11 - Aku tidak takut hantu

3.4K 451 39
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertukar kata lewat aplikasi pesan modern

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertukar kata lewat aplikasi pesan modern.

Percakapan intens yang dilahirkan dari jari yang menari.

Selama hampir 23 tahun hidupnya, Jisoo belum pernah merasakan ini sama sekali. Sebab ia lebih suka mengutarakan maksudnya lewat telepon singkat dibanding membuang tenaga dengan mengetik kata. Teman-temannya tahu itu, jadi mereka jarang mengirim pesan, karena tahu Jisoo adalah orang sialan yang akan membalasnya satu minggu kemudian.

Tapi semenjak Jisoo memberikan nomornya pada Jaewon, tak pernah ada hari ponselnya luput dari notifikasi nama Jaewon. Pesan-pesan yang ia terima pun sebenarnya tidak terlalu penting. Hanya berupa:

Sedang apa?

Bagaimana tidurmu?

Apa yang kau makan untuk makan malam?

Hei, keluar deh. Malam ini bulannya indah sekali.

Jisoo, kau percaya tidak kalau orang jaman dahulu membuat toilet banyak dalam satu ruangan, jadi mereka buang air besar sambil berkumpul dan mengobrol?

Akhir pekan mau kemana?

Yah, sesuatu semacam itu.

Jaewon seperti punya banyak waktu untuk memberinya asupan informasi baru. Jisoo pikir ia akan membencinya, diluar dugaan ternyata ia cukup menikmatinya. Setelah mengirim balasan untuk bubble chat-nya yang entah ke berapa, ia memutuskan turun untuk mengambil beberapa cemilan malam. Masih sambil bertukar pesan ketika ia mendapat balasan baru, layaknya percakapan ini terlalu penting untuk ditinggalkan dibanding memerhatikan jalan.

Sebab netranya yang terlalu fokus pada layar ponsel, Jisoo sampai tak sadar menabrak dada bidang seseorang hingga tubuhnya hampir terpental ke belakang kalau saja tidak ada tangan yang melingkari pinggangnya dengan sigap. Panik segera merayap, ponselnya sampai terjatuh dari genggaman.

Jisoo mengangkat mata untuk melihat wajah yang sudah ia kenali. Mustahil tak mengetahui siapa yang tengah menangkapnya ketika aroma tubuhnya saja sudah melingkari indra penciumannya seperti ini. Sepasang mata dingin menatapnya tanpa ekspresi. Dari jarak sedekat ini, Jisoo bisa melihat dengan jelas garis hitam di bawah matanya yang sepertinya semakin pekat.

Knowing BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang