10

1.2K 132 9
                                    

"tante..." kepala Ha Neul sedikit menyembul di sela pintu kamar Ji Hyo. "bolehkah aku masuk?"

Ji Hyo yang memainkan ponsel diatas kasur melirik Ha Neul sekilas lalu kembali menatap ponselnya. "panggil dengan benar dulu."

Ha Neul mendengus kesal. "noona, bolehkah aku masuk?"

Ji Hyo mengarahkan tangan kanannya untuk Ha Neul agar segera masuk. "ada apa?"

Ha Neul merangkul Ji Hyo. Ji Hyo yang tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan keponakannya itu hanya membalas pelukannya.

"aku rindu hyung."

"kita semua merindukannya."

"apakah hyung tidak kesini lagi?"

Ji Hyo menatap manik mata bocah laki-laki itu lembut. Maafkan Ji Hyo, ia sendiri juga tidak tahu harus menjawab apa. Ji Hyo mengusap pipi Ha Neul sendu, ia dapat melihat kerinduan di mata Ha Neul.

"kenapa kau belum tidur? Besok kau harus sekolah." Ji Hyo melepas rangkulan Ha Neul lalu mencium keningnya, "tidurlah."

Ha Neul bahkan tidak mendapatkan sesuatu yang sedikit meringankan kerinduannya. Ia hanya mengangguk lemah lalu berjalan meninggalkan kamar Ji Hyo.

Ji Hyo menoleh mendengar suara LINE nya berbunyi. Segera ia meraih ponselnya.

KimTaehyung : selamat tidur!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KimTaehyung : selamat tidur!

Ji Hyo langsung menangis. Ia benar-benar merindukan orang ini. Ji Hyo mengumpat di depan layar ponselnya, mengeluarkan segala kerinduannya yang tentu saja tidak akan terdengar oleh Taehyung.

KimTaehyung : sebentar lagi aku akan ke Lombok. Jangan berani mencoba merindukanku. Itu berat. Aku saja tidak sanggup.

Ji Hyo mengusap air matanya kasar. Biang keladi kegusaran hatinya akan kembali ke Lombok. Demi apapun! Ji Hyo merindukan pria aneh ini. Kedua bola matanya menatap foto yang dikirim Taehyung. Senyumnya, matanya, tangannya, hidungnya, semuanya! Ia merindukan semuanya yang ada di diri Taehyung! Jemari Ji Hyo mengusap layar ponselnya, kembali segaris air mata jatuh dan menetes di atas layar ponsel Ji Hyo.

KimTaehyung: syukurlah kau membacanya. Tidurlah! Jangan balas pesanku. Bye~

---

Taehyung yang membasuh telapak tangan nyonya Kim sedikit terkejut oleh kedatangan tuan Kim.

"apakah lebih baik?" tuan Kim mengecup kening nyonya Kim yang keriput itu. Nyonya Kim mengangguk pelan. Taehyung masih memfokuskan matanya ke jemari Ibunya, membasuh dengan lembut jemari yang merawatnya dari kecil itu.

"eomma, besok aku akan kembali ke Indonesia."

Tuan Kim enggan menatap anak bungsunya itu, mencoba tidak bereaksi apapun demi menjaga kondisi istrinya.

Tangan nyonya Kim bergerak pelan mengusap pipi Taehyung, "kejarlah impianmu. Eomma dan appa pasti merestui setiap langkahmu."

Taehyung menutup matanya, merasakan tangan yang sudah tidak lagi lembut itu menyentuh pipinya, refleks ia mendekap tangan keriput itu, menciumnya sekali lalu mengembalikan ke tempat semula. "sebentar lagi salah satu impianku akan terwujud, eomma harus melihatnya. Janjilah kepadaku!"

Nyonya Kim mengangguk lemah sambil mengukir senyumnya.

"siapkan segala keperluanmu untuk besok, biar aku yang menjaga eomma." Ucap tuan Kim pelan.

---

"hai! Aku Jungkook." Pria itu mengulurkan tangan kanannya ke arah Ji Hyo. Ji Hyo membalas uluran tangan itu sambil memperkenalkan dirinya. "ternyata benar kata Taehyung, kamu cantik."

Taehyung menyiku lengan Jungkook pelan. "jangan menggodanya, dia terlalu mudah memerah." Jungkook hanya memperlihatkan senyum kelincinya. "kemana yang lain?"

"ah itu.. sedang membeli beberapa minuman bersama eonni dan Ha Neul di supermarket. Duduklah. Kalian pasti lelah selama di pesawat."

Taehyung dan Jungkook merebahkan diri di sofa, yang disusul kedatangan dua gelas minuman dingin yang dibawa oleh Mbok Sri.

"bagaimana kuliahmu?"

"seperti biasanya." Ucap Ji Hyo singkat. Dasar pembohong! Jelas-jelas rutinitas Ji Hyo sangat terganggu karena ulah si penanya.

"aku sudah banyak mendengar tentangmu dari Taehyung. Maafkan temanku ini yang sering merepotkanmu." Jungkook menepuk-nepuk bahu Taehyung. Sementara yang ditepuk hanya mendengus.

"kau tidak ingin mengikuti jejak Taehyung?" Ji Hyo sedikit menggoda Jungkook. Hanya untuk mencairkan kecanggungannya yang baru kali ini bertemu teman Taehyung, sebelumnya Ji Hyo hanya mendengar cerita Taehyung tentang Jungkook.

"bolehkah?" lirikan mata Jungkook membuat Taehyung sedikit jengah, namun ia berusaha tidak menunjukkannya di depan Ji Hyo. Tidak untuk saat ini.

---

"hyung..."

"jangan paksa aku, Tae."

Taehyung membasahi bibirnya, untuk yang kesekian kalinya. Bagaimanapun caranya ia harus bisa membawa Seok Jin kembali ke Seoul, meskipun hanya untuk satu jam berada disana, itu sudah cukup baginya.

"tapi eomma.."

Seok Jin menunggu lanjutan ucapan Taehyung, namun yang ditunggu menahan kembali ucapannya. Seakan kalimat yang sudah tersusun di kepalanya menyangkut di tenggorokan.

"eomma kenapa?" Seok Jin tidak dapat menahan rasa penasarannya. Ia mendesak Taehyung untuk melanjutkan kalimatnya. "jawab aku, Tae!" kali ini ia mengguncang bahu Taehyung, agar bibir Taehyung yang menutup rapat itu dapat mengeluarkan sepatah kalimat saja yang membuat rasa penasaran Seok Jin terbalas.

"sakit."

Cengkraman pada bahu Taehyung melonggar. Mata Seok Jin berkaca. Pikirannya menerawang sosok Ibunya yang ada jauh disana, mengingat kembali memori tentang Ibunya, yang masih jelas di benak Seok Jin Ibunya masih sehat. Sangat sehat. Adiknya baru saja berbohong bukan? Bisa jadi ini hanya akal-akalan Taehyung untuk membawanya kembali ke Seoul.

"setidaknya temui eomma, walau hanya sebentar."

Seok Jin menjambak rambutnya, ia dihadapkan dengan pilihan sulit.

"lihatlah eomma, hanya melihatnya. Jangan pedulikan yang lain."

Seok Jin menggeleng lemah. Ia masih kontra dengan ucapan Taehyung.

"appa tidak akan menyakitimu, percayalah padaku."

"aku tidak bisa."

"hanya sekali hyung, kumohon. Hanya sekali."

Seok Jin mengusap wajahnya kasar. Ia memejamkan matanya, mencoba menjernihkan pikirannya yang berantakan, sambil memijat keningnya.

"apakah eomma tahu keberadaanku?"

Taehyung menggeleng. "hanya appa."

"bagaimana reaksinya?"

Taehyung menaikkan kedua bahunya, "kau bisa menduganya."

"kau tidak apa-apa?"

"jangan pedulikan aku hyung. Pedulikan eomma saat ini." Taehyung masih mendesak Seok Jin. Berharap kakaknya berhasil terbujuk olehnya.

"aku tidak bisa." Lirih Seok Jin.

"HYUNG!" Taehyung memekik. Ia harus bisa membawa orang dihadapannya ini ke Seoul. "jantung eomma bocor! Dan sudah tidak ada harapan lagi! Bahkan operasi pun hanya memiliki sedikit kemungkinan berhasil!" nafas Taehyung tercekat berulang kali mengatakan hal ini pada kakaknya. Hampir saja ia menangis kembali, "setidaknya biarkan eomma melihat anak kebanggaannya walau sedetik."

TBC

For BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang