Untuk sesaat, Jisoo merasa otaknya seperti sedang di-reset ulang.
Rasa sakit dari benturan itu muncul belakangan setelah Jisoo merasakan ada cairan hangat yang mengalir melewati wajah sampai ke lehernya. Jisoo terkulai lemas, suara di sekelilingnya mengabur, dan ia masih belum bisa membuka matanya. Disaat begini ia masih bersyukur karena benturan itu tidak mengenai matanya.
Beberapa detik menahan perih, mendadak bayangan di kepalanya memutar adegan-adegan yang tidak pernah Jisoo ingat sama sekali pernah melakukannya. Seakan ia sedang menyaksikan sebuah film dimana dirinya sedang berlakon. Yang menjadi masalah adalah, tokoh utama film itu bukan hanya dirinya.
Ingatan memalukan apa ini? Kapan ia pernah bertindak segila ini?
Jisoo meringis, lantas perlahan ia membuka matanya agar bayangan itu juga mengabur. Namun, itu hanya membuatnya semakin jelas. Diputar mode cepat, dengan suara yang sangat jernih. Semakin bayangan itu mengorek setiap inti ingatannya, semakin lebar juga mulutnya menganga.
Karena sibuk dengan urusannya sendiri, Jisoo sampai tidak menyadari keributan di sekitarnya. Teriakan Jaewook yang memarahi Yuna, dan Yuna yang membalasnya tak kalah garang. Kemudian ia merasakan kehadiran seseorang mendekati dirinya, berniat untuk mengangkat tubuhnya yang masih terduduk lemas, tapi dengan cepat Jisoo segera menepisnya kasar.
Jisoo mengangkat kepala, menatap Wonwoo yang wajahnya sudah memerah, dia keluar hanya berbalut jubah mandi. Jisoo tidak tahu apa yang dia siratkan lewat matanya. Tapi melihat urat di sekitar lehernya yang menonjol, serta giginya yang sedikit gemeretak, ia manyimpulkan bahwa itu adalah kecemasan terbalut amarah.
Sedikit terkejut dengan penolakan itu, namun Wonwoo memilih tak memaksanya.
"Aku bisa sendiri." Jisoo menggumam.
Tidak mungkin, ini pasti hanya halusinasi!
Wonwoo tidak menanggapi, sebaliknya dia memberi perintah pada Jaewook tanpa menatapnya. "Panggil semua penjaga dan seret wanita itu keluar, jika kau gagal membuatnya pergi. Aku akan memecat kalian semua."
"Jeon Wonwoo! Kau serius akan bertindak seperti ini?!!"
"Apa yang kau tunggu, Jaewook? Kau tidak mendengarku?"
Jaewook segera menarik tangan Yuna, menyeretnya secara paksa tanpa memedulikan rengekan wanita itu yang terus memanggil nama Wonwoo. Tak berhenti mengeluarkan protesnya, dan marah-marah sampai suaranya teredam jauh.
"Lukamu harus diobati." Wonwoo menyentuh wajahnya untuk menyeka darah yang terus keluar. Meski singkat, Jisoo bisa melihat kelopak mata tajam yang masih menatapnya lekat, bergetar.
Jisoo yang sudah bisa sedikit menenangkan diri beranjak dengan kepayahan, di depannya Wonwoo dengan sigap menahan tubuhnya.
"Aku bilang, aku bisa sendiri." Jisoo menatapnya datar, sedikit mendorong Wonwoo agar dirinya bisa keluar dari kurungan tangannya. Berjalan cepat menuju kamarnya dan mengunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing Brother
RomanceSepanjang hidupnya, Jeon Jisoo hanya bisa mencicipi kegagalan yang seolah tak berujung. Namun, meski begitu banyak orang yang iri akan kehidupannya sebagai putri bungsu keluarga kaya raya. Ia tidak perlu memikirkan soal uang karena semua kebutuhanny...