17

2.6K 147 31
                                    

Jungkook menunduk sembari memainkan jemarinya. Kedua kakinya ia tutup rapat. Bahunya terlihat mengeras. Bibirnya ia tekan kuat-kuat. Matanya bergerak gelisah. Ia takut. Ya. Jeon Jungkook adalah seorang penakut di depan saudarinya yang satu rahim namun beda ayah.

Ia merasakan sentuhan lembut di kepalanya. "kau dan sahabatmu sama saja, penakut!" Jungkook masih menunduk. matanya mulai memanas. "kemarilah! Noona ingin memelukmu."

Namun Jungkook masih bergeming. Ia terlalu takut untuk sekedar menaikkan pandangannya. Perlahan tubuh Jungkook yang tengah terduduk di kursi pantri di rengkuh oleh Ji Hyo. "maafkan noona yang tidak mengenalimu."

Bahu yang terlihat mengeras itu bergetar pelan. "maafkan aku yang selama ini membohongimu."

"tentu saja! Kau adik kurang ajar! Bahkan sedikitpun tidak memanggilku noona!" ia menarik cukup keras telinga Jungkook.

Jungkook mengusap telinga kanannya sambil mengusap segaris air matanya. Ia lega, kejadian yang di khawatirkan tidak terjadi. Ji Hyo menerima kedatangannya. "aku bahkan memperkenalkan diriku tanpa menggunakan nama orang lain, tidak seperti kekasih sialan noona itu, tapi noona tetap tidak mengenaliku. Menyebalkan."

Ji Hyo bertolak pinggang. Ia menonyor kepala adiknya itu. "kau fikir di dunia ini hanya dirimu yang memiliki nama Jungkook? Bahkan anggota idol grup Korea Selatan juga bernama sepertimu!"

"noona!" pekik Jungkook. Ji Hyo mengusap kembali kepala Jungkook.

---

Kota dengan penduduk yang padat, panas yang lebih menyengat ketimbang Lombok menjadi tempat untuk operasi jantung Taehyung. Seok Jin, Jungkook, dan Ji Hyo ikut menemani Taehyung. Sementara Eun Hee harus mendatangi pertemuan yang sangat penting –mengingat pertemuan itu merupakan nasib perusahaannya- di daerah Bogor dan kemungkinan akan kembali ke rumah sakit pada malam hari.

Ketiga orang itu terlihat gelisah. Terlebih Seok Jin yang sedari tadi memperhatikan jam. Setelah menunggu sekitar satu minggu akhirnya operasi Taehyung dapat dilaksanakan hari ini pukul 9 pagi. Dan sekarang masih ada waktu setengah jam menunggu perawat membukakan pintu dan membawa Taehyung.

Pria pucat itu menurunkan alat bantu pernafasannya, "hyung.." lirih Taehyung pelan. Seok Jin langsung menghampiri adiknya itu. "aku takut." Seok Jin mengusap rambut Taehyung, tersenyum hangat di hadapan adiknya. Cukup senyuman dari kakaknya sudah membuat kegugupan Taehyung menipis.

Suara pintu yang terbuka membuat seluruh penghuni kamar menoleh. Suasana tegang langsung merasuki semuanya. Terlebih disaat perawat membawakan kursi roda.

Setelah Taehyung berganti pakaian dengan menggunakan baju operasi berwarna biru lengkap dengan penutup kepalanya, ia digiring perawat dengan kursi roda menuju ruang operasi.

"tunggu sebentar." Tahan Taehyung. "hyung.." taehyung mengulurkan tangan kanannya dan dengan segera diraih Seok Jin. Ia menggenggam tangan yang terasa dingin itu.

"hyung, aku menyayangimu. Terima kasih atas semuanya. Sampaikan salamku kepada Eun Hee noona dan Ha Neul. Oh dan juga Mbok Sri."

Seok Jin menghapus genangan air matanya kasar, berjongkok untuk menjajarkan tubuhnya dengan Taehyung yang duduk di kursi roda. "keluarlah dari tempat ini dengan senyummu, oke?" Taehyung mengangguk. Mata Taehyung mengarah ke Ji Hyo.

"hei jelek! Matamu bengkak membuatmu semakin jelek! Aku mencintaimu." Ji Hyo mengecup kening Taehyung lamat, tanpa sadar ia meneteskan air matanya ke hidung mancung Taehyung.

"aku juga mencintaimu."

Kini Jungkook dengan hidung merahnya meninju pelan bahu Taehyung. "sialan kau! Lihatlah mata noonaku bengkak karenamu."

For BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang