You Are My
J E N D E U K I E***
Tangan gue meraba semua benda yang ada di atas laci kamar. Mencoba mencari obat yang seharusnya sudah gue makan 3 menit yang lalu. Beberapa benda terjatuh, dan membuat kebisingan sedikit dari kamar.
Benda yang gue cari belum ketemu, gue beranalog jika obat itu ada di Jong In. Dengan langkah yang tertatih-tatih gue turun mencari Jong In di dapur. Dan benar saja, sekarang dia lagi menghangatkan susu yang mama beri tadi.
Dilihat dari caranya menghangatkan susu itu, terlihat kalau ia memang sudah lihai dalam urusan dapur. Ya walaupun Jong In cuma hangatin susu, gue mengakui kelihaiannya itu.
Tiba-tiba rasa mual gue kumat. Karena sudah berdiri di sini beberapa menit melihat Jong In, rasa pusing gue juga datang bersamaan.
"Huek." Bodoh, Jong In menoleh setelah mendengar suara ingin muntah gue.
"Kenapa kamu beranjak dari kasur? Sekarang kembali ke kamar kamu, atau rasa muntahnya bertambah."
Enggak bertambah kok, cuma udah mau muntah aja.
Sekali lagi, "Hueeekk," cairan itu akhirnya keluar dari mulut gue. Merasa lega gue tersenyum, dan senyuman gue bertambah lebar setelah melihat baju Jong In yang ternyata terkena muntahan tadi.
Gak ada respon darinya walaupun tahu kalau bajunya sudah kotor karena gue. Dia malah meneruskan mengantar gue ke kamar. Dan kemudian pergi membersihkan bajunya di wastafel yang terdapat di kamar mandi kamar.
"Maaf." Ucap gue pelan.
Jong In menoleh dengan ekspresi datarnya, kemudian pergi begitu aja.
Ah ya. Gue lupa minta obat ke Jong In. Lagi, gue beranjak dari kasur dan mencari Jong In di sekitar lantai dua rumah, walaupun gue tahu kalau Jong In bakal marah. Gue celingak-celinguk mencarinya yang entah di mana.
Langkah demi langkah gue lewati dengan pelan, "Jong In?" Gue mengedarkan mata di seluruh penjuru rumah, "Jong In?" Panggil gue sekali lagi.
"Apa kamu mau bikin saya repot?" Gue menoleh dan mendapati Jong In berdiri tegak di hadapan.
"Maaf udah bikin lo repot, gue janji ini bakal jadi yang pertama dan terakhir. Gue pergi dari kamar karena minta obat, di mana obat gue?"
Ya gue tahu gue udah bikin lo repot.
Matanya memberi isyarat menunjuk meja yang dipenuhi berbagai berkas dan satu laptop di antaranya. Yang pasti itu milik Jong In, gue udah menambah kesibukannya.
Setelah mengambil obatnya, "Oh, oke. Gue mau masuk kamar."
"Jennie."
Ini kenapa jadi deg-degan coba? Gue berbalik dan menatapnya, "Ya?"
"Kamu lupa membawa minumnya."
"Oh iya," astaga Kim Jennie! Lo kok jadi gugup sama nih om-om sih?
Tadinya sih mau balik ke dapur buat ambil minum, tapi Jong In tiba-tiba menoyorkan segelas air putih ke depan muka gue.
Gue mengambilnya lalu pergi.
Sesudah masuk ke dalam kamar, dengan cepat gue menutup pintunya dan berdiri di belakangnya, menahan malu atas tindakan gue sendiri.
Gue menghela napas panjang dan meminum obat-obat yang diambil dari Jong In tadi. Merasa sedikit baikan, gue naik ke atas kasur dan berniat menghubungi Chaeyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Jendeukie - JENKAI
Novela Juvenil[ON GOING] Berada dalam perjodohan dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, memaksa seorang Jennie untuk menghadapi beban yang tidak ia duga akan menghujami dirinya. Impian yang tinggi sayangnya berbanding terbalik dengan realitanya. 11st July