chapter 21; thank you

1.8K 152 22
                                    

You Are My
J E N D E U K I E

***

Mungkin sudah 10 menit lamanya Jong In bersandar di atas pundak gue. Untungnya dia tidurnya kalem, nggak ngences juga, jadi gue nggak perlu waspada akan hal semacam itu.

Sebenarnya gue memang membiarkan kepala Jong In bersandar di pundak gue, tapi kepalanya berat, pundak gue sudah pegal dibuatnya. Ingin rasanya gue ngehindar dari posisi kayak gini.

Tetapi, pikiran seperti itu langsung gue tepis karena melihat dirinya yang terlihat sudah terlelap dan sangat menikmati posisi tidurnya. Ada rasa iba juga jika gue harus membangunkannya sekarang. Dia menikmatinya, sangat bahkan. Entah kenapa, tapi gue bisa yakin akan hal itu.

Sangat egois jika gue langsung membangunkannya sekarang juga hanya karena pundak gue yang sakit. Lantas apa kabar dengan kondisi Jong In? Dia bahkan gak pernah terlihat lelah atau pun marah saat menghadapi cewe ribet kayak gue.

Baiklah Kim Jennie, sekali ini saja. Tahan lah rasa pegal itu sebentar lagi. Dan kemudian kau akan menyaksikan senyum bahagianya.

5 menit pun berlalu, rasa pegal itu telah berubah menjadi rasa sakit. Rasanya pundak gue udah mau retak saat ini juga. Lebay emang, tapi gue gak bohong akan hal itu.

Maaf Jong In, kali ini gue nyerah. Pundak gue emang butuh istirahat sekarang juga.

Sebelum membangunkannya dari tidur pulas, gue menatapnya seraya menghela napas panjang, "Jong In, bangun dong."

Gue menepuk pelan pipi Jong In agar lebih mudah ia terbangun. Alhasil, dia pun terbangun.

Ia menguap dan kemudian meregangkan otot-ototnya, "Kok dibangunin?" Tanyanya dengan kedua mata yang belum sepenuhnya terbuka itu.

"Lo udah lama banget tidurnya, gak tau apa pundak gue pegel gini?" Cibir gue.

Jong In kemudian mematung, menatap gue sendu lalu mengulum senyumnya. Dan gak tau dapat bisikan dari mana, gue malah ikut tersenyum, tipis.

"Nyaman, makanya saya gak bangun. Kalau kamu gak bangunin, mungkin saya bisa tidur seharian," tuturnya.

Andai bisa, gue pasti udah ngelakuinnya.

"Yeh, kalau gue nggak bangunin, pundak gue udah retak."

"Gakpapa, pundak saya masih bersedia untuk kamu pakai bersandar nanti," ujarnya.

Gue terdiam, bingung harus menjawab apa. Jika biasanya gue langsung mendecih dan mencibir kata-kata bucin Jong In, kali ini mulut gue malah kelu untuk mengatakannya.

Lelaki itu mendengus, dan kembali tersenyum, "Udah, jangan dipikirin lagi. Kamu laper gak?"

Gue mengerjap dan menggeleng.

Grrrr. Astaga! Bunyinya keras banget lagi. Taruh dimana coba muka malu gue?

Jong In tertawa, "Udah, mending kamu siap-siap. Nanti kita makan."

Dengan cepat gue langsung mengambil tas gue dan segera keluar dari ruangan Jong In kemudian menunggunya di luar.

"Ini punya kamu kan? Tadi ketinggalan di atas meja kerja saya."

Gue tersentak dan menoleh ke arah samping. Memperlihatkan Jong In keluar dari ruangannya dengan tanpa jasnya yang hampir seharian ini menemaninya bekerja.

Kedua mata gue terkedip beberapa kali sebelum menjawabnya, "Oh, eh iya itu punya gue. Gue gak sengaja lupa tadi, makasih."

Setelah mengambil kembali Nini dari tangan Jong In, gue sesegera mungkin mengalihkan tatapan gue terhadapnya dan berusaha untuk berjalan lebih cepat darinya.

You Are My Jendeukie - JENKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang