"DIANDRA HILANG?!"
Seth lah yang menjerit pertama kali sejak Edward datang dan memberi kabar bahwa adiknya hilang di saat teman-temannya yang lain masih nggak ngeh dengan apa yang diucapkan Edward. Sepuluh detik kemudian, baru lah yang lain menyahuti kekagetan Seth.
"Maksud lo, Ed?"
"DEMI APA?!"
"Hilang gimana?"
"Kok bisa?"
"Gue... Gue nggak tau..." Edward menjawab dengan gemeteran.
"Lo tenang dulu, Ed." Seth menepuk pundak Edward berkali-kali. Setelah Edward bisa menormalkan kembali napasnya yang naik-turun, Seth membuka mulut lagi, "Gimana ceritanya?"
"Jadi, gue sama Diandra berpencar di hutan, trus gue janjian jam setengah enam harus balik ke tempat semula. Pas gue sampe di sana tepat pukul jam setengah enam, Diandra belom dateng. Gue panggil-panggil nggak nyaut. Gue tungguin dia di sana. Sampe jam di tangan gue menunjukan pukul enam kurang lima belas, gue panik. Karena gue khawatir, gue langsung ke sini nyamperin kalian. Gue kira Diandra udah balik duluan." Edward menghela napas panjang setelah menjelaskan panjang lebar.
"Kenapa nggak lo cari dulu?" Sheila bertanya.
"Gue panik, Sheil."
"Tuh kan, udah gue bilang, hutannya tuh lebat banget. Lo sih, Sheil." Michael tiba-tiba menerocos menuduh Sheila.
Sheila yang tidak terima langsung membantah, "Apaan sih kok gue disalah-salahin."
"Iyalah salah lo. Kalo Diandra tersesat di hutan gimana?" Michael makin berapi-api.
Sheila melipat kedua tangannya di depan dada. "Nggak akan lah. Lagian cuma tersesat doang, pasti bakal ketemu."
Michael melotot mendengar ucapan Sheila. "Tersesat di hutan lebat lo bilang 'cuma'? Kalo dia kenapa-napa gimana? Lo mikir dong!" Michael mulai nge-gas, ia mendorong bahu Sheila pelan.
Namun, Sheila merasakan dorongan itu penuh dendam, ia pun mulai berapi-api. "Santai dong! Nggak usah dorong-dorong juga kali. Nge-gas banget sih."
"Gara-gara lo!"
"Apaan sih gue disalah-salahin mulu!"
Sebelum terjadi adu bacot antara Michael dan Sheila, Seth pun langsung menengahi. "Udah, udah, stop! Lo berdua apa-apaan sih? Diandra nggak jelas ada di mana, kalian malah ribut."
"Yaudah," Matthew akhirnya angkat bicara setelah dari tadi hanya diam, "Mending kita cari Diandra sekarang."
"Masuk ke hutan malem-malem? Gila. Nggak salah lo?" Sheila melipat tangannya di dada.
"Nggak setia kawan banget sih lo," tukas Michael. Ia menaikan sebelah alisnya. "Jangan-jangan, lo takut lagi."
"Nggak! Gue nggak takut. Gue cuma ngeri aja kalau di sana—"
"Bilang aja kalau takut."
"NGGAK MICHAEL HAYES EDGAR! Gue nggak takut! Ayo cari Diandra!" ujar Sheila dengan nada tinggi. Ia mulai berjalan, memimpin teman-temannya.
Michael tersenyum miring melihatnya. Sedangkan teman-temannya hanya geleng-geleng kepala melihat aksi perdebatan antara dua manusia yang tidak pernah akur.
Michael benci Sheila karena sifatnya yang bossy alias suka ngatur-ngatur. Dan Sheila benci Michael karena tidak suka diatur-atur. Tiffany sangat heran mengapa kedua sahabatnya tidak pernah akur.
"Senter mana senter? Yang bawa siapa?" Sheila bertanya.
"Gue sama Michael yang bawa," Felia menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLUB HORROR
HorrorBerawal dari Diandra yang ingin membuat short movie yang merupakan projek akhir taun anggota ekskul drama. Dibantu oleh teman-teman kakaknya, Edward, yang bergabung dalam Klub Horror, mereka pun membuat sebuah short movie di tengah hutan sekalian be...