1

5.8K 225 3
                                    

03.37 a.m

"Shit! Orang gila mana yang mengetuk pintu apartemen seseorang di jam begini?" umpat Kiera saat mendengar pintu apartemennya diketuk, bukan ini namanya digedor. Kiera melangkah keluar kamarnya menuju pintu apartemennya. Kiera membuka pintunya dan menampilkan wajah polos lelaki tidak tau diri didepannya yang hanya nyengir tanpa dosa dihadapan Kiera. Kiera mengeram kesal pada tetangga barunya ini.

"Apa! Mau apa kau jam segini, mengetuk pintu seperti orang kesetanan. Atau kau memang setan yang suka mengetuk pintu!" ungkap Kiera dengan emosi yang siap meledak.

"Oh ya? Aku pikir kau tidak bernapas lagi, bahkan untuk membuka pintu saja sangat lama" jawab lelaki itu dengan polosnya. Kiera menggeram lagi, jika saja lelaki ini adalah Cryse ataupun Kenzo ataupun Calvin pasti ia sudah menyumpah habis-habisan.

"Lalu mau apa kau kesini, wahai tetangga baru yang baik hati?" tanya Kiera dengan nada rendah penuh penekanan.

"Aku terbangun dan tak bisa tidur. Aku ingin minum latte, tapi aku tak sempat berbelanja. Apa kau punya?"

Kiera mengumpat dalam hati, hanya sebuah latte tetangga sialan ini nekat membangunkannya. Kiera memaksakan tersenyum yang sangat mengerikan menurut tetangganya. Kiera mempersilahkan tetangganya masuk.

"Namaku Dio Alviero, jika kau sangat ingin tau namaku. Kau bisa memanggil ku Dio" ucap Dio sambil meneliti ruangan apartemen milik Kiera. Besar ruangannya sama saja dengan apartemennya, hanya saja ruangan Keira didominasikan oleh warna putih-pink sedangkan ruangan Dio hitam-putih. Dio menatap Kiera yang hanya mendengus mendengar ucapan Dio, dan menyerahkan 2 bungkus latte pada Dio. Dio menatap lekat Kiera, yang berdiri didepannya.

"Kepribadianmu sangat berbeda dengan warna apartemenmu" mendengar itu Kiera menatap tajam Dio yang hanya mengangkat bahu nya acuh tak acuh.

"Waktunya pergi!" jawab Kiera semakin berapi-api menatap Dio tajam. Dio bergidik ngeri mendapatkan tatapan tajam, seumur hidupnya tidak pernah wanita menatapnya seperti itu. Biasanya wanita akan menggoda nya secara terang-terangan dengan tatapan memuja. Wanita aneh pikir Dio. Melihat Dio hanya diam Kiera mendorong tubuh Dio keluar, Kiera menyentuh tepat diperut sixpack milik Dio. Seperti ada sengatan listrik saat Kiera menyentuhnya membuat jantungnya berdegub kencang, sedangkan Dio mengeram karena tanpa Kiera ketahui dia telah membangkitkan hasrat Dio.

Kiera berhasil melawan deguban jantungnya dan menutup pintu sangat keras didepan Dio. Belum sempat Kiera menjauh, pintunya kembali digedor. Kiera ingin berteriak, tapi ia sadar jika ini masih tengah malam hampir pagi dan bila ia berteriak itu sama saja dia dengan lelaki sialan itu. Kiera membuka pintunya kembali, Dio berdiri tepat didepannya dengan senyum andalannya yang dapat melelehkan sebuah batu jika batu itu adalah wanita.
"Terimakasih tetangga" ucapnya tulus, lalu mengusap rambut Kiera "Tidurlah, maaf aku membangunkanmu, tetangga". Dio melangkah pergi memasuki apartemennya yang hanya berjarak 4 langkah disamping apartemen Kiera. Sedangkan Kiera masih mematung dengan debaran yang lebih dahsyat.

"Berhentilah bersikap seperti itu, aku tau kau terpesona padaku!" teriak Dio. Kiera mengerjapkan matanya dan menatap tajam Dio yang tertawa didepan apartemennya. Kiera masuk dan menghempaskan pintunya, menunjukan pada Dio bahwa ia sangat marah. Namun nyatanya setelah pintu tertutup Kiera merosot sembari mendekap jantungnya yang hampir copot.
"Tenang jantung sialan!" umpat Kiera pada dirinya sendiri, ia tau ada yang salah pada perasaannya tapi ini tidak mungkin sangkal Kiera. Lelah berdebat dengan hati dan pikirannya Kiera menutup matanya dan tertidur didepan pintu.

Disisi lain Dio mengeram kesal karena hasratnya tidak juga reda. Tetangganya yang bahkan tak Dio tahu namanya itu telah membangkitkan sesuatu yang tidak ingin ia rasakan. "Shit! Haruskah aku berendam air dingin!" ucap Dio tak dapat menahan lagi, ia bergegas masuk ke kamar mandinya dan berendam. Dio menutup mata berusaha menahan hasratnya. Dia wanita berbahaya, ungkap Dio dalam hati. Namun ia tetap tersenyum, mengingat tetangga anehnya itu yang tak terpengaruh pada pesona Dio.

Satu hal yang tak mereka sadari, mereka sama-sama menyukai latte.

Kiera dan Dio menempati apartemen lantai atas. Khusus apartemen yang dibilang sangat mewah, hanya dua apartemen lantai itu. Kiera terlebih dahulu mendapatkan kamar apartemen itu, setelah ia menguji peruntungan bermain kartu disebuah bar lantai bawah apartemennya. Awalnya ia diajak oleh Kenzo, dan tadaa dia mendapatkan hadiah dari seseorang investor karena kehebatan nya bermain kartu. Sedangkan Dio baru saja membeli apartemen itu, setelah melewati perdebatan panjang dengan ayahnya. Ayah Dio tidak ingin anaknya pergi dari rumah, tetapi karena keras kepalanya Dio berhasil keluar.

"Ayah tidak mengijinkanmu kemana-mana Dio. Kau akan tetap disini, dan menjadi Ceo dikantor ayah." tegas lelaki tua yang tak lain ayah Dio.

Dio memejamkan matanya, ia harus keluar. Ia tak bisa harus bergantung pada ayahnya. "Ayah, aku hanya memberikan 2 pilihan!" ucap Dio lalu membuka matanya, menatap ayahnya yang juga menatapnya dengan penuh selidik.

"Aku tetap disini tapi tidak bekerja pada ayah dan memulai pekerjaanku sendiri atau menjadi apa yang ayah inginkan tetapi tinggal sendiri di apartemen milik paman" ungkap Dio dengan tenang. Sedangkan ayahnya menatap Dio tak percaya. Ayah Dio mengusap wajahnya kasar, rumah besarnya akan menjadi sepi jika Dio pergi dari sini apalagi istrinya telah lama meninggal.

"Baiklah aku mengizinkan mu pergi, dengan satu syarat kau harus kembali 1 tahun lagi. Saat itu aku akan memberi mu tanggung jawab dari perusahaanku. Kau satu-satunya pewarisku." Dio membulatkan matanya senang mendengarkan pernyataan ayahnya, akhirnya ia bisa merasakan hidup tanpa pelayan ayahnya. Dio mengangguk lalu memeluk ayahnya.

******

Kiera Georzindzi

"Kurasa dari syarat yang ia ajukan, dia cukup memenuhi syarat masuk dalam kategori sekertaris yang kita cari." Ucap laki-laki itu. Sedangkan lelaki lainnya hanya mengerutkan kening tuanya, lalu tersenyum. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi baik pada hidupnya yang berhubungan dengan wanita itu.

"Aku setuju, hubungi dia sekarang dan segera buat penawaran" jawab lelaki tua itu senang.

Dilain tempat Keira terbangun dengan leher yang pegal. Ia berdiri dan menuangkan segelas air putih. Setelah sepenuhnya sadar Keira mengingat apa yang membuatnya tertidur didepan pintu. Seperti sebuah monitor kejadian malam tadi terulang dari tetangga sialannya itu mengetuk pintu, Kiera mengeretakan giginya mengingatnya. Sampai pada saat lelaki itu mengusap kepalanya lembut dengan cepat muka Kiera berubah menjadi merah padam, Kiera menggelengkan kepalanya ketika teleponnya berdering. Kiera mengangkat dan menyunggingkan senyum indahnya. Ia melompat senang setelah telepon ditutup. Perusahaan itu menerimanya satu hal yang sangat diidolakan banyak orang, semuanya seperti mimpi bagi Kiera.

Kiera bersenandung riang dibalkonnya, sembari menyiram bunga mawar pemberian ibunya. Ibunya bilang bunga itu akan menggambarkan keaadan ibunya yang jauh. Jika bunganya mekar tandanya ibunya baik-baik saja dan sebaliknya. Kiera mempercayainya, ia tidak ingin ibunya sakit oleh sebab itulah ia merawatnya bunga mawarnya dengan baik.

"Aku pikir itu tadi suara setan" Kiera menoleh pada asal suara dengan tatapan siap membunuh.

"Kau setan sesungguhnya, sialan!" jawab Kiera membalikan tubuhnya masuk kedalam apartemennya. Hancur sudah moodnya pagi ini, karena lelaki sialan itu.

"Hei kau tak sopan meninggalkan seseorang!" teriak Dio lagi. Kiera hanya menutup telinga, dan tak lama ia membuka telinga dengan deguban jantung seperti saat Dio mengusap rambutnya.

"Selamat pagi, tetanggaku yang cantik" teriak Dio lagi, setelah ia mengucapkan kata yang sama sebelumnya. Dio tersenyum senang, ia dapat membayangkan ekpresi tetangganya itu sekarang. "Dia pasti tidak lagi menutup telinganya, i know you my beauty neighbour" ucap Dio pelan, menatap balkon kosong tetangganya.

******

Vote and comment ya :)

My Shit Neighbour [Hot Mommy 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang