Klub Horror - 13

9K 564 19
                                    

Awalnya, Tiffany tidak merasakan sakit saat Seth mendorong tubuhnya dengan keras hingga membentur dinding. Tapi lama kelamaan, Tiffany dapat merasakan sakit yang amat dahsyat di sekujur tubuhnya. Kepalanya pun terasa pusing dan nyut-nyutan. Bisa dirasakan darah segar mengalir dari kepalanya. Tangan kanannya bergerak menyentuh hidung dan ia bisa melihat darah merah keluar dari lobang hidungnya. Kakinya sangat mati rasa, tak dapat digerakan. Tubuh mungil Tiffany tak mampu berdiri.

Tiffany berpikir sejenak. Ia bingung kenapa tubuhnya bisa tiba-tiba terasa pegal dan kepalanya berdarah. Ia sama sekali tidak ingat dengan apa yang telah ia lakukan beberapa detik atau menit sebelumnya. Ia merasa seperti bangun tidur ketika tubuhnya membentur dinding akibat dorongan keras Seth. Ia sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi barusan.

Sheila, Seth, Felia, dan Michael mengerubungi Tiffany membentuk lingkaran kecil. Mereka berjongkok, memastikan Tiffany baik-baik saja. Mereka semua sama-sama khawatir dengan keadaan Tiffany yang terlihat buruk. Seth pun merasa bersalah telah mendorongnya hingga kepalanya penuh luka.

Seth membuka sweter yang dikenakannya dan langsung membungkus kepala Tiffany dengan sweter berwarna hitam tersebut agar darah di kepala Tiffany tidak keluar semakin deras. "Gue minta maaf sebelumnya, Tiff," ujarnya.

"Gue tau yang tadi itu bukan lo," ucap Sheila.

Felia menaikan alis bingung. "Maksud lo?"

"Ada seseorang yang masuk ke tubuh Tiffany," Sheila menjelaskan, "Seseorang yang menggunakan tubuh Tiffany untuk membunuh teman-temannya."

Seth, Felia, dan Michael tersentak kaget. Namun, mereka masing-masing sudah mengetahui siapa orang yang dimaksud Sheila.

"Well, kayaknya lo semua udah tau siapa pelakunya." Sebuah suara muncul dari balik 'lingkaran kecil'.

'Lingkaran kecil' itu pun melebar. Seth, Sheila, Felia, dan Michael menoleh ke sumber suara. Michael mendengus ketika melihat siapa pemilik suara berat tersebut.

Matthew menaikan sebelah ujung bibirnya.

Tiffany berusaha bangkit. Ia menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya saat ia berusaha kuat-kuat mengangkat tubuhnya. Sheila membantu Tiffany berdiri. Tiffany mendekat ke arah Matthew.

"Apa yang lo lakuin ke gue, Matt?!" Tiffany bertanya. Suaranya serak saat mengucapkan pertanyaan tersebut.

Bukannya menjawab pertanyaan Tiffany, Matthew malah balik bertanya, "Masih ingat permainan kotak musik yang pernah gue kasih tau ke lo?"

Tiffany terdiam sejenak, berpikir. "Permainan kotak musik?"

"Iya." Matthew mengangguk. "Apa lo gak sadar kalo kita baru saja memainkan permainan kotak musik itu?"

Permainan? Kotak musik? Kita baru saja memainkan permainan kotak musik? Apa maksudnya? Pertanyaan-pertanyaan itu memutar di kepala Tiffany, tapi, Tiffany sama sekali tidak mengerti apa yang Matthew maksud. Otak Tiffany berpikir keras, berharap mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang memutar di kepalanya.

*

"Apaan tuh?" Tiffany bertanya heran ketika melihat pacarnya membawa sebuah benda berbentuk kubus berwarna coklat tua.

"Ini kotak musik peninggalan bokap," jawab Matthew sambil menatap kotak musik tua di pangkuannya. "Kalo kamu dengerin musik di kotak musik ini kamu bakal ngerasa tenang dan ngerasa nyawa kamu terbang. Aku suka dengerin musik ini tiap malem."

"Oh ya? Coba nyalain musiknya." Tiffany excited.

Matthew pun membuka penutup kotak musik tersebut. Terdapat segulung kertas kecil di sana, berputar, diiringi musik mengalun. Matthew memutar sebuah pemutar di sisi kanan, membuat suara musiknya terdengar lebih kencang. Musik yang terdengar asing dan aneh di telinga Tiffany, tapi, tidak dengan Matthew. Laki-laki itu memejamkan matanya menikmati alunan musik tersebut. Tiffany menutup keras-keras telinganya ketika musik tersebut terdengar semakin menusuk telinganya.

KLUB HORRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang