MAS PILOT

22 5 0
                                    


Hari itu ku ingat  di akhir bulan Oktober. Musim hujan sudah berlangsung. Namun saat itu aku harus berangkat ke pekanbaru dengan beberapa rekan kerjaku. Ada Ona, Mala dan Vita juga ikut bersamaku serta beberapa orang seniorku. Kami berangkat satu bus kantor. Alhamdulilah kami diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menampilkan tarian disana. Tarian yang akan kami tampilkan itu biasa disebut Tarian Rentak Bulian. Tarian ini asli dari kabupaten indragiri hulu tempatku bekerja. Oiya, sedikit kuperkenalkan tarian ini adalah tarian dari suku talang mamak. terdiri dari sembilan penari cantik dan satu orang dukun. tari ini juga sebagai tarian untuk ritual pengobatan orang suku anak dalam. Jadi kalau mau nampilin tari ini kita harus minja izin dulu sama suku anak talang ini. Nah, hari itu kami tampil di sebuah hotel ternama dipekanbaru. Namanya yang masihku ingat hotel furraya. Disana kami diberikan apresiasi atas penampilan kami. Senang banget kami tampil sukses. Sebelumnya aku sudah mengabari Yuwan soal keberangkatanku. Namun dia tidak bisa ikut dengan kami. Padahal aku berharap dia bisa datang dan menyaksikan penampilan kami pada saat itu.
“semangat yaa”
“aku ingin kamu datang”
“besok aku gak bisa. ada jadwal pengawalan”
“yasudah deh”
Itulah percakapanku dengan Yuwan kemaren sore sebelum berangkat. Aku sedikit kecewa karna Yuwan gak bisa ikut. Tapi keesokkan harinya setelah aku selesai tampil, aku mendapat kabar dari Yuwan. Dia whatsapp aku.
“kamu cantik kalau di make up”
“kamu kok bisa tau?” balasku.
aku tidak tau dari mana dia dapat fotoku. Padahal sebelumnya aku tidak mengirim apapun padanya. Pasti ini kerjaannya Ona, yang diam - diam memberitahu Yuwan. Memang Ona salah seorang temanku yang lebih tau banyak tentang kedekatanku dengan Yuwan. Ah yasudahlah. Tapi aku malu melihat fotoku yang dikirim ke Yuwan. Oh Tuhaan, malunya aku.


                    --ooo--



Sore harinya kami pun jalan - jalan keliling kota Pekanbaru. Aku ingat sekali waktu itu disebuah Mall aku bertemu dengan temanku seorang Pilot. Namanya Ikram. Aku kaget kenapa bisa bertemu dengan dia disini. Oh iya, Ikram adalah temanku. Sungguh. Dia hanya temanku.
Aku akan menceritakan sedikit tentang Ikram. Dia orang yang baik, ganteng dan sopan. Eits, gaya bicara dia yang masih medok bisa membuat aku menafsirkan kalau dia jawa tulen loh.  Pada waktu itu seorang siswa calon pilot  yang sedang menjalankan  pendidikannya disebuah bandara kecil yang ada dikabupaten Inhu dan tentunya tidak jauh dari kota rengat. Kalau sekarang ku lihat foto - foto dia di akun instagram nya, dia sudah jadi pilot garuda airbus. Jam terbangnya sudah jauh.  menjelajahi langit antar benua, sesuai dengan cita - cita dia dulu ketika masih jadi siswa pilot yang pernah dia ceritakan.  Aku kenal dengan Ikram sudah lama. Pada waktu itu aku dikenalin oleh temanku Intan. Kata Intan padaku, dia ingin tau makanan terenak yang ada dikota rengat. Jadi itu sebabnya aku dan Ikram bisa kenal. Ikram sendiri orang bekasi. dia tidak tau dengan kota rengat. Sama seperti aku. Aku juga tidak terlalu tau dengan rengat. Cuma aku bisa sedikit menjawab tentang apa saja yang ditanya Ikram padaku. Hanya sekedar yang aku tahu saja. Yaah aku rasa ikram bisa mengerti.
Aku orang yang suka membaca sesuatu hal yang belum aku ketahui, semacam ada rasa ingin tahu hal tersebut. Ada sebuah perumpamaan yang saat itu membuatku semakin penasaran. Yaa, aku masih kurang faham dengan Critical Eleven. Saat itu aku pernah menanyakan hal ini pada Ikram. Karna dia masih siswa calon pilot, setidak nya dia pasti tahu apa itu critical eleven.
“apaan sih itu?” tanya ku pada Ikram dengan gaya tubuh sangat ingin tahu.
Saat itu Ikram menjelaskan nya bahwa Critical eleven adalah waktu yang sangat singkat dan berbahaya bagi seorang pilot. Sebab pada saat itu seorang pilot di tuntut harus konsentrasi penuh dengan hal yang sedang dia lakukan. Karna pada waktu yang singkat itu peluang terjadinya pesawat jatuh atau pun hilang kendali kerap terjadi. Begitu lah Ikram menjelaskan nya pada aku dengan logat jawa nya yang masih medok.

Ku lihat jam ditanganku menunjukkan pukul dua siang. Aku dan Ikram keliling mall untuk sekedar makan dan jalan - jalan. Sekalian shopping barang yang dibutuhkan untuk keperluan sehari - hari dia di barak pilot dan tak lupa juga barang keperluanku sendiri. Tiba - tiba aku bertemu dengan teman Yuwan yang kebetulan ada disitu saat itu. langkah ku tiba - tiba berhenti . Whatt??  Itu teman Yuwan. Sedikit rasa sakit dilengan kanan ku karna aku dan orang ini beradu lengan. Saat itu aku memang lagi sibuk dengan barang belanjaanku ditangan kiri dan minuman ditangan kanan yang sedikit tumpah di bajuku. Aduh aku lupa namanya. Sampai saat ini pun aku juga lupa nama teman Yuwan tersebut. Karna aku memang tidak pernah menanyakan siapa dia pada Yuwan. Aku kaget, ku lihat dia juga kaget. Dia melihat – lihat ke arah Ikram dan kemudian kembali melihatku. Aku Cuma bisa mengucapkan kata maaf padanya, lalu aku pun pergi. Sebentar ku lirik ke belakang dia masih disitu. Aku merasa pasti nanti dia bakalan cerita tentang kejadian itu kepada Yuwan.
Aduh Yuwan. Maafin aku tidak pernah cerita tentang Ikram. Kamu pasti salah paham padaku. Bagaimana ini??



                   --ooo--


Malam ini aku pun sudah sampai dirumahku. Ku lihat ponselku. Ternyata tidak ada hal apapun yang membuatku senang. Aku tiba - tiba kefikiran pada Yuwan. Yuwan kemana? Kenapa dia tidak menghubungi ku? Apa dia marah padaku? Sebab tadi siang aku berpapasan dengan teman dia  waktu di mall ketika aku sedang dengan Ikram. Aku takut. Aku takut Yuwan marah padaku. Ku coba menelpon dia, tetapi tidak tersambung. Ponselnya pasti dimatikan. Lalu ku coba lagi berulang kali, masih saja tidak bisa tersambung. Fix !! Yuwan pasti marah padaku. Aduuh Yuwan, kamu salah paham padaku...



                 --ooo--

Rindu Terakhir Untuk DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang