3

1.7K 67 0
                                    

Sasniar Khumairah A'fasyah Pov

Aku terbangun dengan suara yang kurasa tidak asing lagi bagiku. Aku mencoba untuk membuka mataku perlahan. Aku melihat ruangan yang sangat asing bagiku serba putih. Dan aku mendapati dua orang laki-laki yang sedang berbincang.

Aku rasa kepalaku masih sangat sakit. Aku mencoba untuk mengingatnya tapi aku merasa sulit sekali untuk mengingatnya, nanti saja aku mengingatnya aku tidak ingin penyakitku di ketahui oleh sahabatku.

"Ehmm.."ringisku.

"Niar!!"
"Kak dia bangun kak."kata sahabatku.

"Ehmm..aku dimana?"ucapku sambil memegang kepalaku yang masih agak sakit.

"Lo di rumah sakit niar "ucapnya sambil menggenggem tanganku.

"Biarkan aku memeriksanya dulu."kata dokter itu.
"Kondisinya sudah mulai membaik sekarang."lanjut dokter yang sedang memeriksaku.

Setelah aku perhatikan sepertinya aku pernah sekali melihatnya.

"Bapak?"
"Bapak yang ku dorong tadikan? Bapak tidak apa-apa?"Basa-basiku.

"Iya, saya orang yang kamu tolong di depan sekolah tadi. Terima kasih karena telah menolong saya. jawabnya.

Aku berpura-pura untuk bertanya pada dokter itu agar uga tidak heran.

"Yasudah saya tinggal duluyah." Kata dokter itu.
"Iya dok, terima kasih."

Dokter itupun pergi meninggalkan kami, tersisa aku dan uga saja di ruangan itu

"Lo mau apa?"Tanyanya melihatku mencoba untuk bangun.

"Aku mau duduk ga" jawabku.

"Lo gak usah banyak gerak dulu, berbaring saja lo gak usah sok kuat."katanya menyuruhku untuk berbaring kembali.

"Tapi aku pengen duduk ga."

"Gak! Lo baring aja, gak usah banyak gerak dulu"

"Bantuin aku nyender aja."

"Lo Mau nyenderkan"akupun mengangguk.

"Trus ngapain lo mau bangun?"

"Trus aku harus bagaimana?

"Ya allah, gini amat sahabat gue"katanya sembari menepuk jidatnya.

"Lo gak perlu bangun niar, ranjangnya bisa dinaikin bagian kepalanya" katanya sembari menyetel ranjangnya.

"Akukan nggak tau uga." Cengirku
"Oh iya uga, kok kamu bisa akrab dengan dokter tadi?"tanyaku karena cara ngobrol mereka seperti akrab sekali.

"Oh iya. gue lupa ngasih tau lo, dokter tadi itu kakak gue, namanya fikkih."

"Oh... pantas saja dari cara kalian berbincang tadi seperti sudah sangat dekat, ternyata kalian bersaudara"

"Iya lalot"

"Aku lapor pamanku mau?"

"Ih kayak anak kecil aja main lapor." Katanya sembari menertawaiku.

Skenario Indah Dari ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang