Aku menulis novel ini dengan rasa sebenarnya ku tanya dahulu kepada hatiku. Sebab, sudah siapkah aku jika pada saat menuangkannya kembali dalam bentuk cerita ini, rasa yang perlahan sudah bisa ku obati dari luka yang teramat serius dan sungguh dalam membekas, seakan - akan bisa membuat aku terluka kembali dan sudah pasti buatku susah untuk melupakannya. Oh tidak.. tidak !! aku bukan orang yang begitu mudahnya untuk merusak mood hidupku yang sekarang sudah penuh dengan kebahagiaan. Yang seperti orang orang bilang. “karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Sama seperti “karena mengingat mantan, rusaklah move on”. hahaha
Kau tau ? cinta tak akan hadir jika kau sendiri tak mengundangnya. Yah, itu terdengar lumrah, sangat sangat lumrah. Begitulah cinta yang sebenarnya. Sejauh mana engkau berangan – angan dengan kriteria calon pasanganmu, setinggi apapun khayalanmu, semua itu bakalan kalah dengan jatuh cinta yang sungguh sederhana, dengan orang yang sangat sederhana dan juga dengan cara dia mencintaimu dengan caranya sendiri.
Ini sebuah kisah nyata tentang hebatnya rasa sayang seseorang wanita terhadap laki – laki yang pernah mengajarkan dia bahwa tidak ada sesuatu hal yang indah didunia ini kecuali rasa cinta. Karna dicintai itu tidaklah lengkap tanpa ada mencintai. Rindu yang menggebu – gebu akan selalu menyiksakan batin jika tidak tersampaikan dengan orang yang dituju.
Nama yang ada di dalam ini ada yang disengajakan untuk diganti, sebab aku tidak ingin ada beberapa pihak merasa terbebani jika banyak orang tau tentang dia.
Ini kisah tentang perjalanan cinta seorang anggota polisi korp bhayangkara dan seorang polisi wanita yang tak melulu dengan di identikkan dengan kemewahan. Karna pengaruh lingkungan hidup yang sangat sederhana. tentang dia yang mengajariku arti kebahagiaan setelah berani bangkit dari keterpurukan cinta yang sebelumnya.--ooo--
Nama ku Bunga. Bunga Sorraya Koswara. Biasa dipanggil Bunga, tetapi ada juga yang memanggilku dengan sebutan ayya, yang di ambil dari kata sorraya. dan begitulah nama panjangku. Ayah ku keturunan sunda. Nenek dan Kakek ku asli orang sunda. bukan ciplakan ataupun kawean. Sangat original. tapi aku tidak tahu wajah dari nenek dan kakek. Sebab kata ibuku, waktu ayah dan ibu menikah, nenek dan kakek ku sudah meninggal. aku hanya bisa melihat fotonya yang di pajang diruang keluarga rumah kakak iparnya ibuku. Namun saat ini, masih ada om dan tante yang tinggal di sana. mereka jarang sekali pulang ke Riau. Sejak kecil ayahku pindah ke Riau dengan keluarganya. Dan disinilah ayahku bertemu dengan ibuku.
Ibuku cantik. Bahkan paling cantik diantara semua teman – temannya ketika ia masih gadis dulu dan sekarang tetap cantik. Ibu dan ayahku menikah, dan lahirlah kami. Aku anak bungsu dikeluarga. Perempuan satu - satunya. Eh, jangan fikir aku anak manja yaa meski anak bontot. Aku punya dua abang yang sayang sekali padaku. Jarak aku dan abangku dua belas tahun . Oh iya, menurut cerita ayahku, didalam darah kami masih ada mengalir darah keturunan dari Prabu Siliwangi. Yaitu dari keturunannya raden kian santang . aku tidak akan membahas jauh tentang silsilah ini. Mohon maaf saja, aku hanya sekedar tau soal itu, dan sungguh tidak pernah aku dalami soal silsilah.
Nama Koswara diambil dari nama kakek buyutku. Jadi nama itu turun temurun hingga sampai pada ponakanku dan hanya untuk anak laki - laki. Tapi kenapa nama aku juga diturunkan nama itu? sedangkan aku anak perempuan? menurut cerita ayahku dulu, sewaktu ayah masih kecil, kakek pernah bilang kalau ayahku susah untuk mendapatkan anak perempuan, namun jika nanti lahir anak perempuan dari hasil pernikahan ayah dan ibuku, maka ayahku harus memberi nama koswara dibelakang namanya. Kata kakek, anak perempuan ini tidak sepenuhnya jadi wanita tulen, di satu sisi dia ada memiliki sifat laki – laki nya yang biasa di sebut tomboy. Dan itu adalah aku. Terbukti dari cerita kakek, mungkin disebabkan ada nama Koswara itu jadi sifat tomboy ku susah untuk aku kendalikan.
Dulu ketika aku masih duduk dibangku sekolah dasar, aku jadi anak kesayangan guru. Selain cantik, baik, “itu kata teman – temanku”, bahkan aku selalu jadi juara kelas. Kamu tau aku juara berapa dari kelas satu sampai enam ?? yaaa. Aku juara dua. Tidak pernah naik dan tidak pernah juga turun. Hebat bukan?. Bisa ku bayangakan Nilai sekolah ku anjlok ketika aku masuk ke SMP yang waktu itu dikategorikan sangat terkenal dan favoritnya anak-anak. Memang aku anak Perempuan, tapi pada saat itu aku sungguh terkenal nakal. Suka bolos, suka melawan sama guru, bahkan ketika aku duduk dimeja guru, dengan santainya kaki ku taruh diatas meja dengan tampang tak berdosa. Sungguh gilaaa. seketika itu guru datang, aku lansung dijewer dan dbawa ke ruang guru BP. Namun ketika SMA, aku sudah berangsur – angsur untuk berubah, karna mungkin sudah merasa kalau aku bukan anak-anak lagi, Tapi sudah beranjak remaja.
Diakhir - akhir SMA, aku ingin sekali masuk University yang ada di Bandung. Seperti teman - teman ku yang rencana nya juga bakalan menuntut ilmu di pulau jawa. University incaran aku adalah Universitas Padjajaran. Ntah kenapa. Bukan karna faktor disebabkan oleh silsilah tadi, yaa mungkin bisa saja kan jika aku kuliah disana, aku jadi bisa lebih mendalami silsilah keturunan ayahku. Dan bisa lebih dekat juga dengan keluarga ayah yang masih ada tinggal dipulau jawa sana. Bukan, bukan karna hal itu. melainkan karna yaa suka aja dengan nama universitasnya “UNPAD”. Namun keinginanku untuk masuk di Universitas yang ada di pulau jawa harus ku urungkan dalam hati. Apalagi Universitas Padjajaran. Sebab, aku disidang oleh kedua abangku karena aku tidak di izinkan untuk kuliah jauh - jauh.
“tak boleh!”
“loh kenapa bang?.. teman - temanku banyak kok yang melanjutkan sekolahnya di pulau jawa”
“ sekolah aja masih bolos - bolos, gimana nanti disana. Pasti kamu gak bisa jaga diri. Abang bilang tak boleh yah kamu harus nurut”.
“buu” aku merengek pada ibuku yang saat itu duduk di dekatku. Ibu hanya menggelengkan kepalanya. Seolah memberi isyarat tanda bahwa dia juga tidak setuju dengan pilihanku saat itu. lalu aku hanya diam dan berusaha untuk tidak membahas itu lagi.
Namun ketika aku lulus SMA, aku langsung banting stir dan mencoba mengikuti tes kepolisian yang waktu itu pendaftaran sedang dibuka. Dengan niat dan tekat yang kuat, serta doa dari kedua orang tua dan kedua abang aku, alhamdulillah aku lulus dan mengikuti pendidikan di Sepolwan yang ada di Ciputat Jakarta Selatan. 7 bulan menjalani pendidikan, akhirnya aku lulus dengan menyandang pangkat Brigadir Polisi Dua. Setelah itu, aku kembali ke Riau ketempat aku ditugaskan.--ooo--
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Terakhir Untuk Dia
Teen FictionKisah cinta seorang polisi wanita dan polisi laki - laki sebagai abdi negara tak melulu tentang kemewahan dan kesombongan. Banyak orang mengira perjalanan cinta seorang polwan selalu dihiasi dengan hedonisme sehingga sulit untuk berteman ataupun men...