9

1.1K 132 1
                                    

makasi byk yg uda sempetin vote :'*

---

"bagaimana kabarmu?" tanya Seok Jin dengan bibir yang bergetar membuat suaranya ikut bergetar. Taehyung mengerti arah pembicaraan ini. Hatinya ikut bergemuruh, matanya memanas, tenggorokannya terasa kering seketika. ia menundukkan pandangannya, ia lebih memilih menatap pasir panti yang menenggelamkan sebagian telapak kakinya. "kau sudah besar, Tae."

Taehyung memutar badannya, memunggungi kakaknya. Ia terlalu lemah saat ini. Ia tidak sanggup melihat wajah kakaknya. Bulir air mata jatuh perlahan dari kedua pasang mata kakak-beradik itu. Taehyung terduduk di atas pasir pantai. Kakinya terlalu lemas untuk menopang tubuhnya saat ini. Seok Jin meraih tubuh adiknya, merangkulnya dari belakang. Ia dapat merasakan tubuh Taehyung yang bergetar, serta nafasnya yang memendek.

"apa kau tidak merindukanku?" tanya Seok Jin lirih. Taehyung masih bungkam. Bibirnya tidak sanggup mengatakan barang satu kata pun. Isakannya semakin terdengar. "kenapa kau tinggi sekali? Apa kau tidak ingin aku katakan pendek lagi?" Taehyung semakin menundukkan wajahnya. Masker yang ia gunakan sedikit basah karena air matanya yang jatuh terus menerus terserap. "kau sangat tampan." Taehyung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Air matanya semakin tidak terkendali. "kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?"

"aku.. takut, hyung." Suara Taehyung yang berat terdengar serak. Ia mengusap kasar air mata di wajahnya, masih sesenggukan.

"lihat aku." Ucap Seok Jin juga tak kalah serak. Taehyung membalikkan tubuhnya, ia melihat mata kakaknya itu sudah sembab. "aku merindukanmu, Tae." Taehyung langsung menghamburkan tubuhnya pada kakaknya itu. ia menangis kencang, seperti anak kecil. Ia sangat merindukan kakaknya. Ia merindukan pelukan kakaknya. Ia merindukan panggilan kakaknya. Ia merindukan raga kakaknya. Ia merindukan segala hal tentang kakaknya.

"hyung, aku merindukanmu!" ia memukul punggung kakaknya lemah, tenaganya yang biasa ia pakai untuk memukul kakaknya dulu menguap entah kemana. "kumohon pulanglah, hyung!" jerit Taehyung. "pulanglah kerumah, hyung!!!" Taehyung menjerit sakit. Ia masih memukul punggung Seok Jin. Mencurahkan segala kerinduannya terhadap kakaknya selama ini.

Seok Jin membalas pukulan Taehyung dengan mengusap-usap punggung adiknya. Mencoba menenangkan Taehyung. "itu.." Seok Jin berusaha mengontrol nada bicaranya yang terasa susah karena tangisannnya. "itu, bukan rumahku lagi."

"kumohon hyung.." ia menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Seok Jin. Sementara Seok Jin sendiri hanya mengatup rahangnya keras, menahan semuanya yang sedang bergemuruh dihatinya.

"maafkan aku, Taehyung." Ia merangkul tubuh lemas adiknya. Seok Jin tidak memiliki alasan lagi untuk kembali ke Seoul. Ia telah dibuang dari sana.

---

Eun Hee menghembuskan nafasnya pasrah. "apa kalian benar-benar sepasang kekasih? Atau hanya akal-akalan kalian saja?"

Ji Hyo ikut menghembuskan nafasnya pasrah sambil bersender di sofa. "aku juga tidak tahu." Ji Hyo mendongak, menatap mata Eun Hee. "eonni.." mata Ji Hyo tergenang air mata. Ia bingung dengan pikirannya sendiri. Eun Hee merangkul Ji Hyo dengan sayang. Ia mengerti tatapan Ji Hyo, sangat mengerti. Ia hidup bersama dengannya belasan tahun.

Ji Hyo menangis tak terisak. Ia hanya meneteskan air matanya berulang kali, tanpa mengeluarkan satu kata pun. Lidahnya terlalu kelu saat ini. Eun Hee mengusap surai hitam Ji Hyo lembut. Ia terlalu memahami kondisi hati adik angkatnya. Air mata yang ditumpahkan adalah kondisi dimana cara hati berbicara disaat bibir tak sanggup lagi mengungkapkan apa yang sedang terjadi.

"jangan pernah berbohong terhadap perasanmu. Karena jika berbohong, hanya rasa sakit yang akan memberikan jawabannya." Ji Hyo merangkul Eun Hee lebih erat setelah mendengar ucapannya.

Sekitar satu jam Ji Hyo hanya menangis. Hingga akhirnya ia bersuara. "dia sudah di Seoul."

Eun Hee mengerutkan dahinya "Untuk apa?" Ji Hyo menggeleng lemas. Ia sendiri tidak tahu alasan Taehyung ke Seoul. Dirinya hanya mendapatkan kabar dari Taehyung bahwa dia sudah berada di Bandara Internasional Lombok 5 menit sebelum keberangkatannya melalui pesan singkat.

"apa Seok Jin tahu?"

"aku akan mengatakannya saat kakak pulang kerja." Ji Hyo mencoba tersenyum, namun yang terlihat malah segurat kepedihaan.

---

Hari-hari yang dilalui Ji Hyo semenjak kepergian Taehyung terasa hambar. Biasanya dia selalu bersama Ji Hyo dari awal masuk kampus, keluar kampus, bahkan di rumah pun wajah Taehyung masih mendominasi pemandangan Ji Hyo. Taehyung mengambil cuti kuliah, yang Ji Hyo sendiri tidak tahu dasar dari keputusan Taehyung tersebut. berulang kali Ji Hyo mengirimi pesan melalui LINE namun satupun tidak dibaca oleh Taehyung.

"kakak.." Ji Hyo menggantungkan kalimatnya.

"dia juga tidak mengirim pesan padaku." Seok Jin mengaduk-aduk makanannya. Sebegitu terlihat kegundahan dan merananya Ji Hyo sehingga Seok Jin langsung saja menyemburkan ucapan seperti itu?

"berulang kali Taehyung memintaku ke Seoul. Tapi, ya begitulah." Hembusan nafas Seok Jin terdengar berat.

Eun Hee menggenggam tangan Ji Hyo. "dia pasti kembali."

"baru beberapa saat aku bisa bertemu adikku, sekarang dia pergi meninggalkanku." Seok Jin tersenyum getir. "mungkin ini karmaku."

---

PLAK!!

Taehyung tersenyum remeh, untuk pertama kalinya dalam seumur hidup telapak tangan tuan Kim berhasil meninggalkan bekas merah di pipi Taehyung. "aku akan mengurus kuliahmu disini."

"appa terlalu arogan. Appa terlalu angkuh." Taehyung menatap tajam tuan Kim.

"ini demi kebaikanmu."

"tidak akan ada yang berubah. Appa tahu itu."

"kau tidak tahu apa-apa."

"bagaimana bisa appa tega memisahkan seorang adik dengan kakaknya? Terlebih seorang ibu dengan anaknya?" tatapan tajam Taehyung mulai samar-samar tergantikan dengan sedikit genangan air mata. "apakah appa tahu bagaimana perasaanku saat bertemu dengannya? Apakah appa tahu bagaimana reaksi eomma jika eomma tahu bahwa aku menemukan anaknya yang appa buang?"

"dia bukan anakku!" bentak tuan Kim. "jangan pernah kamu mencoba membuat ibumu terguncang dengan berita ini."

"apakah sekalipun appa tidak merindukan hyung?" suara Taehyung tidak bergetar sedikitpun.

"tidak!" tuan Kim membuang pandangannya dari anaknya.

"barang sedetikpun appa tidak merindukannya?"

"sudah kukatakan tidak!"

"tatap mataku appa! Katakan padaku dengan lantang bahwa appa tidak merindukan hyung!"

PLAK!!

Tamparan kedua di tempat yang sama. Tuan Kim berhasil membuat pipi Taehyung sedikit membiru.

"ah aku tahu jawabannya, appa. Terima kasih." Taehyung membungkuk hormat lalu berbalik badan, meninggalkan ayahnya sendirian di ruang kerja.

"kau mau kemana?" ucapan tuan Kim menahan langkah Taehyung tepat di ambang pintu.

"apakah appa khawatir jika aku pergi seperti hyung?" tuan Kim terdiam. Benteng yang di bangun tuan Kim dapat ditembus oleh anak bungsunya. "jangan khawatir, aku hanya menemui eomma." Taehyung hampir menutup pintu, namun kembali ia bersuara. "biarkan aku menyelesaikan segala urusanku di Indonesia terlebih dahulu, setelah itu lakukan apa yang ingin appa lakukan."


TBC

For BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang