Terlanjur nyaman duluan terlalu jauh, sedangkan dia selalu nyaman di zona teman.
---
Jarum jam sudah mau ke angka dua belas, dan mataku belum mau istirahat. Rasanya sulit dipejamkan. Terlintas ingin mengerjakan sesuatu yang sekiranya bisa mengisi waktu, tetapi aku ragu. Sangat ragu untuk bisa memulainya lagi.Langkahku tergerak menuju meja belajar. Aku mengambil laptop, dan membawanya ke tempat tidur. Aku bersandar ke kepala ranjang, dengan mata terfokus mencari salah satu file yang sudah lumayan lama tidak aku buka. Pada saat itu kuanggap kisahnya sudah selesai. Aku membiarkannya menggantung begitu saja, tanpa memikirkan akhir kebahagiaan si tokoh dalam cerita.
Arka. Tokoh utama dari dulu hingga sekarang. Di sana nama dia kusamarkan. Khawatir ada salah satu temanku yang membacanya, walaupun aku menggunakan nama pena. Hanya aku yang tahu, kalau dibalik HelloZura adalah Syifa Azura. Aku memang tidak pandai dalam membuat nama pena. Yang penting ada terselip namaku, tetapi tidak orang tahu.
Menulis sudah menjadi bagian dari hidupku. Padahal dulu sangat sebaliknya. Sudah malas duluan jika ada tugas mengarang cerita, atau menceritakan pengalaman selama liburan. Sulit sekali menuangkan ke dalam kata-kata. Bahkan aku pernah pulang paling terakhir, karena belum menyelesaikan tugas tersebut. Membaca buku pun sangat jarang.
Bermula dari kemauan, barulah aku menyadari semakin lama mulai ada kemajuan. Aku tidak ingin pulang paling terakhir lagi, dan aku tidak mau membuat teman-teman menungguku yang belum selesai, disaat semuanya sudah memakai tas, bersiap untuk berdo'a pulang.
Sudah mulai suka membaca cerita, seketika ingin menuliskan kisah yang kubuat sendiri. Tentang aku yang tidak menyangka punya sahabat laki-laki yang begitu pintar. Aku sering bertanya-tanya, 'kok dia bisa mau ya temenan sama aku?'
Dari situ ada satu persepsiku yang berubah. Aku pikir semua anak laki-laki itu nakal, suka membully. Sangat malas, dan pokoknya sangat jauh dari kata baik. Iya, serius, dulu aku berpikir begitu. Tentu sekarang tidak lagi, sejak berteman baik dengan Arka. Semua yang aku sebut tadi sangat bertolak belakang.
Dia mengulurkan tangannya saat aku jatuh didorong temanku yang lain. Dia membantuku mengambilkan tempat pensil yang sengaja diletakkan di atas lemari saat aku tidak di kelas. Jika disebutkan semua hal baik yang pernah dilakukannya, pasti ceritanya akan terlalu panjang. Cukup aku yang mengenangnya.
Alasan kenapa tidak berani mengatakan pada siapa pun, aku hanya ingin mengabadikan kisahnya, kemudian melupakannya. Ternyata selama mengenal dia, tidak semuanya menyenangkan. Ada alur cerita yang tidak bisa aku tebak sendiri. Kisah tersebut berjalan diluar rencanaku. Pertemanan yang terjalin lebih lanjut menjadi persahabatan, tidak selamanya akan aman untuk aku.
Aku terlanjur nyaman duluan terlalu jauh, sedangkan dia selalu nyaman di zona teman. Memang tidak semua hal harus sesuai apa yang kita mau. Dan tidak semua yang kita mau, baik untuk satu sama lain.
Di dalam file yang sedang kubaca, aku menyebutkan tentang diary. Aku hampir melupakan buku harian yang satu itu. Kalau tidak salah, masih aman tersimpan di laci buku bagian bawah. Sengaja kusimpan di sana agar tidak lagi membacanya ataupun menjangkaunya. Apapun yang ingin kuungkapkan, selalu kuceritakan di sana.
Aku segera keluar dari file, dan menutup laptopnya. Kuletakkan kembali di meja belajar, kemudian mengambil diary yang kutulis beberapa tahun lalu. Baiklah, sepertinya aku jadi flashback lagi. Mengambil bukunya saja butuh perjuangan, dikarenakan ada di paling bawah. Aku perlu mengangkat sebagian buku di atasnya.
Aku membuka halaman pertama, seraya melangkahkan kaki menuju tempat tidur. Baru membacanya saja sudah tersenyum, sambil menggeleng. Seperti bukan aku yang menulisnya. Di tahun itu berarti aku masih SD kelas lima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Sebatas Teman?
Teen FictionHarusnya aku tahu, menjalin persahabatan antara laki-laki dan perempuan, ada yang perlu dikhawatirkan. Iya, adanya perasaan tanpa direncanakan. Aku tidak menyesal memendam perasaan padanya cukup lama. Namun, justru aku sangat menyesal karena menuli...