NASI GORENG MAS AMIR

15 4 0
                                    


Malam itu cuaca sangat cerah. Ku lihat bintang bertebaran dilangit. Sebentar lagi Yuwan katanya mau datang kesini. Ngapain sih ? coba deh kita tebak. Nganter coklat? Atau susu coklat lagi? Oh iya jangan - jangan dia nganter martabak coklat kacang kesukaanku?. Yuwan juga tau martabak coklat kacang  kesukaanku milik bg Yanto yang jualan didekat lapangan hijau tempat bermain anak - anak. Tidak lama kemudian ku dengar suara motornya Yuwan. Dan dia membunyi klaksonnya. Yaah. Itu dia datang. Aku segera membuka pintu.
“hai...”
“hai...”. “yuuk”
“kemana?”
“naik angkot”
Aku melirik disekitaran rumahku. Aku heran. Mencari - cari dimana angkot yang dia maksud. Ku lihat Yuwan tertawa. Dia pasti tau aku sedang bingung mencari angkot yang dia maksud.
“bukan. motorku”..
“ha ha ha”
“ha ha ha”
“yuk”
Aku dan Yuwan pun pergi  menggunakan motor vixion miliknya keliling kota rengat.  Aku tidak tau rasanya pada saat itu. senang, lucu, gembira. Dan pengennya itu dekat Yuwan terus. Ku lihat kiri dan kanan, banyak orang berjualan dipinggir jalan.
Tak ada yang berubah dari kota rengat, masih damai dan aman dengan aktivitas masyarakat disini. Aku suka kota ini, aku suka sate madura yang berada di jalan sultan, aku suka martabak coklat kacang bg Yanto, aku suka warung mba Uut. Dan satu lagi, aku jatuh cinta dengan gerobak warung nasi goreng mas amir. Kau tahu kenapa? Karna ada kisah manis yang pernah terjadi disitu.
“Yuwan?”
“kenapa Bung Tomo”
“ih Yuwan!!”
“hahaha. Iya ada apa?”
“aku lapar”
“oke”
Segitu doang? Apa? Yuwan hanya segitu doang hanya menjawab oke saja? Baiklah. Aku faham, bersama Yuwan, aku tahan tidak makan berhari - hari bahkan berminggu - minggu asalkan hanya berdua dengan dia. Ku rangkulkan tanganku di pinggang nya, seraya merebahkan kepala dipunggung nya. Dan aku mulai memejamkan mataku sambil menikmati rintikan hujan yang mulai perlahan membasahi wajahku.
Yuwan mempercepat laju motornya, dan berhenti di dekat gerobak warung nasi goreng mas amir. Mas amir sibuk dengan gerobaknya yang sebenarnya waktu itu dia hampir mau tutup.
“loh, mas. Udah tutup ya?” kata Yuwan padanya.
“kalau kalian mau, saya buatkan dulu deh”
“oh iya boleh mas” jawab yuwan.
“dibungkus aja mas” jawabku sedikit agak menggigil.
Aku berlarian kearah sebuah halaman kantor yang aku ingat disitu dulu ada kursi kayu panjang dan bisa untuk kami berteduh.
Tubuhku sudah separoh basah oleh hujan, aku lihat Yuwan juga sepertinya begitu.  Aku duduk disamping Yuwan. Dia menggenggam tangan kanan ku dengan jemarinya.
“kamu tahu kenapa tuhan menciptakan jari - jari seperti ada celahnya?”
“kenapa?” tanyaku pada Yuwan.
“karna setiap jemari itu ada pasangannya”
“seperti tanganku dan tanganmu?”
“iyah. Kamu pintar” dia tersenyum padaku. Dan aku membalas senyumnya.
Ku lihat Yuwan melihat kearah langit, lama sekali.
“kamu lihat apa?” tanyaku heran
“hujan”
“kenapa dengan hujan?”
“bisa kah kamu menghitung setiap rintiknya?”
“ya kali aku bisa. Emg kamu bisa?”
“Bunga, tugasku bukan untuk menghitung rintikan hujan. Tapi tugasku untuk mencintaimu lebih dari ini”.
“bukannya tugas kamu itu melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat?” tanyaku pada Yuwan.
“itu juga tugas pokok kamu kan sebagai polisi wanita?”
“iyaa he he he. Siap laksanakan komandan”
Bisa aku tebak fikiran Yuwan saat itu. dia pasti sedang serius berbicara dengan ku. Aku pun terdiam dan merunduk.
“sedekat ini kita, apakah kamu masih perlu pengakuan  atas rasa cintaku?”
“Iya Yuwan aku tau”.
“kamu mau jadi bagian kekurangan ku?”
Aku terdiam. Seakan aku mencerna maksud perkataan Yuwan saat itu.
“kamu yakin ingin menikah denganku?” tanyaku padanya.
“aku yakin”
“kalau misalnya ternyata aku dijodohkan oleh orang tuaku bagaimana?”
“kan kamu bisa memilih”
“kalau misalnya aku harus memilih untuk menikah, sedangkan kamu belum siap. Gimana?”
“hemm. Saat itu aku bakalan minta ijin sama Allah, buat aku yakin menikah denganmu”
“kalau ternyata kita tidak jodoh?”
“ya namanya tidak jodoh, mau gimana lagi”
“kamu datang dipernikahan ku?”
“aku datang lah.”
“dengan pacarmu yang baru?”
“tidak. Aku datang sendiri”
“loh, kenapa?”
“saat itu aku masih jomblo”
“kenapa?”
“karna aku masih setia menunggumu”
Aku terdiam mendengar Yuwan mengatakan itu. saat itu aku merasakan bahwa duniaku hanya lah Yuwan. Hidupku hanya lah Yuwan. Aku sayang Yuwan. Sebab aku merasa nyaman dengan cara dia memperlakukan aku. Sebab dia tau cara membahagiakan aku dengan cara sesederhana.
“kamu mau janji untukku?” tanyaku pada yuwan yang saat itu aku berdiri menatap langit dan Yuwan masih duduk dikursi kayu.
“apa?”
“janji tidak akan ninggalin aku”
“aku janji”
“makasih Yuwan”.




                        --ooo--


Hujan pada malam itu tak kunjung reda. Sudah satu jam aku disitu dengan Yuwan menantikan hujan reda. Namun dia mengajakku untuk menerobos hujan untuk keliling rengat. Aku senang. Aku bisa mengalahkan keroyokan dari rintikan hujan yang deras lagi dingin pada malam ini.
“Yuwan”
“iya”
“aku suka” kataku pada Yuwan sambil memejamkan mata dan membentangkan kedua tanganku. Seakan aku sedang menampung rintikan hujan malam itu.
“sama. Aku juga suka”
“aku suka Hujan malam ini” kataku
“tapi aku suka kamu” jawab Yuwan padaku.
“terima kasih wan”

Malam itu juga aku merasa seutuhnya Yuwan adalah milikku. Tak ada orang lain yang bisa memiliki dia. Tak ada yang bisa memisahkanku dengannyaa. Baik itu Riyan ataupun Mantan pacarnya Yuwan barangkali. Tidak !! tidak ada yang boleh mengambil Yuwan dariku. Yuwan milikku, yuwan kekasihku. Dia belahan jiwaku. Bahkan, ketika belahan jiwa dipisahkan secara paksa, bisa jadi dan aku sangat yakin jiwa yang satunya akan merana dan tak bisa berbuat apa - apa untuk hidupnya selanjutnya. Jadi tolong, jangan sekali - kali pisahkan aku dengan Yuwan.  Biarlah maut yang bertindak secara kerjanya. Tapi jangan sekarang, ketika ku merasakan bahagia yang sederhana dengannya.
Hai Yuwan, kamu lihat deh... betapa indahnya kota ini untuk kita berdua bukan? Dimana hanya ada aku dan kamu yang bisa menikmati ini semua, suatu hari nanti ketika kita sudah memiliki anak yang lucu - lucu seperti yang kamu dan aku bayangkan, aku bakalan memperkenalkan indahnya masa - masa dimana Tuhan berlaku adil kepada kita, dengan mempertemukannya kamu dan aku.
Dan malam itu aku diantar kembali kerumah oleh Yuwan. Dan terlelap dengan tidur yang nyaman sambil mengingat kejadian tadi. Malam itu, Yuwan resmi menjadi milikku. Ya tuhan, aku sayang dia. Jaga dia seperti dia menjagaku dulu waktu aku lemah dirumah sakit. Aku sayang Yuwan.



                   --ooo--

Rindu Terakhir Untuk DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang