Aku ingat sekali siang itu dihari minggu dibulan Oktober. Musim semi telah berganti musim gugur. Daun - daun dihalaman depan rumahku banyak berjatuhan. Seakan membawa berita bahwa sebentar lagi musim hujan akan datang. Pahmi, Rio dan Ona mengajakku pergi jalan jalan kesuatu daerah di kabupaten tetangga. Yang jarak tempuhnya kira - kira tiga sampai empat jam perjalanan darat. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul tiga sore. Aku baru bangun tidur siang tiba - tiba suara cempreng si Ona berteriak memanggilku. Tuh si cerewet datang. dia datang mengajakku pergi. Sebenar nya sebelum Ona datang, aku sudah bilang ke Yuwan untuk tidak kemana - mana hari ini. Sebab rasa malas padaku begitu menyerang dengan dahsyatnya. Ona seakan memaksa ku untuk pergi. Dan akhirnya aku pun mengikuti kemauannya. Akupun bersiap - siap dan ikut dengan mereka bertiga.
Memang saat itu aku tidak memberikan kabar pada Yuwan. Sebab ku fikir tak ada masalah jika aku tidak mengabarinya. Kami berempat pun melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Ku lihat Pahmi menghidupkan tape recordernya dengan lantunan lagu Charlie puth "dont talk animore". Ku pandang keluar jendela banyak sawah terbentang indah. Ada petani yang sibuk membajak sawah. Seperti nya musim panen masih lama. Karna padi - padi disini masih hijau. Ku lihat lagi kejendela, banyak kulit kelapa yang diletakkan dihalaman rumah - rumah warga disini. Aku bertanya - tanya, apa maksud dari ini semua ? Rio pun menjawab "katanya sih biar halamannya enggak becek kalau hujan. Sebab daerah ini rawan banjir". Dan akhirnya aku mengerti. Setelah menempuh waktu tiga jam, kami pun sampai di tempat yang namanya waktu itu parit sembilan.
"eh mas Pahmi. Mari ikut bapak memancing udang" sambut pak Jaja yang mengenali tiga orang temanku. Ternyata Pahmi, Rio dan Ona mengenali pak Jaja.
"ayok pak ayok". Jawab Ona seperti kegirangan. "eh pak Jaja, kenalin nih teman Ona" sambung Ona kembali.
"Bunga pak" jawabku pada pak Jaja sambil bersalaman dengannya.
"cantik, seperti namanya"
"makasih"
Teman - teman ku mengajak memancing udang disana, aku pun merasa senang. Setelah kami memancing beberapa saat, banyak udang yang kami dapatkan. Lalu udang tersebut kami berikan kepada pak Jaja pemilik warung makan yang ada ditepi laut tersebut. Udang udang itu akan dimasak oleh pak Jaja dengan aneka macam menu. Gulai udang, asam pedas manis udang, goreng udang pete, udang bakar saos margarine, dan masih banyak lagi. Aku lupa menu apa saja saat itu. pokoknya masakan pak jaja mah endes he he he.--ooo--
Hari pun sudah gelap, ku lihat jam ditanganku menunjukkan pukul sembilan malam. Ku lihat ponselku ternyata sudah mati. Aku tiba - tiba ingat Yuwan. Pasti Yuwan menghubungiku akan tetapi tidak bisa. Aku cemas. Seharian ini aku tidak ada mengabarinya. Bagaimana ini ? aku khawatir dengan Yuwan,. Aku sudah tidak focus menikmati acara kami malam itu di tempat pak Jaja. Ku bisik ke Ona untuk mengajaknya segera pulang. Akhirnya setelah lama kami ditempat pak Jaja kami pun pamit pulang.
"terimakasih sudah kemari ya" kata pak Jaja pada kami berempat.
"loh pak, justru kami yang berterimakasih pada bapak" jawab Rio sambil memegang bahu pak Jaja.
"sehat selalu ya pak" kata Pahmi pada pak Jaja.
"iyaa"
"'mari pak" kataku pada pak Jaja
"hati - hati nak Bunga ".
Namun pada saat aku menuliskan buku ini, ku dengar kabar dari Rio bahwa pak Jaja sudah meninggal dunia akibat sakit yang dideritanya. Semoga saja arwah pak Jaja diterima disisi Allah swt. Amiin.
--ooo--
Diperjalanan pulang aku selalu gelisah. Pasti Yuwan dari tadi mencari - cari kemana ku pergi. Dicari dirumah tidak ada, ditelpon malah ponselku mati. Duh yaa Allah, bagaimana ini. Lalu ku lihat jam tanganku menunjukkan pukul dua belas malam. Kami baru saja sampai dirumahku. Akupun masuk kekamarku setelah teman - temanku pamit pulang kerumahnya masing - masing. aku duduk disisi kiri tempat tidurku sambil mengecas ponselku, ku dengar ada yang mengetuk pintu kamar. Ternyata Vita. Dia berjalan menuju tempat tidur untuk merebahkan tubuhnya. Dan tak lupa dia memberitahu aku bahwa tadi Yuwan datang kerumahku.
"tadi Yuwan kesini!"
"hah?"
"tuh, dia nitip itu" sambil menunjukkan sebuah bingkisan yang diletakkan diatas meja
"oh iya. makasih yaa"
"iyaa".Aku berjalan menuju meja yang ada dikamarku. Ku buka bingkisan yang dibungkus dengan plastik yang bermerek indomaret. Disaatku buka, ternyata isinya susu indomilk ultra rasa coklat kemasan gede. Aku kaget. Ini kenapa dikasih susu coklat ? maksudnya apa? Ih pasti Yuwan bercanda deh.
Lalu ku raih ponselku yang ku letakkan diatas tempat tidurku.
"hai..." sapaku pada Yuwan.
"kamu baru pulang?" tanya Yuwan padaku.
"iya." Jawabku padanya. Aku diam sebentar. "aku minta maaf tadi tidak ngabarin kamu" sambungku.
" iya.."
"kamu marah aku pergi dengan mereka?"
"tidak. Aku Cuma cemburu. Harusnya aku ikut dengan mu tadi"
Akupun senyum - senyum sendiri mendengar jawaban dari Yuwan. "eh, ini susu coklat maksudnya apa?"
"iya. Minum susu dulu sebelum tidur. Biar nanti kalau bidadari terbang, ada tenaganya" jawab Yuwan padaku.
"ih, Yuwan !!"Ya begitulah Yuwan. Dia punya banyak cara untuk membuatku senang dan bahagia. Dengan caranya yang sederhana.
"selamat tidur cantik". Ku dengar Yuwan mengucapkan itu padaku sebelum teleponnya mati.
Akupun bergegas untuk lekas tidur. Badanku terasa capek sekali. Tapi sedikit berkurang karena mengingat tingkah Yuwan yang membuatku senang. Selamat tidur juga wan kataku sambil memeluk bantal guling dan tidur nyenyak malam itu.
--ooo--
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Terakhir Untuk Dia
Teen FictionKisah cinta seorang polisi wanita dan polisi laki - laki sebagai abdi negara tak melulu tentang kemewahan dan kesombongan. Banyak orang mengira perjalanan cinta seorang polwan selalu dihiasi dengan hedonisme sehingga sulit untuk berteman ataupun men...