Prolog

357K 8.2K 356
                                    

Aku berjalan cepat menuju apartemen no 1520. Membuka password-nya dan menyelinap masuk. Aku menuju pantry, mulai menanak nasi. Selesai, aku memindahkan dua masakan yang tadi kubeli di mangkuk dan menatanya di meja.

Hari ini Andrew ijin tidak masuk kantor. Katanya ia sakit.
Sebagai kekasih yang baik dan perhatian, aku berinisiatif menjenguk dan membawakannya makanan kesukaannya.

Apartemennya sepi. Mungkin Andrew sedang tidur. Ketika kutelfon, dia bilang akan beristirahat setelah meminum obatnya.

Aku menuju kamarnya. Hati-hati kubuka pintunya. Tidak terkunci. Telingaku mendengar suara aneh.

"Ugh.... ohhhhh....."

"Ahhhhh...."

Aku mengerutkan kening. Perasaanku tidak karuan. Perlahan aku masuk semakin dalam.

"Please.... fasterrr.... Drew.... ohhh....."

"Ugh...ugh...ooohhhh..."

"Eeenghhh.... Dreeeewww.... aaaakhhh...."

"Sedikit lagi sayang....ugh...."

Mataku terbeliak menyaksikan apa yang sedang terjadi di hadapanku. Andrew tengah telanjang bulat, sedang bergerak maju mundur dengan cepat di atas tubuh molek yang sama polosnya. Kedua kaki perempuan itu mengangkang, membelit pinggul Andrew, membuat laki-laki itu mudah mengeksplorasi dengan miliknya.

Dadaku sesak dan darahku seperti mendidih. Ini yang ia bilang sakit? Membohongiku dan berkhianat di belakangku? Mataku terasa panas.
Aku bertepuk tangan keras, membuat kedua tubuh yang tengah bergumul itu menegang kaku dan terpisah. Keduanya menoleh pias ke arahku.

"Bagus! Jadi seperti ini sakitmu?"

Andrew menyambar selimut, menutupi tubuhnya dan bergegas menghampiriku. Dan saat itu aku melihat wajah perempuan itu, Brigitta! Ia berusaha menutupi tubuhnya dengan apapun di dekatnya dengan panik.

"Aku bisa jelaskan, Sayang," Andrew mencoba meraih lenganku yang refleks kutepiskan.

"Tidak perlu!" suaraku bergetar menahan air mata dan gemuruh emosi yang menguasai kepalaku.

"Tapi Frey-"

"Kita putus!" aku melirik sinis pada Brigitta yang menatapku ketakutan dan berbalik meninggalkan kamar laknat itu.

"Frey! Please dengar penjelasanku," Andrew menyambar lenganku dan membalikkanku menghadapnya,

"Aku sudah melihat, dan aku tidak perlu penjelasan lagi. Aku sudah melihat dengan sangat jelas!" sentakku memutar lenganku berusaha melepaskan diri dari cekalannya.

"Aku mencintaimu, Frey!"

Aku tertawa pahit mendengarnya.

"Teruslah membual, Drew. Aku tidak akan pernah percaya padamu lagi!" kukibaskan lenganku kuat-kuat hingga genggamannya terlepas, lalu secepatnya aku berlari keluar dari apartemennya.

Selesai sudah.
Aku menangis sepanjang perjalanan pulang. Mengirim pesan ke Pak Adnan, mohon ijin karena mendadak kepalaku sakit.

Duniaku yang semula kusangka indah, dalam sekejap hancur berantakan. Hubungan yang kujalin selama dua tahun ini hanya tinggal puing-puing tak berbentuk yang hanya menyisakan luka dalam yang tertoreh panjang.

Sisi positifnya, aku mengetahui kelakuan brengseknya ini sebelum semuanya terlanjur.

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷

.

.

.

Hai....

Tiba-tiba saja ide aneh ini lewat...
Jadilah kusambar dan kutuang ke dalam tulisan.

Seperti biasa... ceritaku rada-rada aneh...
Harap maklum dan.... semoga suka....

Mungkin cerita ini akan slow update di awalnya karena aku juga harus fokus pada MPL yang sedang berjalan.

Segini dulu prolognya...
Aku mau lihat reaksi pembaca dulu...
Perlu aku teruskan atau tidak cerita ini.
Kalau responnya bagus, aku teruskan. Tapi kalau tidak, ya aku unpublish.

Maklum saja, ini cerita mengandung kegesrekan hakiki...
Dan aku sadar bahwa diluar sana banyak orang-orang yang tidak suka tapi baca juga... yang kemudian dengan sok melaporkan ketidak senonohan cerita ini.... terimakasih.

Ok, aku tunggu comment kalian....

.

.

Love,
Lianfand 😙 😙 😙

In My Boss ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang