Sudah satu minggu berlalu.Semenjak hari itu Jisoo tidak lagi bertemu dengan Jaewon, ia juga tidak penasaran kenapa hari itu dia tidak datang, apa lagi sampai memikirkan kenapa akhir-akhir ini dia tidak muncul di sekitarnya lagi. Tapi Youngji yang juga menyadarinya bertanya pada salah satu teman Jaewon tanpa sepengetahuannya. Membuatnya malu saja.
Lantas wanita itu menghampirinya yang sedang mendekam di studio bersama setumpuk tugas dengan riang gembira, seolah dia adalah peri pembawa kabar baik. Youngji memberitahunya dengan menggebu-gebu alasan kenapa Jaewon tidak muncul, ternyata Neneknya yang di Daegu sedang sakit. Karena tidak punya siapa-siapa, jadi hanya Jaewon yang menjaganya.
"Haruskah aku menanyakan alamat rumah Neneknya?"
"Lalu jika sudah dapat mau apa? Kau mau menyuruhku untuk menemuinya?" Jisoo menyahut sebal.
Kembali menyeruput kopi dinginnya hingga tandas, Youngji bertepuk tangan di depan wajahnya yang sedang serius menatap laptop. Memaksa ia untuk melihatnya. Dengan memasang wajah tanpa dosa, Youngji menyengir, lagi-lagi memaksanya untuk memberikan usaha yang sama dengan yang Jaewon berikan.
Anak itu masih saja tidak mengerti kalau Jisoo sama sekali tidak berniat untuk berkencan dengannya. Dan lagi, kenapa Youngji percaya diri sekali kalau Jaewon menyukainya? Sering berhubungan dengan pria, bukan berarti dia bisa menyamaratakan semua pria kan.
"Tidak ada salahnya mencoba. Dia pasti merasa bersalah karena tidak bisa datang hari itu, terlebih kalian tidak saling bertukar kontak jadi dia kesulitan untuk menghubung------"
"Hei, Lee Youngji." Tatapan Jisoo berubah dingin.
"Apa? Kenapa kau melihatku begitu?"
"Jangan suka memaksakan kehendakmu sendiri. Jika dia memang menyukaiku seperti yang kau pikirkan, biarkan dia melakukannya dengan caranya sendiri. Tapi jika tidak, jangan menyuruhku untuk melakukan hal yang kau suruh."
"Enaknya jadi kau." Youngji mendadak mencemooh. "Kau tidak pernah peduli dengan perasaan para pria yang mendekatimu, mau mereka tersakiti oleh sikapmu sekali pun, kau tak akan repot untuk memikirkannya. Tapi walau begitu, mereka masih saja berlomba untuk mendapatkan perhatianmu."
Jisoo tak menanggapi.
"Jeon Jisoo, jika kau terus seperti ini. Perlahan kau akan terbiasa hidup dalam lingkaran yang kau buat sendiri. Pada akhirnya di masa depan kau pasti akan mencintai seseorang, tapi kau akan kesulitan memahami perasaannya. Lantas meremehkan hal-hal kecil yang menurutmu sepele dan tidak terlalu penting. Tanpa kau sadari, kalau hal-hal kecil yang kau sepelekan itu adalah rintik hujan yang kelamaan akan membuat banjir."
"Wow, puitis sekali. Seharusnya kau masuk jurusan sastra saja."
"Hei, temanmu ini sedang memberimu nasihat. Tolong tanggapi dengan baik, sialan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing Brother
RomanceSepanjang hidupnya, Jeon Jisoo hanya bisa mencicipi kegagalan yang seolah tak berujung. Namun, meski begitu banyak orang yang iri akan kehidupannya sebagai putri bungsu keluarga kaya raya. Ia tidak perlu memikirkan soal uang karena semua kebutuhanny...