Kiera melangkahkan kaki keluar dari apartemennya sambil bersenandung kecil. Ia akan berangkat kerja sebentar lagi.
"Astaga, sedang apa kau?" tanya Kiera saat terkejut melihat Dio bersender di depan pintu apartemen milik Dio.
"Menunggumu" ucap Dio sambil tersenyum, dan benar saja pipi Kiera memerah sekarang.
"Manungguku? Mengapa?" tanya Kiera bertanya dengan malu-malu.
"Kau tidak ingat? Aku mengajakmu berangkat bekerja tadi" jawab Dio lalu melangkahkan kakinya berjalah keara Kiera.
Kiera melihat Dio yang semakin dekat berjalan kearahnya, jantungnya berdebar-debar sekarang. Terlalu banyak pertanyaan dan beberapa tebakan di kepala Kiera membuat ia bisa tersipu sendiri. Kiera melihat Dio menjulurkan tangannya, ia mendongak menatap wajah Dio yang sialnya tampak mempesona dua kali lipat dari sebelnya.
"Ayo" ucap Dio, namun Kiera hanya menatapnya sambil tersenyum. Dio berdecak, ia yakin bahwa Kiera sedang tidak sadar sekarang. Dio pun berinisiatif langsung meraih tanyan Kiera dan menariknya pergi atau mereka akan terlambat bekerja sekarang.
Kiera benar-benar sangat terkejut saat tangan kokoh Dio meraihnya dan menariknya. Bukan kah Dio benar, bahwa Kiera tidak sadar tadi. Kiera melihat tangan mungilnya yang ada digenggaman Dio.
"Sangat pas" ucap Kiera tanpa sadar sambil tersenyum.
"Apa yang sangat pas?" tanya Dio menatap Kiera dengan bingung.
Kiera membulatkan matanya menatap Dio yang bingung, lalu melepaskan tangannya dari genggaman Dio.
"Itu pakaianmu hari ini terlihat sangat pas" ucap Kiera membuat alasan.
Dio tersenyum bangga dan sombong, membuat Kiera memutar matanya sekarang.
"Ayo berangkat, kita akan telat bekerja jika kau hanya tersenyum bodoh seperti itu" ucap Kiera menyindir Dio. Dio yang dari tadi tersenyum bangga, akhirnya tersadar. Dio pun membuka pintu mobilnya untuk Kiera, lalu menutupnya kembali saat Kiera sudah memasuki kedalam mobil.
Selama dalam perjalanan, Kiera dan Dio hanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Sesekali Dio melirik kearah Kiera yang hanya melihat keluar jendela tanpa melurukan lehernya.
"Apa kau tidak lelah?" tanya Dio tidak tahan lagi melihat Kiera yang menatap keluar.
"Hah?" jawab Kiera karena merasa terpanggil.
"Lehermu? Apa tidak sakit?" tanya Dio sekali lagi.
"Oh tidak juga" jawab Kiera tersenyum sambil memegang lehernya.
"Luruskan kepalamu, tidak baik selalu menatap kesamping" ucap Dio, membuat Kiera menatap kearahnya lalu mengangguk dan tersenyum.
"Oh ya, Kiera?" panggil Dio.
"Iya kenapa?" tanya Kiera sambil menatap Dio yang terlihat serius sekarang.
"Aku sepertinya tidak bisa mengantarkanmu kembali nanti" ucap Dio dengan serius menatap Kiera.
Kiera merasa tidak nyaman dengan tatapan Dio yang seperti mengasihaninya sekarang. "Tidak apa" jawab Kiera cepat berusaha menghilangkan tatapan Dio yang seperti itu.
Sayangnya Dio semakin menatapnya dengan mata yang sedih. Oh sialan! Batin Kiera.
"Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu" ucap Kiera sambil terkekeh yang dibuat-buat.
"Kau benar tidak apa-apa?" tatap Dio benar-benar serius pada Kiera.
Kiera memutar matanya. "Ya aku tidak apa! Berhentilah menatapku, dan fokuslah kedepan" ucap Kiera dengan serius. Sementara itu Dio tersadar, dan dengan cepat mengalihkan pandangan dari Kiera menjadi fokus ke depan.
"Syukurlah" gumam Dio.
"Ya kenapa?" tanya Kiera mendengar sama-samar gumaman Dio.
"Tidak apa-apa" jawab Dio dengan cepat, membuat Kiera kembali diam
Perjalanan mereka akhirnya dihiasi dengan percakapan tak kasat mata alias tidak ada percakapan yang keluar dari mulut Kiera ataupun Dio, mereka hanya diam dan diam sepanjang perjalanan.
***** *****
Dio melirik jam tangan yang melingkar ditangannya. Masih ada sekitar lima menit waktu yang tersisa untuk dapat memilih pergi atau tetap masuk kedalam restauran mewah berbintang. Ayahnya sedang menantinya di dalam restauran itu, Dio menjadi bimbang karena yakin bukan hanya ada ayahnya yang menunggunya namun sebuah persetujuam yang entah kapan ia terikat didalamnya."Kenapa kau tak masuk?" tanya seorang wanita mengejutkan Dio dari belakang.
Dio terkejut dan menoleh kearah sumber suara, ia melihat seorang wanita cantik dengan rambut lurus yang terurai dan salah satu sisi rambutnya telah ia selipkan ditelinganya. Cantik sekali, dengan gaun sabrina selutut berwarna merah maroon membalut tubuh putihnya yang ideal.
"Kenapa kau tak masuk?" tanya wanita itu sekali lagi, sambil menatap Dio dengan tatapan polos berbinar indah.
"Eh aku..ya ini aku akan masuk" jawab Dio gelagapan, tanpa ia sadari telah terpesona dengan wanita cantik dihadapannya.
"Apa kau mau masuk bersamaku?" tanya wanita cantik itu membuat Dio menatapnya bingung.
"Ah maksudku, mari kita temui ayahmu bersama" ucap wanita itu membenarkan pertanyaan sebelumnya yang ternyata semakin membuat Dio bingung.
"Apa maksudmu? Apa kita saling mengenal?" tanya Dio berusaha tidai menyinggung perasaan wanita cantik dihadapannya yang tampak sok kenal sekali dengan dia.
Wanita cantik itu tertawa mendengar pertanyaan Dio yang tampak lucu sekaligus aneh banginya. "Aku Clara, apa kau melupakanku?" jawab wanita itu membuat Dio menatapnya tak percaya.
"Clara?" tanya Dio seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Ya, aku Clara senang bertemu denganmu lagi Dio" ucap Clara lalu memeluk Dio, sementara itu Dio membulatkan matanya kaget dengan pelukan Clara namun Dio tak membalas pelukan Clara, membuat diam-diam wanita itu menghela napasnya lalu melepaskan pelukannya dan mencoba tetap tersenyum.
"Apa kau sekarang ingin masuk bersamaku?" tanya Clara sekali lagi pada Dio dan menyerahkan salah satu tangannya untuk dapat disambut oleh Dio.
Dio menatap lembutnya tangan Clara yang masih menjulurkan tangannya padanya, kemudian menatap wajah Clara yang sedang tersenyum manis padanya. Entah mengapa Dio merasa tangannya sangat berat sekali walaupun ia juga ingin menyambut uluran tangan Clara.
"Kau tak mau?" tanya Clara sedih ketika Dio hanya terdiam menatap tangannya.
"Aku mau" jawab Dio lalu menyambut uluran tangan Clara, namun Clara malah merangkul lengan Dio dengan mesra.
"Begini tidak apakan?" tanya Clara sambil tersenyum namun tak menatap wajah Dio.
Dio hanya berdehem lalu mengangguk setuju, semua mata yang melihat mereka berdua pasti mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Namun tidak bagi Dio, ia merasakan sebuah tekanan yang ingin memaksanya untuk terlepas dari rangkulan itu, Dio ingin sekali rasanya melepas tangan yang melilit lengannya.
Ketika rasa risih itu memuncak, Dio benar-benar melepaskan lengannya dari rangkulan Clara yang menurutnya menganggunya. Clara terkejut ketika Dio memaksa lengannya lepas dari tangannya.
"Apa au tidak suka?" tanya Clara menatap wajah Dio dengan sedih.
Tatapan Clara membuat Dio merasa bersalah dan serba salah, ia ingin sekali mengatakan bahwa ia risih digandeng seperti itu. Namun alih-alih berkata seperti itu Dio hanya menggeleng pelan.
"Lenganku tadi gatal" ucap Dio lalu menggaruk tangannya, sementara itu Clara tertawa mengetahui bahwa Dio bukan risih ataupun tidak suka dengan apa yang telah ia lakukan.
"Baiklah jika begitu, itu ayahmu dan ayahku" ucap Clara membuat Dio mematung.
************* *************** *********************
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shit Neighbour [Hot Mommy 2]
RomancePernah bertemu tapi tidak mengenal. Saling mengagumi tapi tidak mengakui. Saling terikat tapi tidak pernah merasa. Dio Alviero dan Kiera Georzindzi pernah bertemu di masalalu, tapi tidak pernah menyadari sampai mereka mengagumi satu sama lain untuk...