandang Shion yang tersenyum menggoda di depannya. Dia tahu gadis pirang itu pasti sedang mencoba menggodanya untuk bercinta dengannya. Apalagi saat dia melihat pintu ruangannya yang sudah terkunci. Benar juga. Sudah lama dia tidak melakukan 'itu'. Sebulan? Atau dua bulan? Yang pasti sejak dia memaksa Hinata malam itu, Naruto tidak pernah melakukannya dengan Shion atau gadis manapun. Mungkin saja saat ini dirinya hanya butuh seseorang untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Dan mungkin karena dia merasakan nikmat luar biasa saat bercinta dengan Hinata sehingga membuatnya terus berpikir tentang Hinata. Begitulah pikir Naruto.

Semua gadis kan sama saja, batin Naruto. Pemuda itu menatap Shion dari atas ke bawah. Shion mulai membuka seragam sailornya lalu menjatuhkannya ke lantai dengan gerakan menggoda. Gadis pirang itu lalu memutari meja lalu mendekati Naruto yang masih duduk di kursinya sambil terus mengawasi semua gerakan Shion. Naruto membiarkan gadis itu menangkup wajahnya dan mencium bibirnya. Dia memejamkan matanya untuk menikmati lumatan bibir Shion di bibirnya. Tapi tiba-tiba wajah Hinata yang memerah sambil tersenyum malu muncul di otaknya. Naruto langsung membuka mata dan mendorong wajah Shion yang sedang menciumnya.

" Hey! Ada apa Naruto? Kenapa kau mendorongku?" protes Shion. Gadis itu terlihat kesal.

" Maaf. Aku sedang lelah Shion. Mungkin lain kali saja." Naruto lalu berdiri dari kursinya lalu melangkah ke pintu. Dia lalu membuka kunci pintu lalu keluar dan meninggalkan Shion yang terlihat sangat kesal. Gadis itu segera mengambil seragamnya dan memakainya kembali sambil marah - marah.

Naruto memasuki ruang klub seni rupa. Dia segera duduk di depan lukisannya yang baru setengah jadi. Naruto memandang kursi lipat yang ada di sudut ruangan dekat jendela. Kursi itu biasa di gunakan Hinata saat menulis. Dia lalu ingat ekspresi serius Hinata saat melukis. Jika gadis itu sedang melukis atau membuat sketsa, dia akan terlihat sangat serius dan fokus. Dia tidak akan peduli pada apapun di sekitarnya. Bahkan kehadirannya yang biasanya membuat Hinata gugup dan malu-malu pun tidak akan mampu membuyarkan konsentrasi Hinata. Yah. Kecuali dia memanggil atau menyentuh gadis lavender itu.

" Lukisanmu tidak akan selesai kalau kau hanya memandangi kursi Hinata, Naruto." Suara Deidara menyadarkan Naruto dari lamunannya.

" Kak Dei. Kenapa kau belum pulang?" tanya Naruto.

" Aku kembali karena ponselku ketinggalan. " jawab Deidara.

Naruto hanya memandang seniornya itu sekilas lalu kembali memandang lukisan setengah jadinya. Kalau saja Hinata ada di sini, gadis itu pasti akan memberinya saran tentang apa yang harus dilukisnya. Naruto menoleh kearah kursi lipat Hinata dan membayangkan gadis itu sedang tersenyum malu padanya. Entah kenapa hanya membayangkan senyuman Hinata saja bisa membuat Naruto merasa senang.

Paint My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang