Dio benar-benar mematung, ia pikir ayahnya saja yang akan menunggunya ditempat ini. Pantas saja Clara mengandengnya dengan yakin saat itu. Dio menatap ayahnya dengan banyak tanya, berusaha menerka-nerka apa yang sedang dipikirkan oleh ayahnya dan apa yang akan dia perbuat selanjutnya.
"Dio apa kau hanya akan berdiri disana saja?" ucap ayah Dio membuyarkan lamunan Dio.
Dio mengerjapkan matanya lalu menatap ayahnya dan tamunya bergantian, ia juga menatap Clara yang memandanginya dengan tersenyum manis. Apa yang aka terjadi? Batin Dio, kemudian tersenyum kecil lalu melangkahkan kakinya ke meja tempat ayahnya dan tamunya berada.
"Duduklah" ucap seorang pria yang tak lain adalah ayahnya Clara.
Dio mengangguk kecil lalu menarik kursi yang ada disebelah Clara, lalu tersenyum pada Clara yang sudah terlebih dahulu menatapnya sambil tersenyum.
"Apa kabarmu Dio?" tanya ayah Clara, sambil menatap Dio dengan senang.
"Cukup baik" jawab Dio berusaha membalas senyumannya dengan tanpa paksaan.
"Kau sangat tampan sekarang" ucap ayah Clara lagi, dan Dio hanya tersenyum di ikuti oleh Clara yang juga tampak tersenyum mengiyakan ucapan ayahnya.
"Kau ingat dia Dio? Bukankah dia sangat cantik sekarang?" tanya ayah Dio pada Dio, membuat Dio tersentak lalu mengikuti arah ucapan ayahnya. Dio menatap Clara yang memang sangat cantik. Tidak! Clara sejak dulu sudah memang cantik, Dio mengakui itu karena ia juga mengagumi kecantikan gadis didepannya namun hanya sebatas kagum. Benar! Hanya sebatas kagum, tidak ada perasaan lebih dari itu sejak dulu.
"Lihatlah betapa ia terpesona sekarang" ucap ayah Dio sambil menepuk bahu Dio membuat ia tersadar lalu memalingkan wajah dari Clara yang sudah menunduk malu.
"Sepertinya kita tidak perlu menunggu terlalu lama persetujuan dari Dio" ucap ayah Clara sambil terkekeh membuat semua mata di meja itu menatapnya dengan pandangan dan pemikiran yang berbeda.
"Aku rasa juga begitu" jawab ayah Dio ikut terkekeh, sementara itu Dio mengalihkan pandangannya menatap ayahnya dengan tatapan bingung.
"Apa maksudnya ayah?" tanya Dio tidak dapat menahan rasa penasarannya lagi.
"Ayah dan ayah Clara ingin menjodohkan kalian berdua" jawab ayahnya sambil menunjuk Dio dan Clara bergantian.
Dio membulatkan matanya tidak percaya, bagaimana bisa ayahnya menjodohkannya tanpa persetujuan dari dirinya. Dio mengepalkan tangannya sekuat tenaga, ia mengalihkan pandangannya dari ayahnya agar tetap bisa terkontrol emosinya.
"Aku akan ketoilet" ucap Dio lalu pergi meninggalkan mereka yany masih asik berbicara. Sementara itu senyum di wajah Clara hilang ketika Dio melangkah menjauh pergi dari pandangannya.
"Ayah aku akan ketoilet sebentar" ucap Clara menghentikan sementara obrolan ayahnya dan ayah Dio.
Clara mengikuti petunjuk arah toilet, namun Clara mengabaikan papan toilet yang bertuliskan wanita. Clara terus berjalan sampai ia menemukan toilet bertuliskan pria. Clara menatap pintu toilet itu dengan berbagai pertimbangan, ia ingin masuk namun ia yakin jika masuk ia akan menimbulkan kegaduhan.
"Sedang apa kau?" tanya seseorang mengejutkan Clara.
Clara menatap laki-laki didepannya, tampang masih muda dengan tubuh yang tinggi melebihi dirinya walaupun ia sudah menggunakan sepatu hak tinggi. Clara meneliti baju yang digunakan laki-laki itu yang bertuliskan "Office boy". Clara mengerjapkan matanya, bagaimana bisa seorang berwajah manis walaupun tidak terlalu putih bisa bekerja hanya sebatas pesuruh seperti itu.
"Apa kau mendengarkanku nona?" tanya laki-laki itu lagi ketika melihat Clara yang hanya diam menatapnya dari ujung ke ujung dan jujur itu membuatnya sangat risih.
"Oh iya aku mendengarkanmu" ucap Clara sambil menggelengkan pelan kepalanya yang tampak terlalu banyak berpikir tentang laki-laki dihadapannya.
"Bagus, lalu apa yang kau kerjakan didepan toilet pria nona?" tanya laki-laki itu membuat Clara menatanya lalu menatap papan petunjuk toilet yang bertuliskan "pria".
"Oh tidak apa-apa" ucap Clara dengan wajah yang memerah, lalu berjalan meninggalkan laki-laki dihadapannya.
Laki-laki itu hanya mengangkat bahunya tidak tau apa yang sedang terjadi pada nona muda yang menurutnya sangat cantik.
"Boleh aku tau sesuatu?" tanya Clara sekarang dibelakang laki-laki itu, sementara laki-laki itu terperanjat kaget.
"Oh astaga" ucap laki-laki itu mengelus dadanya sambil menoleh kearah sumber suara dan mengangguk cepat.
"Siapa namamu?" tanya Clara dengan ekpresi datar yang dibuat-buat.
"Aku?" tanya laki-laki itu tidak percaya ketika Clara menanyakan namanya. Sementara itu Clara hanya mengangguk kecil.
"Namaku Daniel" ucap laki-laki itu dan hanya dapat anggukan dari Clara.
"Aku Clara" jawab Clara sambil berjalan menjauhi Daniel yang menatapnya dengan senyum kecil sehingga memunculkan lesung pipinya disebelah kiri.
***** *****
Setelah menatap Clara yang berjalan menjauhinya sampai hilang dari pandangannya, Daniel menghela napas dan terharu karena baru pertama kali menemukan gadis yang sangat cantik dan mau menyapanya seperti Clara. Daniel rasa ia perlu mengingat hal ini untuk selamanya. Daniel kemudian membuka pintu toilet pria dan terperanjat ketika melihat Dio yang sudah berdiri di belakang pintu menatapnya dengan tatapan sendu."Aaaaaaastaga" teriak Daniel kaget, sedangkan yang dihadapannya menatap Daniel dengan masam.
"Oh maafkan aku tuan" ucap Daniel lalu menepi dan mempersilahkan Dio untuk keluar dari toilet terlebih dahulu.
"Apa aku mengenalmu?" tanya Dio masih berdiri ditempat asalnya.
"Ya?" tanya Daniel balik karena ia merasa pertanyaan Dio cukup sulit tuk dipahami otaknya, alias ia sedang mencari memori tentang orang yang bertanya dihadapannya.
"Kurasa tidak" jawab Dio setelah mendengar pertanyaan balik dari Daniel. Sementara Daniel menatapnya bingung karena orang didepannya menanyakan namun menjawabnya sendiri.
"Siapa namamu?" tanya Dio lagi, seakan penasaran sekali dengan orang dihadapannya.
"Aku? Ada apa dengan dunia" ucap Daniel pada dirinya sendiri sambil terkekeh kecil karena merasa aneh orang-orang selalu bertanya namanya hari ini.
"Jawab saja" ucap Dio sedikit tinggi.
"Daniel" jawab Daniel menatap Dio dengan heran.
"Apa kau mengenal Clara?" tanya Dio masih menatap Daniel.
Daniel terdiam sebentar mengingat nama yang disebutkan oleh lawan bicaranya, seketika otaknya menerima ingatan nama itu hanyalah nona muda tadi yang juga menanyakan namanya.
"Nona muda tadi maksudmu?" tanya Daniel meyakinkan ingatannya.
"Apa dia berbaju berwarna merah maroon?" tanya Dio mendekati Daniel dengan penasaran.
"Ya" jawab Daniel sedikit mundur karena Dio semakin mendekatinya.
"Ah sialan" ucap Dio membalikkan tubuhnynya, sementara Daniel menghela napasnya lega karena Dio sudah menjauh darinya.
"Apa dia menanyakan sesuatu? Atau berbicara tentang sesuatu?" tanya Dio balik menghadap Daniel sehingga Daniel memundurkan tubuhnya sedikit dari Dio.
"Ti...tidak ada" jawab Daniel cepat.
Dio menjauhkan pandangannya dari Daniel, lalu menghela napas lega.
"Apa kau kekasihnya? Tanya Daniel sedikit penasaran, sebab ia yakin dua orang yang sama-sama menanyakan namanya ini saling mengenal.
"Bukan" jawab Dio singkat menatap Daniel kemudian pergi dari toilet menyisakan Daniel yang akan melanjutkan pekerjaannya.
**************** ******************** *************
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shit Neighbour [Hot Mommy 2]
RomancePernah bertemu tapi tidak mengenal. Saling mengagumi tapi tidak mengakui. Saling terikat tapi tidak pernah merasa. Dio Alviero dan Kiera Georzindzi pernah bertemu di masalalu, tapi tidak pernah menyadari sampai mereka mengagumi satu sama lain untuk...