5

84 35 49
                                    

Sia menatap buku yang terbuka di meja belajarnya. Buku pelajaran yang sudah seperti teman hidupnya.

"Kenapa? Kenapa semua orang iri dengan hidupku??" tanya Sia pada dirinya sendiri

"Apa yang perlu dibanggakan dari hidupku yang membosankan ini? Hidup... Tanpa kasih sayang orang tua... Hidup dengan perintah... Hidup bagai robot. Apa ini yang orang inginkan?" tanya Sia sambil menatap bingkai foto yang ada di mejanya. Bingkai fotonya dengan kakak tersayangnya.
.
.
.
.
.
"Jadi Philophobia itu... Penyakit yang muncul karna trauma? Itu bisa sembuh kan?" tanya Daniel pada kakak laki-laki nya yang berprofesi sebagai psikolog

"Hmm... Bisa dong Dan... Emang siapa yang sakit Philophobia? Kamu? Kayaknya kamu tahun lalu pacaran deh..." ucap Dion pada adiknya itu.

"Oo... Itu temen kak... Bisa kakak jd dokter dia?" tanya Daniel

Dion mengangguk lalu tersenyum.

"Kak... Bisa kakak kasih tau Daniel perkembangan dia nantinya? Trus bisa kasih tau Aku gimana bantu nyembuhin nya?" tanya Daniel bertubi-tubi

"Iya.. Iya... Siapa sih orangnya? Bawa aja ke tempat kakak... Nanti kakak sembuhin dia... Jadi penasaran nih... Temen kayak apa yang bikin adek kakak jadi kayak gini" ucap Dion sembari mengacak-acak rambut Daniel.

"Ihh paan sih kak!" pekik Daniel

'Temen? Bukan sih... Trus ngapain aku bantuin dia? Apa karna kasihan? Okedeh Daniel... Kamu harus bantuin dia... Ga ada salahnya bantuin orang kan?' batin Daniel

***

"Dokter kamu tuhh apaan sih? Udah kayak presiden aja sibuk banget... Masa iya konsul lewat telpon." oceh Stella kesal

Sia hanya meletakkan kepalanya di meja sambil memejamkan mata.

"Sia... Kita mau ke kantin kamu ikut ga?" tanya Lolita

Sia hanya menggeleng dan mencoba untuk tidur.

Tuk

Gumpalan kertas mengenai kepala Sia. Sia mengangkat kepalanya dan menatap gumpalan kertas yang ada di mejanya. Hanya ada Daniel dan Alyra di kelas. Alyra sibuk dengan tugasnya yang belum selesai. Sedangkan Daniel menatap dinding kelas.

Aku punya kakak psikolog... Kamu mau? Ntar aku kasih diskon dehh...

Tulisan dikertas yang pastinya dilempar Daniel. Sia menganggukan kepala tanda menyetujuinya.

Daniel tersenyum lalu menyodorkan ponselnya.

"Hmm aku butuh nomor kamu... Nanti aku kasih kontak kakak aku. " ucap Daniel yang melemparkan ponselnya pada Sia.

Sia memasukan nomornya dan menulis nama kontak nya 'Siara' lalu mengembalikan ponsel itu pada Daniel.

"Makasih..." ucap Sia lalu pergi meninggalkan Daniel.
.
.
.
"Makasih mba..." ucap Daniel setelah menerima martabak pesanannya.

Daniel berjalan sambil menghirup aroma martabak yang masih terbungkus kotaknya.

"Hai... Kenalan dong..." ucap seorang preman pada gadis yang memakai sweater pink itu.

Daniel menatap preman itu yang mulai mendekat ke gadis itu. Daniel terus memperhatikan gadis itu sampai ia sadar bahwa itu adalah Siara.

"Sial!!" umpat Daniel lalu berlari ke arah Siara.

Daniel memakai masker dan topinya. Siara tampak takut dengan tiga preman yang sudah mulai mendekatinya.

"Jangan dekat-dekat!!" gertak Daniel yang melindungi Siara.

Philophobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang