Tepat jam 7 malam mencapai rumah, Wonwoo sudah disuguhkan pemandangan tak mengenakan di ruang keluarganya. Ia memang sudah mendengar beritanya dari para penjaga di depan gerbang, tapi melihatnya sendiri seketika membuat wajahnya semakin kecut.
Tapi Wonwoo tak terkejut, ia sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Dari dulu Shin Yuna memang selalu menggunakan 'hubungan keluarga' sebagai senjata untuk memperdayanya. Di usianya yang sudah lebih dari 30 tahun, jiwa anak-anaknya masih tak pernah lenyap.
Meski kesal merayap hingga ke tulang, Wonwoo berusaha menampilkan sikap sopan tanpa menanggalkan wibawanya. Ia menyapa para orang tua itu dengan keramahan yang tersisa, dan seperti biasa mereka menyambutnya dengan suka cita.
Begitu pula dengan Yuna, sudah tersiksa tidak bisa melihatnya selama beberapa hari, saat melihatnya, Yuna segera berlari ke arahnya, tanpa peringatan memberi pelukan erat serta sambutan hangat. Wonwoo tak bereaksi, ia hanya mengambil duduk setelah Yuna selesai memeluknya, dan melemparkan basa basi singkat sebelum mempertanyakan tujuan mereka kemari. Hal yang sepatutnya tidak perlu ditanyakan, namun Wonwoo hanya ingin tahu permainan seperti apa lagi yang akan digerakan oleh otak Shin Yuna.
"Yuna sudah menceritakan semuanya pada kami. Pertama-tama kami ingin meminta maaf karena Yuna sudah membuat keributan di rumahmu." Ibu Yuna memulai pembicaraan lebih dulu, yang disetujui oleh suaminya. Kedua orang tua itu masih nampak tenang, tak pernah berubah dari dulu.
Diam-diam, Wonwoo melirik Yuna yang duduk di sebelahnya. Wanita itu memasang raut keras seakan tidak senang dengan gagasan orang tuanya. Sebaliknya, Serina dan Wonbin hanya diam, menunggu teman baiknya selesai bicara.
"Tapi karena ini bukan sepenuhnya salah Yuna, tidak etis rasanya kalau Yuna harus menerima hukuman seperti itu. Wonwoo tahu kan bagaimana Yuna sangat menyukaimu?"
Alis Wonwoo berkerut dalam. "Tidak sepenuhnya salah?"
"Yuna bilang, mereka bertengkar karena adikmu yang pertama kali memprovokasinya. Dia mengatakan hal-hal kasar karena tidak senang akan kehadiran Yuna, sepertinya dia cemburu akan kedekatan kalian."
Shin Yuna memang tak pernah melenceng dari dugaan.
Wonwoo sampai tak mampu menahan sudut bibirnya untuk terangkat. Siklus yang terus terulang ini, perlahan membuat sisa empati untuk kenangan masa kecilnya terkikis habis. Wonwoo bertanya-tanya, sejak kapan ini semua bermula?
Sejak kapan Shin Yuna yang menurutnya manis dan anggun seperti putri seorang bangsawan itu, menjadi begitu memuakkan dalam pandangannya?
Jeon Wonwoo memang tak pernah menganggap hubungan mereka sangat istimewa, sejak kecil dalam pandangannya, eksistensi Shin Yuna hanya sebatas anak dari teman orang tuanya yang selalu bertindak di luar nalar, kontras dengan dirinya yang pendiam.
Meski hadirnya Yuna selalu berbanding lurus dengan kekacauan, Wonwoo tak pernah membenci kehadirannya. Sebab masalah yang dia timbulkan selalu menciptakan tawa orang-orang di sekitarnya. Cerah seperti matahari di musim panas, menggemaskan seperti bayi kelinci. Kedua penilaian itu tertanam dalam kepalanya hingga mereka beranjak remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing Brother
RomanceSepanjang hidupnya, Jeon Jisoo hanya bisa mencicipi kegagalan yang seolah tak berujung. Namun, meski begitu banyak orang yang iri akan kehidupannya sebagai putri bungsu keluarga kaya raya. Ia tidak perlu memikirkan soal uang karena semua kebutuhanny...