Buram.
Kamarnya seolah dipenuhi kabut.
Tubuhnya lemas, dan kepalanya pusing luar biasa. Hal terakhir yang Jisoo ingat ketika membuka mata adalah, ia pingsan setelah meminum hampir 4 botol soju.
Bagaimana caranya ia bisa sampai ke kamar, ya?
Apakah Youngji menuntunnya hingga kemari?
Jisoo terbangun seraya memegangi kepalanya, pakaiannya sudah diganti dengan piyama yang nyaman. Baru akan memikirkan siapa kira-kira yang mengganti pakaiannya, Soori datang dengan berkacak pinggang. Oh, tolonglah, ia baru saja bangun. Haruskah langsung menerima omelan?
"Kacau sekali, kacau sekali." Soori berkomentar di hadapannya.
"Kenapa? Apakah aku muntah banyak?" Suaranya serak, dan matanya masih belum terbuka sempurna.
Soori melotot, dengan beringas memukuli punggungnya. "Tolong, kendalikan nafsu minummu itu!"
"Ah! Sakit, tahu!"
"Jika kau tahu apa saja yang kau lakukan, kau pasti akan mati berdiri!"
"Apa, sih? Memangnya apa yang aku lakukan?"
"Sudahlah, itu bukan hal yang bagus untuk diceritakan." Soori akhirnya menarik Jisoo untuk bangun dan mendorongnya ke kamar mandi.
"Tunggu! Tunggu! Tunggu!" Namun sebelum mencapai pintu, Jisoo mengerem kakinya, dan menoleh ke belakang, "siapa yang mengganti bajuku?"
"Siapa lagi? Tentu saja aku."
"Apa Direktur tahu aku pulang dalam keadaan mabuk?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dia tahu."
"Dia marah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing Brother
RomansaSepanjang hidupnya, Jeon Jisoo hanya bisa mencicipi kegagalan yang seolah tak berujung. Namun, meski begitu banyak orang yang iri akan kehidupannya sebagai putri bungsu keluarga kaya raya. Ia tidak perlu memikirkan soal uang karena semua kebutuhanny...