You Are My
J E N D E U K I E-----
Dengan jalan tergesa-gesa gue berusaha mengejar waktu untuk sampai di bandara. Bukan tanpa sebab gue lari-lari gak jelas kayak gini, karena semalem gue tiba-tiba ditelfon sama papa yang ngotot gue harus pulang hari ini. Papa sendiri gak bilang apa-apa tentang kenapa gue harus pulang, jawabannya ketika gue tanya juga gak nyambung sama pertanyaan yang gue ajukan. Ya sudah, alhasil dengan keadaan gue setengah sadar begini gue berangkat dari Amerika menuju Indonesia.
Tak berselang lama akhirnya waktu penerbangan gue tiba.
Setelah pemandangan yang tadinya dipenuhi oleh awan, sekarang sudah berubah menjadi bandara Soekarno Hatta. Hey Jakarta, I'm back!
Sepanjang jalan gue turun dari pesawat seraya mengulum senyum tertulus gue. Melihat segalanya lagi di kenyataan. Masih membekas juga bagaimana keadaan gue saat itu ketika terakhir kali berada di bandara ini. Berbeda sekali dengan yang saat ini.
Ah ya, gue lupa kalau sekarang ini ya sekarang, dulu ya dulu. Yang lalu biarlah berlalu agar tidak terlalu membekas. Sekarang hanya perlu menatap lurus ke depan dan melanjutkan untuk menulis jurnal kehidupan.
Senyum gue di sore hari ini pudar seketika perut yang sedari tadi belum diisi oleh apapun. Entah ini sangking semangatnya atau sangking begonya gue sampai lupa memakan pengganjal tadi.
Gue menoleh ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangan gue. Jarum pendeknya mengarah ke angka 2 sedangkan jarum panjangnya ke arah 1, menandakan masih ada 15 menit lagi untuk gue bisa mengganjal makan siang hari ini.
Ssperti dulu, gue selalu mampir ke salah satu restoran di bandara ini. Gak peduli bagaimana keadaan gue, gue selalu ingin mampir kalau melewatinya saja. Bau dari luar restorannya sudah memikat gue sejak pertama kali mengetahuinya sehingga menjadikan gue ingin lagi dan lagi merasakannya.
Gue berjalan menuruti arah restoran itu berada. Karena sudah 1 tahun lamanya gue pergi, di sini sudah ada berbagai macam restoran, membuat gue kebingungan yang mana satu restoran itu. Bau dari berbagai restoran di sini sepert sama atau hanya perasaan gue doang, entahlah.
Rexy, nama restoran itu. Saat gue baru memasuki restoran itu, tiba-tiba seseorang memanggil nama gue, refleks gue menoleh dan mendapati lelaki bertubuh kekar dengan jas.
"Maaf, anda siapa?"
"Kamu Kim Jennie?"
"Ya bener saya Kim Jennie, apa urusan saya dengan anda?"
"Saya hanya menjalankan perintah untuk menjemput kamu di bandara," gue tersentak kaget dengan balasannya untuk menjemput gue.
"Lo siapa sih? Sok kenal banget pake bilang mau jemput gue segala, gue gak kenal lo siapa, jadi udah lah gue capek dengan penipuan kayak gini. Mending lo pergi deh, gue laper mau makan, bye!" Baru selangkah gue berjalan masuk ke dalam restoran, sebuah tangan lalu mencegatnya.
"Lo siapa sih?! Maksa banget, kalau gue bilang gak kenal ya berarti lo salah orang!" Celetuk gue kesal kali ini.
"Perintah adalah keharusan dan tidak bisa di langgar, jadi ayo ikut saya."
Gue ditarik paksa oleh lelaki yang terlihat seperti setengah paruh baya itu. Ia menarik gue ke arah parkiran mobil.
"Woy! Lo gue lapor ke satpam mau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Jendeukie - JENKAI
Teen Fiction[ON GOING] Berada dalam perjodohan dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, memaksa seorang Jennie untuk menghadapi beban yang tidak ia duga akan menghujami dirinya. Impian yang tinggi sayangnya berbanding terbalik dengan realitanya. 11st July