"MAMA!" Tiffany menjerit senang.
Gadis itu segera berlari sambil menggeret koper menghampiri mamanya yang sedang nonton teve di ruang keluarga. Ia langsung saja memeluk sang mama. "Fany kangen banget sama Mama. Fany kira Mama masih di Chicago."
Denise, Mama Tiffany, balas memeluk anak semata wayangnya itu. "Mama juga kangen Fany."
"Ma, ada Felia," ujar Tiffany sambil melepas pelukannya. Ia melambaikan tangan ke arah Felia yang masih berdiri di depan pintu rumah, menyuruhnya mendekat, "Sini, Fel!"
Felia mengangguk lalu menyeret kopernya menuju ruang tamu rumah Tiffany. Felia mencium tangan Mama Tiffany.
"Eh Feli, makin cantik aja," ucap Denise. Felia hanya terkekeh mendengarnya.
"Mama sama Papa langsung beli tiket ke LA loh pas denger berita dari Mamanya Edward," Denise mulai bercerita sambil menatap putrinya, "Mama beruntung kejadian itu nggak menimpa kamu."
Tiffany tersenyum, kembali memeluk ibunya.
"Kalian nggak apa-apa kan?" Denise menatap Tiffany dan Felia secara bergantian.
"Nggak apa-apa," jawab Tiffany dan Felia berbarengan.
"Feli mau nginep di sini atau gimana?" Denise bertanya lagi.
"Nggak, Tan, Mama sama Papa masih di luar kota, jadi Feli di rumah Tiffany dulu sementara," jawab Felia.
"Oh gitu." Denise mengangguk-angguk. "Oh iya, Feli mau makan atau minum apa?"
"Eh? Nggak usah Tan, ngerepotin. Feli cuma sebentar aja kok di sini."
"Ah, Feli, nggak ngerepotin kok. Kan kamu udah biasa ke sini." Denise bangkit dari sofa menuju dapur. "Tante bikinin minum sama steak aja ya, kalian tunggu di kamar Fany aja."
"Iya, Tante."
"Oke, Ma."
Setelah Mama menghilang dari ruang keluarga, Tiffany mengajak Felia menuju kamarnya. Keduanya mengangkat-angkat koper dengan susah payah ketika melewati anak tangga ke lantai dua. Sampai di ujung tangga, Felia berbelok ke kiri.
"Felia, lo mau ke mana, bego?" tanya Tiffany heran ketika melihat Felia berjalan santai ke kiri, padahal kamarnya ada di kanan.
Langkah Felia terhenti. Ia menepuk jidat seraya berkata, "Oh, iya! Lupa gue."
"Yeuu," sorak Tiffany. "Ingetnya mau movie marathon ya?"
"Iya, haha." Tawa Felia berderai.
Tiffany memang suka mengajak sahabat-sahabatnya, anggota Klub Horror, movie marathon di rumahnya sepulang sekolah. Karena orangtua Tiffany bekerja di luar kota, Tiffany suka kesepian, maka itu dia dan teman-temannya suka berkumpul di rumah Tiffany. Selain karena rumahnya luas dan kulkasnya yang selalu penuh makanan, di rumah Tiffany terdapat home theater.
Tiffany meletakkan kopernya di samping tempat tidur, lantas merebahkan diri membentuk bintang besar di atas kasur setelah menyalakan AC. Felia meletakkan kopernya di sebelah koper Tiffany lalu duduk di kursi belajar.
Tangan Tiffany bergerak meraih benda putih di dalam saku celananya. Setelah menemukan benda tersebut, ia langsung membuka password menggunakan fingerprint. Pas sekali, ketika password berhasil dibuka, satu notifikasi muncul di atas layar handphone Tiffany.
Maaf ya aku nggak bisa jemput kamu. Kita ketemuan di tempat Diandra aja nanti.
Satu kalimat pesan tersebut datang dari Matthew. Tanpa menunggu lama, Tiffany pun segera membalas pesan dari pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLUB HORROR
HorrorBerawal dari Diandra yang ingin membuat short movie yang merupakan projek akhir taun anggota ekskul drama. Dibantu oleh teman-teman kakaknya, Edward, yang bergabung dalam Klub Horror, mereka pun membuat sebuah short movie di tengah hutan sekalian be...