08 - Cerita 10 tahun lalu

3.6K 475 54
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cincin Anda terlihat unik."

Akhirnya setelah menelan komentarnya sepagian ini, Jaewook berhasil juga bersuara. Jaewook paham betul tentang selera berpenampilan majikannya, beliau bukan orang yang senang memakai aksesoris di tubuh selain jam tangan. Jadi melihat sebuah cincin kupu-kupu yang melingkar di jari kelingking, sungguh menjadi pemandangan yang tak lazim di matanya.

Wonwoo hanya melirik sekilas ke arah jarinya, ia tidak tersenyum tapi perutnya terasa menggelitik karena mengingat kejadian tadi pagi. Wonwoo berpikir untuk melepas cincinnya, tapi setelah merenung selama beberapa menit ia mengurungkan niat. Padahal bisa saja ia langsung melepasnya.

"Apa kau punya kartu member kafe?" Wonwoo bertanya, matanya masih fokus untuk menyelesaikan pekerjaan terakhir.

Jaewook berkedip, setahunya kartu member hanya ada di toko serba ada atau minimarket. Jadi dia menggeleng. "Tidak, Direktur."

"Kau sering membeli kopi, jadi cobalah untuk membuat kartu member dan mengumpulkan poin. Poin-poin itu bisa kau tukarkan dengan hadiah seperti ini."

Jaewook semakin dibuat bingung, pasalnya Wonwoo tidak pernah membeli kopi sendiri di kafe. Semuanya dia yang belikan, jadi bagaimana bisa Wonwoo mendapat hadiah dari poin member kafe?

Ah, hanya ada satu kesimpulan.

"Apa Nona Jisoo yang memberikannya?"

"Ya," Wonwoo nampak tak ragu untuk menjawab, kemudian ia bangkit dari kursinya dan meraih jas yang tergantung, "pekerjaanku sudah selesai. Aku akan langsung pulang."

"Baik, Direktur."

Begitu keluar dari ruangan, Miyeon yang tengah duduk dengan mata fokus pada lembaran kertas dengan sigap berdiri dan membungkuk.

"Anda akan pulang sekarang, Direktur?"

"Ya, kau juga pulanglah."

"Saya masih harus menyelesaikan satu pekerjaan lagi, Direktur."

"Pulang saja, dan istirahatlah. Selama beberapa bulan ini kau sudah bekerja sangat keras. Bukankah menyenangkan bisa melihat matahari selama perjalanan ke rumah?"

Miyeon merenung. Benar, selama ini dia sudah bekerja sangat keras dari pagi sampai malam hingga melupakan kehidupan sosialnya. Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali mengunjungi kafe untuk bersantai, atau makan samgyeopsal di akhir pekan seperti kebiasaannya dulu.

"Baik. Terima kasih, Direktur."

Wonwoo lantas merogoh dompetnya dan memberikan sebuah kartu pada Miyeon. "Beli makanan enak di perjalanan pulang, sepertinya kau tidak makan dengan benar."

Miyeon mengerjap bingung, dia memang kehilangan berat badannya karena setiap hari hanya makan kimbab dan telur rebus. Tapi bagaimana Wonwoo bisa tahu? Seorang Jeon Wonwoo yang terlihat tak pernah tertarik dengan apapun selain pekerjaan.

Knowing BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang