PINDAH TUGAS

30 5 0
                                    


Hari - hari selanjutnya ku jalani tanpa ada Yuwan didunia ini. Bayangan - bayangan kisah cintaku yang sangat sederhana dengan nya masih ku rasakan di dunia nyata ini. Aku pernah mengatakan sebelumnya bahwa Yuwan adalah milikku. Aku tidak ingin ada yang mengambil yuwan dariku. Aku tidak ingin ada yang memisahkan aku dengannya kecuali kematian yang melaksanakan tugasnya dengan sendiri. Yaah, sekaranglah waktu itu menjalankannya sesuai dengan skenario Tuhan yang sudah dipinta oleh setiap manusia ketika masih dalam kandungan. Kita tidak bisa menyalahkan takdir, yang bisa dilakukan hanya berdoa kepada Allah agar Yuwan ditempatkan ditempat paling indah, dan aku selalu diberikan ketabahan yang sangat luar biasa dalam menghadapi ini semua.
Malam ini tak banyak yang dapatku lakukan. Aku duduk diruang tengah sambil menyalakan teve menyetel chanel nettv. Menonton acara 86 yang ditayangkan setiap malamnya. Suara motor yang berlalu lalang didepan rumahku mengingatkan aku dengan suara motor vixion Yuwan yang dia pakai setiap kali datang kerumah. Suara handphone ku membangunkan ku dari lamunanku.
“hallo bu” sapaku pelan kepada ibuku yang menelfon saat itu.
“lagi apa nak?”
“nonton teve bu”
“kamu sehat? Kok suaranya pelan?” tanya ibuku diseberang telfon.
Aku memperbaiki suaraku “sehat kok buu. Ibu sedang apa?”
“ibu baru pulang dari nikahannya kak Sarah”
“ooo..” ku jawab singkat. Kak Sarah adalah kakak sepupu sebelah ibuku yang rumahnya tidak jauh dari rumahku disana.
“kamu boleh bersedih nak, tapi jangan terlalu larut dalam kesedihan. Yuwan pasti tidak ingin melihat kamu terpuruk seperti ini”
“iyaa buu. Aku Cuma rindu dia”
“kamu harus belajar terbiasa tanpa dia nya”
“iyaa ibu”
Satu yang selalu ku ingat kata - kata ibu apabila dia menelfonku.
Ketika kamu inginkan pertemuan, maka kamu harus siap untuk perpisahan. Karna pertemuan selalu ada perpisahan di belakangnya.

Vita yang saat itu sedang berada didapur untuk membuat mie rebus, kemudian dia datang menemaniku untuk menonton teve.
“nih, teh hangat untukmu”
“makasih Vit”
“kamu udah makan?.. mau mie rebus ku?”
“gak. Kenyang”
“yasudah. Aku makan yaa”
“iyaa”
Malam itu aku ditemani Vita menonton teve sampai larut malam. Entah jam berapa aku dibangunkan Vita untuk pindah tidur ke kamar. Sampai pagi menjelang, aku masih saja merasa sepi tanpa ada Yuwan didunia ini. Tanpa ada ucapan selamat pagi untukku lagi. Yuwan. aku rindu !!


               --ooo--



Dua bulan setelah kepergian Yuwan, aku mendapat surat pindah dari kantorku. Aku pindah ke kampar. Aku yang dulu ingin sekali dinas didekat ibu, aku yang dulu tidak ingin datang ke rengat, entah mengapa sekarang rasanya berat untuk pindah ketempat impianku dulu. Berat untuk meninggalkan Yuwan. berat untuk meninggalkan semua kebiasaanku disini. Berat untuk meninggalkan kota rengat. Tapi aku tidak bisa menolak, ini adalah perintah kedinasan yang harus ku jalani. Menjelang hari - hari kepindahanku, aku mengurus semua urusan ku disini. Semua berkas - berkas yang diperlukan dalam kepindahanku harus selesai sebelum keberangkatanku. Aku menggelar perpisahan dengan semua letting - lettingku disini. Semua rekan kerjaku memberikanku ucapan selamat dan berharap aku tetap sabar dalam segala ujian ketika aku kehilangan Yuwan. siang itu aku datang kerumah mama nya Yuwan untuk pamit. Karna besok pagi aku harus berangkat.
“mama ada Nis?” ku tanya Nisa saat aku datang kerumahnya.
“ada kak. Mama lagi tidur”
“ooh iyaa. Gak apa - apa Nis. Gak usah dibangunin dulu”
Aku dan Nisa duduk diruang tengah sambil menonton teve. Sambil mengotak atik handphoneku lihat istagram dan vlog caitlin halderman di youtube, tak lama berselang dari itu, mama keluar dari kamarnya.
“loh, Bunga... kapan datang?”
“udah dari tadi maa” aku berdiri menghampiri mama dan menyalami nya.
“maa. Bunga mau bicara. Bisa?”
“boleh nak. Mau bicara apa sayang?”
Rasanya saat itu aku senang sekali. Aku dipanggil ucapan sayang dari mama nya Yuwan. dan tapi sekaligus sedih, karna hari ini adalah hari perpisahanku dengan mama dan Nisa.
“Bunga mutasi ma, ke kampar. Besok Bunga berangkat”
Ku lihat mama terdiam tanpa kata. Bisa ku baca raut wajah mama saat mendengarkan ucapanku tadi. Dia seperti bingung sekaligus sedih. Aku bisa melihat dari pelupuk mata mama yang memberitahuku dengan linangan air matanya. Ku lihat juga Nisa yang saat itu sedang menonton teve, tiba - tiba dia mute- kan siaran tevenya seolah - olah dia sedang serius mendengarkan topik pembicaraanku dengan mama.
“kenapa cepat nak?”
“atas perintah pimpinan ma”.. aku terpaksa berbohong saat itu pada mama. Karna memang kepindahanku atas saran ibuku. Ibuku yang memintaku untuk secepatnya pindah. Agar aku tidak seperti orang kehilangan harap setelah kepergian Yuwan. aku mengikuti mau ibuku. Dan aku juga ingin belajar membiasakan diri tanpa Yuwan, tetapi bukan untuk melupakan Yuwan pastinya.
“kamu hati - hati disana yaa. Jangan lupain mama dan Nisa”
“iyaa maa. Pasti” mama memelukku hangat. Dan aku membalas pelukan mama. Ini pelukan pertamaku dengan mama nya Yuwan yang sangat lama. Mama seolah tak ingin melepaskan kepergianku. Aku bisa merasakan kesedihan dihati mama.


               --ooo--



Jam dinding menunjukkan pukul empat sore. Aku pamit pulang kepada mama dan Nisa. Karna hari sudah sore, mama melepaskan kepergianku saat itu. dia masih berdiri di depan pintu ketika aku pergi.
“assalamualaikum maa”
“waalaikumsalam”

Setelah aku dari rumah mama Yuwan, aku tidak langsung pulang. Aku mengarahkan motorku menuju makam nya Yuwan. seperti hari - hari sebelumnya, setiap sore aku pasti mengunjungi makam nya Yuwan. mang Yono penjaga makam sudah kenal denganku karna setiap hari bertemu di pemakaman. Pernah sekali seminggu setelah kepergian Yuwan, aku datang ke makam, tapi sore itu hujan turun sedikit lebih deras. Mang Yono datang membawakan sebuah payung untukku agar aku tidak basah. Hari itu aku datang ke pemakaman Yuwan.
“selamat sore Bunga”
“selamat sore mang”
“mau ke makam Yuwan yaa”
“iyaa mang”
Di sisi kanan makam Yuwan aku duduk di atas tanah. Membersihkan makamnya dan menaburkan bunga serta meletakkan bucket bunga untuk mempercantik makam Yuwan.
Yuwan.. aku rindu kamu. Aku ingin jumpa Yuwan. kenapa kamu meninggalkan aku??..
Yuwan.. besok aku berangkat ke kampar. Aku tidak bisa lagi menjengukmu setiap sorenya. aku minta maaf Yuwan. tunggu aku disana.
Ku seka air mata dipipiku. Berat rasanya aku meninggalkan kota rengat, meninggalkan Yuwan disini. Tapi aku yakin disana Yuwan pasti melepaskan kepindahanku. Karna sebagai abdi negara, mutasi itu adalah hal yang biasa.
Setelah aku dari makam nya Yuwan, aku berjalan menuju keluar gerbang. Ku lihat dari jauh mang Yono sedang menyapu membersihkan pekarangan disekitar makam.
“mang.. mang” ku panggil mang Yono. Ku lihat mang Yono berjalan agak cepat menghampiriku.
“ada apa Bunga”
“mang. Mulai besok aku tidak bisa datang kesini lagi setiap sorenya”
“loh, kenapa begitu? Nanti siapa yang membersihkan makamnya Yuwan?”
“saya pindah tugas ke kampar mang.”
“ooo. Selamat yaa. Semoga semakin sukses ditempat kerja yang baru”
“iyaa. Terimakasih mang. Bunga bisa minta tolong mang?”
“apa itu?”
“tolong bersihkan makam Yuwan ya mang. Dan juga tolong doakan Yuwan juga”
“iyaa. Tentu”..
Aku mengulurkan sedikit uang untuk mang Yono karna bersedia membantuku. Ku lihat rasa kebahagiaan di raut wajahnya mang Yono ketika mendapatkan sedikit rejeki dariku. Aku senang membantu mang Yono. Karna selama ini dia sudah menemaniku ketika aku berkunjung ke makam Yuwan.
“makasih mbak”
“iyaa sama - sama mang. Saya pamit ya mang”
“iyaa. Hati - hati”
“assalamualaikum mang”
“waalaikumsalam”


                --ooo--



Hari ini pagi - pagi sekali aku bangun dari tidurku. Aku sudah siap dengan barang - barang yang akan ku bawa pulang. Sebagian barangku sudah di paketkan menggunakan expedisi. Ona, Vita dan Mala melepaskan kepergianku. Ku peluk mereka satu persatu dengan erat. Tak lupa air mataku ikut merasakan haru nya perpisahanku denga tiga wanita ini. Aku senang mempunyai orang terdekat seperti mereka. Sekali lagi, aku bersyukur pada Tuhan, karna telah menitipkan kepadaku teman seperti mereka bertiga. Aku sayang kalian Ona, Vita dan Mala. Semoga kita berjumpa lagi.

Rindu Terakhir Untuk DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang