13

1.1K 120 6
                                    

flashback on

"aku ingin bertemu kakakmu." Ucap tuan Kim lirih. "jangan menangis, Tae! Itu hanya membuatmu semakin sesak."

Taehyung mengusap kasar jejak air matanya. "appa.." Ia menggenggam tangan tuan Kim. Tangan yang dulu diingat Taehyung sangat kekar, yang mampu menggendongnya, kini nampak sangat-sangat kurus dan berkeriput. Taehyung baru menyadari betapa lelahnya tangan ini menghidupinya sehingga dapat menikmati kehidupan kelas atas, meskipun sekarang kehidupan seperti itu ditukar demi pengobatan mendiang Ibunya. Betapa berdosanya seorang Kim Taehyung yang sering membangkang ucapan ayahnya, betapa berdosanya Kim Taehyung yang sering menggerutu tentang segala aturan yang diberikan ayahnya. Betapa berdosanya Kim Taehyung yang sering membuat ayahnya marah padanya. Padahal semua yang ayahnya lakukan hanya demi dirinya, seorang Kim Taehyung yang tidak ada apa-apanya.

"maafkan aku. aku tidak bisa melakukan tugasku sebagai ayah dengan baik."

Taehyung menggeleng. Ia tidak setuju dengan ucapan itu. "appa melakukannya dengan baik!"

"kau memang mengetahuiku dengan sangat baik. Kau tahu betapa aku merindukan kakakmu, bahkan disaat aku menutupinya dengan sangat rapat."

Taehyung menggigit bibir bawahnya. Ia ingin menjerit, berteriak dengan lantang kepada Tuhan agar membuat ini hanya ada di mimpinya. Ia benar-benar ingin melakukannya.

Jangan lagi Tuhan! Kau baru saja mengambil eomma. Biarkan aku dan kakakku sedikit lebih lama bersama appa.

"apakah sangat sakit?" tanya Taehyung lirih. "apakah berbaring di ranjang rumah sakit dengan berbagai alat medis ini melelahkan?"

"sudah kukatakan berulang kali. Urusi saja dirimu."

Taehyung menutup wajahnya. Telapak tangannya basah akibat air matanya yang masih belum berhenti mengalir.

"aku hanya bertanya, appa."

"kau bertanya pada dirimu sendiri?"

flashback off

---

"masih pusing?" tanya Seok Jin khawatir.

Taehyung menggeret kopernya sembari memperbaiki masker putihnya. "sedikit." Seok Jin mengambil alih koper Taehyung dan menggeretnya bersama dengan koper miliknya. Taehyung menatap kakaknya lesu. "hyung.."

"diam!"

Taehyung bungkam. Ia mengikuti Seok Jin dan rombongan menuju pintu keluar bandara dan segera memasuki mobil.

"antar aku ke rumah, hyung."

"tidak! Kau harus menginap di rumahku."

"tapi Jungkook..." ucapan Taehyung terpotong lantaran terbatuk. "aku terlalu lama membiarkan Jungkook membersihkan rumah sendirian."

"Ha Neul, tolong ambilkan ponsel appa di sampingmu." Ha Neul melirik samping kirinya, mengambil ponsel ayahnya dan segera memberikan ke ayahnya. Seok Jin menelpon seseorang.

"sayang, berikan ponselmu ke Jungkook."

"malam ini menginap di rumahku saja. Kau pasti lelah, dan belum sempat merapikan rumah."

Klik! Seok Jin memutuskan panggilan teleponnya.

"puas?"

"dimana mobil mereka?" tanya Taehyung. Seok Jin menunjuk mobil di depan yang berisi istrinya beserta Jungkook dan Ji Hyo melaju dengan kecepatan yang sama dengan mobilnya.

---

Ji Hyo menutup pintu kamar yang diisi Taehyung dengan pelan. Ia merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya.

For BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang