6

89 28 41
                                    

"Dan..." panggil Dion yang menatap adiknya tersenyum memandang ponselnya.

"Hm?" sahut Daniel yang masih memerhatikan ponselnya.

Dion mendekati Daniel diam-diam dan melihat apa yang sedang dilakukan adik kesayangannya itu. Dion menahan tawanya saat menatap ponsel sang adik yang menampakan seorang gadis yang sedang tersenyum. Terlebih lagi itu adalah gadis yang dikenalnya.

"Kamu suka sama pasien kakak?" tanya Dion yang membuat Daniel melonjak dari tempat duduknya.

"Si..siapa?? Sok tau nihh" balas Daniel terbata-bata.

"Siara kan? Haduhh... Udah tau dia Philophobia... Masih aja ya kamu suka. Tapi... Gapapa sih... Kakak dukung asal kamu nya bahagia." ucap Dion yang kini duduk disofa sambil menepuk-nepuk sofa mengisyaratkan Daniel untuk duduk disebelahnya.

"Maybe... Mungkin bukan suka sih kak... Tapi kaya rasa penasaran gitu... Ini pertama kalinya Daniel liat orang yang takut jatuh cinta. Amazing hehe" ucap Daniel sambil tertawa

"Dasar! Amazing apanya! Aneh iya! Tapi kalo dia sampe segitunya takut sama cinta... Bahkan yang kayak kamu ceritain... Kayaknya masa lalu nya kelam banget deh..." jelas Dion sambil menyalakan TV

Daniel terdiam mendengar penjelasan sang kakak.

'Iya juga... Apa yang buat dia sampe kayak gitu ya? Daniel... Ini bukan rasa suka okay... Ini cuman rasa iba' batin Daniel

"Dan... Kamu beneran mau jadi dokter kan?" tanya Dion tiba-tiba

Daniel memgangguk lalu tersenyum kecil. Dion mengacak-acak rambut adiknya itu.

"Kalo gitu... Kamu harus serius ya... Kejar impian kamu Dan..." ucap Dion

"Iya dong pasti..." sahut Daniel.

"Dan mau bantu kakak ga? Tapi kakak yakin sih kamu ga akan nolak" ujar Dion sambil mencubit pelan perut adiknya

"Apaan kak? Daniel kan adik berbakti... So pasti ga nolak" jawab Daniel

"Bantuin kakak sembuhin Siara." ucap Dion. Satu kalimat yang dilontarkan Dion dapat membungkam mulut Daniel untuk sesaat.

"Maksud kakak?" tanya Daniel

"Liat ya Dan... Dari kasusnya Siara... Ga mudah sembuhin dia... Kakak juga ga bisa setiap saat bantuin dia kan? Sedangkan kamu sekelas sama dia" jelas Dion

"Jadi... Kakak harap kamu bisa bantu dia... Kakak juga bakal kasih kamu tugas yang membantu penyembuhan dia Dan. Nanti kalo soal persetujuan Siara... Tenang aja. Kakak yang bakal ngomong ke dia. Tapii!!! Kamu jangan ngambil kesempatan dalam kesempitan!" lanjut Dion sambil memandang adiknya dengan tatapan serius.

Daniel terdiam mendengar kan permintaan kakaknya. Bohong kalo dia bilang ga seneng. Daniel sekarang hanya tak bisa mengungkapkan kebahagiaannya itu.

"Hm... Ya udah deh demi kak Dion aku mau..." jawab Daniel sambil mengontrol kebahagiaan nya.

"Hah... Demi kakak? Bohong!" balas Dion sambil menjitak pelan adiknya yang tampak bahagia.

'Okay Daniel... Siara bakal jadi pasien pertama kamu... Yahh setidaknya dia harus sembuh total!' batin Daniel
.
.
.
.
.
Drrtt drrrt

"Halo" ucap Sia

"Halo... Ini saya dokter Dion."

"Ya ada apa dok?" tanya Sia

"Sia mau cepet sembuh kan? Kalo mau Sia harus berani nanggung resiko nya... Gimana?"

"Iya berani dok... Emang apa resiko nya dok?" tanya Sia

Philophobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang