9

72 14 12
                                    

Tinnn tinnn...

Daniel yang baru saja tiba di depan rumah Sia. Daniel turun dari motornya dan mengetuk pintu rumah Sia.

"Sia..." panggil Daniel sambil merapikan rambutnya yang acak-acakan.

Sia membukakan pintu rumahnya dan tersenyum melihat Daniel yang memberikan kotak hitam yang berisi 5 karamel yang dijanjikan Daniel.

"Jiahh... Makasihh... Masuk dulu Dan." Ucap Sia sambil mengambil kotak karamel yang diberikan Daniel.

Daniel mengangguk lalu masuk ke rumah Sia. Daniel duduk di sofa yang ada di ruang tamu.

"Mau minum apa Dan?" tanya Sia.

"Ga usah... Yuu buruan. Makan minum ntar aja abis liat kostum." ujar Daniel yang sudah berdiri.

"Oh oke... Yu." jawab Sia sembari mengambil tas nya.

Daniel mengenakan helm nya dan menunggu Sia yang masih mengenakan helm nya.

"Dan... Jauh ga tempatnya? Belom sarapan nih." tanya Sia.

"Lumayan sih... Makan dulu aja deh... Btw kamu udah ga grogi ya kalo aku bonceng." ucap Daniel sambil tersenyum.

Sia hanya menganggukan kepalanya. Daniel tersenyum menatap Sia yang sudah mulai bisa menerima kehadirannya.

"Yukkk let's go." ajak Daniel.

Sia naik ke motor Daniel tak lupa memposisikan tas nya di tengah untuk memberi jarak.

"Udah aku jalan nin motornya ya..." ucap Daniel yang di balas anggukan antusias dari Sia.
.
.
.
.
.
"Sam... Are you okay?" tanya wanita paruh baya yang notabene adalah ibunya.

Pria bernama Samudra itu hanya mengangguk sambil menatap kembali ponsel yang sedari tadi diperhatikan nya. Samudra bangkit berdiri dan menatap pemandangan yang disuguhkan dari apartemen mewahnya.

"Sam bakal balik ke Indonesia. Dan Sam rasa... Sam bakal lumayan lama di sana. Mamah ga usah khawatir sama Sam, Sam bakal kasih kabar ke mamah terus kok." ucap Sam sembari memeluk mamanya yang memang tak ingin anaknya jauh darinya.

"Jangan nakal ya Sam. Mamah percaya kamu, jangan lupa makan, jangan telat tidur, jangan... Jangan lupa kabarin mamah terus." ucap Suzu sambil memeluk putra tunggalnya itu.

"Iya mah... Sam janji." jawab Sam yang masih memeluk mamanya.

***

Daniel menatap Sia yang sangat menikmati makanannya. Sia jarang sekali makan bakso, tentu karna larangan mamanya.

"Woahh enaknya...." ucap Sia lalu kembali memakan bakso nya.

'Haha lucu banget siii...' batin Daniel.

Daniel yang tadinya hendak mengajak Sia ke cafe langsung mengurung kan niatnya saat Sia mengatakan ingin makan bakso.

"Kamu udah berapa hari ga makan?? Liat udah hampir dua porsi tuh..." tunjuk Daniel pada mangkuk yang ada dihadapannya.

"Hehe... Sorry. Aku bayar sendiri kok tenang ajaa. Udah lama ga makan bakso semenjak kak Arin ga ada." ucao Sia keceplosan. Sia kembali mengingat kakaknya yang dulu sering mengajak nya mencoba jajanan pinggir jalan.

Daniel yang sadar bahwa Sia gelisah, ia berusaha mengalihkan perhatian Sia agar tak memikirkan masa lalu kelamnya.

"Aaaa...."  ucap Daniel yang sudah mangap.

Sia tersenyum menatap wajah Daniel yang tampak imut. Sia mengambil baksonya dan menyuapi Daniel.

Daniel lega perhatian Sia mudah dialihkan. Daniel mengunyah baksonya sambil menunjuk bakso besar yang tinggal separuh masih berterngger di mangkuk Sia.

Philophobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang