WARUNG MBA UUT

35 5 0
                                    


Seminggu berlalu kejadian aku putus dengan Riyan. dan juga sudah seminggu aku kembali ke kota rengat ditempatku kerja. Seperti biasanya ku jalani hari - hariku pasca putus dengan Riyan yang sudah lama kami jalani. Aku fikir kejadian seperti itu hanya ada di film - film, tanpa ku sadari ternyata itu terjadi pada diriku sendiri. Jangan ditanya sakitnya seperti apa, cukup aku saja yang mengalaminya, kamu jangan sampai sepertiku. Tapi jika ada diantara kamu mengalami hal sepertiku, Selamat !! kita adalah sama.
Selamat pagi kamis, semoga hari ini menjadi manis, semoga aku bisa berubah dari rasa pahit kejadian kemaren. Pagi itu aku sudah berusaha untuk bersikap baik dengan semua orang, aku seolah tidak punya masalah. Namun terkadang tidak bisa ku urungkan. Ku lihat pagi itu cuaca mendung, sama seperti hatiku saat itu. ku perkirakan sebentar lagi akan turun hujan dikota ku. Dikota yang akan ku ajak berbahagia dan mengubur kepahitan yang ku alami. Aku berjalan menuju kantin jo, dan memesan segelas kopi hitam murni tanpa gula. Aku fikir dengan segelas kopi hitam bisa menemaniku disaat cuaca mendung pagi ini. Dan sejak saat itu akupun mencintai kopi hitam. Kulirik jam tanganku menunjukkan pukul sembilan pagi. Cuaca sungguh dingin sekali. Dan aku masih menggunakan jacket hoody maroon ku.  Lalu ku lihat ponselku pun berbunyi
“selamat pagi, kami dari kantor pos cabang rengat kota. Bisa berbicara dengan mbak bunga sorayya?” aku kenal suara ini. terdengar suara Yuwan diseberang sana.
“iyaa” jawabku singkat.
“gini mbak, ada paket bucket bunga  atas nama mbak. Mau diantar kemana ya mbak?” tanya Yuwan yang saat itu menyamar menjadi kurir kantor pos.
“kasih sama mbak yang jaga indomaret aja mas”. Jawabku memelas.
“kalau mbak sendiri dimana?”
“kantin jo”.
“yasudah. Nanti saya antarkan ke petugas indomaret jl. Sultan ya. Assalamualaikum mbak. Selamat pagi”
“alaikumsalam”.
Pagi itu aku memang tidak mood. Terlihat dari caraku berbicara dengan Yuwan. Aku kembali menikmati secangkir kopi hitam. Meniup lalu memimumnya seteguk demi teguk. Tiba - tiba ku lihat Yuwan datang menghampiriku. Aku kaget, dia cepat sekali bisa datang ketempatku, dan itupun tanpaku suruh untuk datang.
“hai”
“kamu ngapain kesini?” kataku padanya
“mau ketemu kamu lah”. Jawab Yuwan padaku. Dia duduk didepanku. Dan kamipun duduk berhadap - hadapan. Aku duduk dengan menopang dagu menggunakan tangan kananku dan tentunya masih menggunakan jacket hoody, dengan wajah yang sedikit memelas.
“jaket nya bagus”
“makasih”
“boleh pinjam?”
“gak boleh !”
“ada apa?” tanya Yuwan padaku.
“enggak”.
“putus dengan Riyan?”
“hah?”
Aku terkejut mendengar Yuwan. Kenapa dia bisa tau? Padahal kan Yuwan tidak kenal dengan Riyan. Dan bahkan sebelumnya aku tidak pernah cerita Riyan padanya. Dari mana dia bisa tahu?
“Sari yang cerita” kembali Yuwan berkata padaku.
Aku sudah tidak ingin membahas soal Riyan dengan siapapun. Apalagi dengan Yuwan. Sudah tidak ada gunanya dan tidak penting lagi membahas soal dia. Aku benci Riyan !!!
“tak usah bahas dia!”
“oh, oke !!.. oh iya nanti malam aku jemput kamu”
“mau kemana?” jawabku
“jalan - jalan lah”.
Aku pun menjawab dengan bahasa tubuhku menganggukkan kepalaku.




               --ooo--



Malam itu ku lihat jam didinding kamarku menunjukkan pukul tujuh malam. Suara jangkrik terdengar jelas karna seharian tadi kota ku diguyur hujan yang lama. Dan jangkrik pun masih dengan bunyi ciri khasnya. Aku mendengar ada bunyi motor didepan rumah. Aku fikir itu hanya orang yang lewat ataupun tetangga. Tiba - tiba ponselku berbunyi
“kamu udah siap?” yang menelponku si Yuwan. Ternyata dia yang ada didepan rumahku.
“maksudnya?”
“aduh kamu lupa ya. Kan tadi aku bilang bakalan jemput kamu”
“oh iya sebentar”
Sebenarnya aku malas untuk keluar malam itu. namun karna untuk menghargai Yuwan, akupun mengiyakannya. Bergegas aku untuk berganti baju dan siap - siap pergi dengannya. Ku ingat sekali malam itu aku menggunakan baju berwarna biru muda. Dan ku lihat Yuwan menggunakan Kaos merah. Dengan menggunakan motor vixion merah milik Yuwan kami pun pergi.



Rindu Terakhir Untuk DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang