Di awal bulan Maret sekitar tanggal delapan yang masih ku ingat hari itu tepat hari rabu. Dalam rangka supervisi kegiatan polwan se-polda, kami harus berangkat ke Pekanbaru untuk mengikuti acara tersebut. Hari itu dimana baru satu minggu aku keluar dari rumah sakit. Sejujurnya aku masih harus melakukan istirahat yang banyak agar kesehatanku kembali pulih. Namun, aku tetap saja bersikeras untuk tetap ikut, sekalian jalan - jalan. Karna aku sudah sangat bosan dirumah saja.
Sore harinya sekira pukul lima sore kami siap - siap untuk berangkat. Ada Vita, Mala, Ona serta beberapa orang senior ku yang ku ingat waktu itu ada Tari, Nopi, Vera, Fela, dan Ines juga ikut satu mobil dengan kami.
Perjalanan dimulai. Di awal - awal perjalanan masih biasa saja. Sekitar jam tujuh malam, kami berhenti disebuah warung makan pecel lele yang terletak didekat kabupaten tetangga. Jeruk peras panah masih menjadi andalanku saat itu. karna masih dalam tahap pemulihan. Ha ha ha agak lebay ya?? Ah biar saja. Itu hidup ku!!.
Aku masih ingat pesan dokter padaku waktu dirumah sakit kemaren, aku diharuskan banyak - banyak istirahat dan tidak boleh terlalu capek. Kebayangkan, perjalanan yang ku tempuh saat itu selama lima jam. Saat itu aku kembali drop untuk kedua kalinya. Saat aku sampai ditempat penginapan, aku langsung mengambil posisi untuk istirahat hingga sampai pagi menjelang.--ooo--
Hari - hari selanjutnya masih sama. Matahari pagi mulai menunjukkan bahwa ia ada dan akan siap dengan cahaya penerangannya. Kami pada saat itu sudah siap untuk berangkat mengikuti acara supervisi polwan. Pagi itu tubuh ku kembali memberi sinyal bahwa dia kurang fit. Kepala ku menjadi pusing dan makin lama makin tak tertahankan. Badanku dingin sekali. Perutku kembali nyeri.
“kamu oke?” tanya Ona padaku yang saat itu dia sedang membereskan tas make up miliknya.
“iyaa. Mudah - mudahan”
Vita dan Mala yang saat itu melihatku dan memastikan bahwa aku baik -baik saja. Aku tersenyum pada mereka memberi jawaban bahwa benar aku masih baik - baik saja dan mampu untuk ku bertahan.--ooo--
Siang itu momen dimana seluruh korp polwan berkumpul di mako brimob Polda Riau. Banyak polisi wanita memanfaatkan bertemu dengan kerabat kerja nya dari berbagai polres. Aku melirik jam ditanganku menunjukkan pukul sembilan pagi. Panitia pelaksana sudah memberitahu agar untuk memasuki gedung untuk mengikuti acara tersebut. Aku menempati tempat duduk dikursi pojok kiri paling belakang. Sekitar enam deret kursi dari barisan pagi ujung.
Acara baru saja dimulai. Tubuhku kembali memberi sinyal bahwa aku harus istirahat. Namun demi acara tersebut, aku paksakan untuk tetap stay di tempatku. Fix !!.. aku sudah tidak tahan lagi. Ku sandarkan kepala ku dibahu Ona.
“onaaa”
“kamu kenapa?”
“aku gak kuat” aku berbicara lirih padanya dan sambi menangis menahan sakitku. Ona memelukku lalu membopong ku keluar. Dengan bantuan Ona aku berjalan menuju klinik yang ada di markas brimob saat itu. selang menunggu beberapa saat, akhirnya aku dirujuk dirumah sakit yang ada di pekanbaru. Yah. Ini rumah sakit kedua yang ku tempati.--ooo--
Sore itu ramai sekali orang - orang berada didekatku. Aku berbaring lemah ditempat tidur yang ada diruangan itu. dengan ciri khas aroma rumah sakit. Seakan aku tidak menyadari dengan semua apa yang terjadi padaku tadi. Mobil ambulan melaju mengantarkan ku kerumah sakit ini. Tubuhku terbaring lemah tak berdaya dan ditangan kananku terpasang infus. Beberapa orang perawat datang memberitahu setelah tadi dia mengambil darahku untuk sampel ternyata aku terserang tifus. Sama seperti rumah sakit yang ada direngat kemaren yang mengatakan bahwa aku memang positif terkena tifus. Dokter menyarankanku untuk bedrest total.
Hari - hari ku jalani dirumah sakit ini yang sangat membosankan. Karna disini tentunya tidak ada Yuwan yang menemaniku. Karna ini jauh dari Rengat dan disana Yuwan sedang dinas luar yang tak bisa ditinggalkan.
“disana manja gak?.. bisa makan sendiri, kan?” tanya Yuwan padaku yang saat itu menelponku.
“aku gak selera makan”
“loh kenapa? Mau lama - lama ya tidur dirumah sakit?”
“ih bukaaaan... bukan itu”
“terus kenapa gak mau makan?.. aku suka kalau kamu makan”
“iyaa iyaa. Nanti aku makan”
“sekarang dong”
“sekarang kan nelpon kamu!!”
“yasudah, ditutup saja telfon nya, biar kamu makan”
“iyaa.”
“bye”
“bye Yuwan”.--ooo--
Seminggu sudah aku dirumah sakit, aku sudah diboleh kan dokter jaga saat itu untuk pulang kerumah. Namun ibu bilang pulang nya sore karna harus menunggu bang Rahdes dulu. Karna dia pulang kerjanya baru sore hari. Menjelang sore tiba, aku menonton teve dengan ibu. Sekira pukul lima sore, bang Rahdes datang ke rumah sakit. Lalu dia langsung pergi mengurus administrasi rumah sakit. Dan Ibuku sibuk membereskan barang – barang untuk dibawa pulang. Setelah semua selesai, aku pun pulang kerumahku untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Terakhir Untuk Dia
Teen FictionKisah cinta seorang polisi wanita dan polisi laki - laki sebagai abdi negara tak melulu tentang kemewahan dan kesombongan. Banyak orang mengira perjalanan cinta seorang polwan selalu dihiasi dengan hedonisme sehingga sulit untuk berteman ataupun men...