Danial Arsalan Syahreza

76 14 19
                                    

Hari senin adalah hari yang buruk bagi sebagian murid SMA Erlangga. Apalagi hari ini adalah tahun ajaran baru. Setiap tahunnya selalu diadakan Masa Orientasi Siswa (MOS). Walaupun kegiatan ini sekarang diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang menjadikan MOS ajang balas dendam bagi para senoir.

Upacara di hari pertama masuk sekolah pasti akan berlangsung lama. Apalagi dengan adanya kegiatan MOS ini. Membuat para siswa tidak betah berlama-lama berdiri di tengah lapang. Apalagi jika pembinanya Kepala Sekolah. Beliau akan memberikan beribu-ribu wejangan pagi bagi para siswanya.

Bukannya tidak menghargai para pejuang Indonesia pada zaman penjajahan, tapi mungkin karena mental anak jaman sekarang berbeda dengan jaman dahulu. Sekarang anak-anak dimanjakan dengan berbagai macam barang elektronik yang canggih dan sekarang semuanya serba instan. Berbeda dengan dulu yang harus mencari dan membuat sendiri.

Baru setengah acara sudah banyak siswa yang bergerak gelisah. Ada yang mengipas-ngipaskan tangannya di depan muka, yang membenarkan rambut atau make up, ada yang asik mengobrol dengan teman-temannya tanpa menghiraukan wejangan Pak Kepala Sekolah, dan masih banyak lagi. Termasuk gerombolan anak laki-laki yang berbaris di paling belakang dekat dengan pohon beringin.

Mereka berbaris di barisan anak kelas 12. Penampilan mereka jauh dari kata baik. Baju yang dikeluarkan, tanpa dasi, dan di tangan kiri mereka terdapat gelang berwarna hitam bertuliskan NARAGAZ, geng yang terkenal seantreo sekolah. Bahkan diluar sekolah pun namanya sangat ditakuti oleh sekolah lain.

"Awal tahun ajaran baru ini semoga menjadi awal yang baik bagi sekolah kita. Terutama untuk para siswa yang diharapkan semangat belajar kalian ditingkatkan lagi. Untuk kelas 12, berilah contoh yang baik untuk adik-adik kalian". Kepala Sekolah memperhatikan setiap wajah anak kelas 12, "dan untuk kelas 10 serta kelas 11 jadilah pendorong bagi kakak-kakak kalian—"

Amanat dari kepala sekolah tak dihiraukan oleh para siswanya. Mungkin hanya siswa yang berbaris di bagian depan yang isinya anak-anak rajin.

"SMA Pelita bakalan diserang sama anak-anak T-Rex". Seorang cowok bertubuh tinggi dan blasteran itu berbisik kepada temannya yang berada di sebelah kanannya.

"Serius bangsat?!" pekikan tersebut membuat semua siswa menengok ke arahnya. Cowok berbadan tegap berwajah tampan ini memang tidak asing lagi di sekolah. Dia adalah Danial Arsalan Syahreza. Ketua geng NARAGAZ sekaligus pentolan di sekolah.

"Siapa itu?" Kepala Sekolah bertanya dengan intonasi yang tinggi, "maju kedepan!"

Arsal hanya mendengus sebal dan melihat teman-temannya yang memberikan cengiran tanpa dosa. Ia melangkah mendekati Kepala Sekolah. Di setiap langkahnya banyak pasang mata yang memperhatikannya.

"Kamu lagi, kamu lagi. Mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Sudah kelas 12 tapi belum bisa merubah sikap", kepala sekolah berkata setelah Arsal berdiri disampingnya.

Arsal memandang ke arah teman-temannya. Mereka terlihat sedang menahan tawa sedangkan temannya yang tadi berbisik mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf 'V'. Arsal mengacungkan jari tengahnya kepada mereka.

"Berdiri yang benar Arsal! Tawuran saja kamu bisa melakukannya tanpa mengeluh sedangkan upacara bendera yang hanya sebentar saja kamu tidak tahan. Apa seperti ini ketua geng hah? Tetap disini sampai upacara selesai". Perkataan kepala sekolah membuat Arsal berdiri tegak di tempatnya.

🔪🔪🔪

Uapacara telah usai setengah jam berlalu. Karena ini hari pertama masuk sekolah jadi kegiatan pembelajaran belum efektif membuat ketujuh cowok yang berada di kantin itu membuat suasana menjadi riuh. Siapa lagi kalau bukan pemain inti di NARAGAZ. Mereka duduk di salah satu meja dekat dengan pintu masuk. Itu adalah daerah kekuasaan mereka.

MARISELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang