Sore itu pertama kalinya aku pulang kekampungku setelah tujuh bulan tidak pulang. Tentunya aku senang sekali. Aku akan bertemu ibuku, bertemu kedua abangku, bertemu teman - teman sekolahku, bertemu tetanggaku dan tentunya pasti bertemu dengan Riyan yang lama tidak berjumpa dengannya. Sejak aku bertemu Yuwan dikantin jo kemaren ketika aku meminta maaf padanya, aku semakin akrab dengannya. Yah saat itu masih sebatas teman biasa atau pun rekan kerja. Seperti yang dikatakan Ona waktu itu. Dia baik. Dan bener - bener baik. Apalagi dia orang asli rengat, tentu saja dia pasti selalu bisa membantuku kapanpun aku meminta bantuan dia.
“aku nanti pulang” kataku padanya sewaktu dia datang kerumahku untuk sekedar main dan bertemu denganku.
“kapan?” dia balik bertanya
“jam lima sore nanti” jawabku
“naik?” maksudnya aku pulang dengan kenderaan apa.
“travel” jawabku sambil membuka dan memakan sepotong coklat yang dia beri padaku.
Travel di sini maksudnya adalah sebuah angkutan eksecutive dengan menggunakan armada toyota innova yang memang digunakan untuk berpergian. Jarak yang ditempuh dari rengat ke kampungku cukup jauh dan memakan waktu sekitar enam jam. Lumayan jauh dan bisa bikin pegel juga. Oiya, kamu harus tau, setiap Yuwan datang kerumahku, dia selalu membawakan sepotong coklat atau pun pisang bakar mang uya. Yang dijual ditepi jalan A yani depan gedung sejuta sungkai yang tidak jauh dari kantorku. Tanpa diminta sih, tapi itulah Yuwan. Yang selalu menunjukkan bahwa dia itu memang baik.
“malam nanti aku pengamanan konser” lanjutnya
“konser apaan? Dimana?” kataku sambil mengunyah coklat pemberiannya.
“Lirik” jawabnya. Jarak tempuh kota lirik dari rengat kira - kira satu jam. “via valen” sambungnya.
“wah seru dong”
“seru apanya?”
“yaa seru aja. Biar bisa duet dengan teh via nya” jawabku ngeledeknya.
“ha ha ha ”
“ha ha ha”
Kami berdua pun tertawa.
“udah dijemput tuh” katanya. Memang mobil jemputanku sudah stanby di depan pagar rumahku. “siap - siap gih” sambungnya.
“iyaa”
Tidak lama kemudian sopirnya turun. “permisi mbak, yang mau berangkat ke pekanbaru yaa?” tanya sopirnya yang ku tafsir kira - kira masih muda.
“iya bang” jawabku.
“abang sopirnya ya? Tanya Yuwan kepada sopir travelnya.
“iyaa”
“hati - hati yaa bang. Dia makan orang loh” kata Yuwan kepada sopirnya. Dia yang dimaksud Yuwan disini adalah aku.
“enak aja. Kamu fikir aku harimau. Wleekk” jawabku sambil memukul kecil punggungnya.
“lah, kan emang iyaa. Harimau”. Dia membalas ledekanku. “Harimau kampar”
“ ha ha ha”
“ha ha ha”
Akupun bersiap - siap untuk berangkat. “udah pulang sana” kataku pada Yuwan yang waktu itu ku lihat dia sudah menghidupkan mesin motor vixion merahnya.
“iyaa. Kamu Hati - hati”..
“iyaa”--ooo--
Malam itu sekira pukul sepuluh malam aku tiba dipekanbaru. Untuk sampai dikampungku, aku harus transit dulu dipekanbaru. Karna travel cuma hanya sampai disana saja. Dan untuk sampai kekampungku aku harus menempuh waktu satu jam lagi. Dan kamu tau aku naik apa ke kampar? Pasti kamu tidak menyangka aku harus pake motor. Eits tenang. Aku tidak sendirian. Tetapi berdua dengan temanku. Namanya Sari. Aku harus menunggu dia dua jam lagi karna memang dia belum sampai di pekanbaru. Aku menunggu dia dirumah sepupuku. Pukul dua belas malam aku baru bertemu dengan sari. Dan itu memang sudah malam. Takut ? rasanya waktu itu tidak. Sebab Sari tidak penakut. Oh iya kamu harus tau temanku yang satu ini. Namanya Sari, dia temanku waktu sekolah dulu. Kami tidak satu sekolah, tetapi karna jumpa disaat kami menghadiri acara organisasi yang sama, itu sebabnya kami akrab. Dia orang yang pemberani, makanya aku dan dia berani pulang kerumah tengah malam pada waktu itu. saat itu jalanan tidak terlalu sepi. Masih banyak mobil – mobil yang lalu lalang disana. Sebab jalan itu juga merupakan jalan lintas sumatera. Dan saat itu juga belum musim begal. Satu minggu setelah kami pulang tengah malam itu, barulah aku mendapat kabar bahwa banyak terjadi pembegalan dijalanan yang kami lewati. Sebelumnya aku juga sudah memberi tahu Yuwan kalau aku sudah sampai dipekanbaru dan akan lanjut ke kampung.
“iya hati - hati” jawabnya setelah aku memberi kabar kalau aku mau lanjut ke kampar. “aku masih disini”. Maksudnya dia masih di Lirik ditempat teh Via Vallen konser.
“cantik gak?” tanyaku padanya
“apanya?”
“teh Via nya?”
“lebih cantikan juga kamu”
“ha ha ha”
“ha ha ha”
Kami berdua pun tertawa.
Aku dan Sari kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang kerumah. Diperjalanan aku menceritakan padanya tentang aku dan Yuwan. Sari orang yang baik, dia selalu mendengar ceritaku, bahkan dia tertawa lepas disaat aku menceritakannya.
Satu jam perjalanan kami pun sampai dirumah. Malam ini sari tidur dirumahku. Semua badanku terasa pegel. Rasanya besok pagi aku ingin panggil tukang pijit kerumah. Biar urat - urat dibadanku kembali normal seperti biasanya hahaha lebay. Dan tak lupa juga aku mengambil ponselku untuk sekedar memberi tahu Yuwan kalau aku sudah sampai dirumah. Dan ternyata dia juga sudah pulang. Aku ingat sekali ucapan dia yang tak pernah ku lupa sampai saat ini. “selamat tidur cantik” ucapnya padaku diujung sana. Aku senang. Sangat senang. Aku berberes dikamarku. Mencuci muka dan gosok gigi dikamar mandi yang ada dikamar tidurku, setelah selesai aku pun melihat sari sudah tidur pulas. Ku matikan lampu tidur dan hanya menghidupkan lampu kedip - kedip kecil yang ku pasang dikamarku untuk memperindah dikala malam hari. Riyan apa kabar yaa? Aku lupa belum ngabarin dia kalau aku pulang. Pasti dia seneng denger aku pulang. Ah, biarin saja. Biar jadi kejutan untuk nya. Eh ingat loh yaa, saat itu aku dengan Yuwan hanya sebatas temen. Dan saat itu aku masih punya pacar.
Oke kembali kecerita Yuwan, sebelum aku tidur aku ingat sendiri dan senyum - senyum disaat aku berantem dan baikan hingga saat ini. Dan aku kembali berkata “selamat tidur juga wan”. Berharap semoga dia mendengarku dari jauh.--ooo--
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Terakhir Untuk Dia
Teen FictionKisah cinta seorang polisi wanita dan polisi laki - laki sebagai abdi negara tak melulu tentang kemewahan dan kesombongan. Banyak orang mengira perjalanan cinta seorang polwan selalu dihiasi dengan hedonisme sehingga sulit untuk berteman ataupun men...