12 - Gagasan tentang seni

3K 438 43
                                    

Ponselnya kembali berdering untuk yang ke sekian kali, entah kali ke berapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponselnya kembali berdering untuk yang ke sekian kali, entah kali ke berapa. Mungkin sudah menembus angka puluhan. Pun, Wonwoo masih tak menatap apalagi ada niat untuk menjawabnya. Ia memilih tidak mematikan ponselnya karena tidak ingin kelihatan sedang mengabaikan seseorang. Biar saja begini.

Janji makan malam seharusnya digelar tepat jam 7, tapi jarum jam kini sudah menunjuk ke angka sembilan, dan Wonwoo masih betah bertengger di depan sebuah gedung fakultas seni sambil melihat ke luar jendela mobil. Ia praktis seperti seorang Ayah yang sedang menunggu untuk menjemput anaknya.

Lama menunggu, akhirnya batang hidung orang itu muncul juga. Dia keluar sambil tertawa hura-hura bersama seseorang yang beberapa hari lalu sedang ia cek latar belakangnya. Tak membuang waktu, Wonwoo segera menancap gasnya menuju tempat mereka sedang berjalan. Menekan klakson, dan menurunkan kaca jendela begitu mobilnya sudah berjalan berdampingan.

Yang di luar hanya melotot seakan dia baru saja melihat makhluk berwajah sembilan.

"Masuk." Titah Wonwoo, tanpa repot-repot keluar.

"Kau mengenalnya, Jisoo?" Seseorang yang sedang bersamanya bertanya.

Gadis yang mendadak kikuk seolah dia sedang ketahuan selingkuh itu hanya tersenyum dan mengangguk, lalu berpamitan singkat tanpa memberitahu status hubungan mereka. Entah itu "Ya, dia Kakakku" atau "Ya, dia keluargaku". Jisoo sama sekali tak buka mulut, seakan mengakui dirinya bagian dari keluarga adalah sebuah aib. Wonwoo tentu tak keberatan. Toh, ia sendiri pun begitu.

"Setelah sampai kabari aku, ya." Jaewon mengatakannya tanpa nada paksaan atau perintah, setelah itu ia memberi salam pada Wonwoo yang hanya dibalas dengan anggukan kecil.

Setelah mobil meninggalkan tempat Jaewon, anak itu masih tak bergeming dari tempatnya. Tetap berdiri dan memerhatikan sampai bayangan tubuhnya dalam kaca spion semakin mengecil.

"Kenapa kau tiba-tiba menjemputku?"

"Ingin saja."

"Ingin saja?"

"Perlu kuulangi?"

Jisoo menatapnya dengan mulut yang ingin memaki, tapi sebagai anak yang baik, senyuman adalah pilihan yang paling mumpuni.

"Tadi kau berniat pulang bersamanya?" Giliran Wonwoo yang bertanya, masih fokus menyetir tanpa melihat ke sampingnya.

Begitu pula Jisoo yang sibuk melihat jalanan malam, tujuannya satu. Mencari jajanan pinggir jalan yang kemungkinan bisa menarik minatnya. "Mana mungkin, dia hanya mengantarku sampai Halte bus saja."

"Oh."

"Mau dipikirkan bagaimana pun, ini aneh, tahu! Apa ke depannya kau akan terus menjemputku seperti ini? Tunggu! Jangan-jangan ini suruhan Kakek?"

"Ini keinginanku sendiri."

"Itu malah lebih aneh lagi."

"Ada Hotteok, tuh. Kau mau?"

Knowing BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang