"Apa kau tahu bagaimana mencintai dengan berperan menjadi orang lain?"
-Kim Jong In-***
Flashback mode still on
Tanpa berpikir lebih panjang, dengan bergegas gue pergi dari hotel tadi dan berusaha mencari kendaraan yang bisa nganter gue ke rumah di waktu yang memang gak lazim kendaraan umum ada.
Tapi gue masih menaruh harapan kalau ada bus yang masih ada. Gue berjalan terus untuk mendapatkan kendaraan yang akan nganter gue.
Tak lama, gue melihat ada halte bus yang jaraknya cukup jauh dari hotel tadi.
Karena langkah yang begitu banyak, gue menjadi capek dan duduk disana untuk menunggu kemungkinan satu bus lewat.
Kenapa gak pesen ojol aja? Ga.
Naik ojol di jam yang segitu malemnya. Mana sendirian. Ntar kalo abang ojolnya mesum?
Gue gak bakal pesen ojol di waktu yang mungkin bakal ngebawa masalah ke gue.
Di jalan dimana halte yang gue dudukin sekarang sama sekali gak ada kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum lewat.
Sepi, hening dan dingin.
Kata-kata itulah yang dapat mendeskripsikan keadaan tempat ini sekarang.
Otak gue terus berusaha mencari jalan keluar untuk kembali ke rumah, tetapi tetap gak ada cara lain selain mencari kendaraan di sini.
Namun setelah mata gue tak sengaja melirik satu mobil yang sedang terparkir di depan mini market yang sudah tutup.
Entahlah di dalam mobil masih ada orang atau engga, pokoknya gue harus bisa naik mobil itu.
Gue berjalan mendekati mobil itu berharap ada orang di dalamnya yang berbaik hati buat nolong gue.
Gue mengetuk kaca jendela mobil itu dan mengintip, "Maaf, anda bisa tolong saya?"
Kaca jendela itu kemudian perlahan menurun dan terbuka. Terlihat seorang lelaki dengan masker dan pakaian yang familiar duduk di kursi supir mobil ini.
"Ayo naik, saya tau kamu bakal butuh bantuan saya."
Dan gue pun masuk ke dalam mobil itu tepat di sebelah kursi supir.
"Emm, bukannya lo yang tadi?"
"Iya, ini saya."
"APA?!" Mendengar jawabannya tadi, gue sontak membuka pintu mobil itu untuk berusaha keluar.
Tapi sial, pintunya udah terkunci.
"Eh lo mau buka pintunya ga?!"
"Diluar banyak orang yang bisa melakukan apa saja kepada kamu,"
"Tolong turuti saja apa yang saya bilang."
Gue tersadar atas perkataan cowok itu. Dan memang bener, gue ga tau kalo di sana banyak orang yang bakal berbuat jahat ke gue.
"Sekarang, saya bakal antar kamu pulang,"
"Kamu tenang saja, saya tidak akan berbuat apapun terhadap kamu."
"Ok." Jawab gue melemas.
"Sekarang, di mana rumahmu?"
Gue memberi tau alamat rumah gue ke cowok itu. Di dalam mobil, hanya suara musik yang mengiringi perjalanan kami. Gak ada sedikit pun obrolan.
***
Gue menunjuk arah rumah gue, "Rumah warna putih dengan cat pagar hitam."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Jendeukie - JENKAI
Teen Fiction[ON GOING] Berada dalam perjodohan dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, memaksa seorang Jennie untuk menghadapi beban yang tidak ia duga akan menghujami dirinya. Impian yang tinggi sayangnya berbanding terbalik dengan realitanya. 11st July