"I love you."
"Hah?!"
Apa katanya? Aku salah dengar kan? Pasti salah dengar! Tapi.... mana mungkin salah dengar? Bukankah jarakku dan Dominic sangat dekat?
Aku memandangnya. Ia juga sedang menatapku dengan seringai jahilnya. Hmm.... jadi dia sedang mengerjaiku lagi?
"Aku tidak akan percaya! Kau hanya mempermainkanku bukan? Dasar kurang kerjaan! Rayuanmu tidak akan mempan!" seruku sewot.
Dominic terbahak.
"Aku tidak mempermainkanmu, Sayang. Serius!"
"Aku tetap tidak percaya!" cibirku sebal.
"Tidak percaya? Akan kubuktikan," Dominic meraihku, menciumku sangat lembut, sampai-sampai aku terbuai dan membalas ciumannya. Dominic melepaskanku perlahan sambil menatapku lekat.
"Kamu percaya sekarang?"
Kepalaku terasa ringan. Aku menatapnya bodoh. Astaga! Efek ciumannya kali ini terlalu dahsyat!
"Masih tidak percaya?"
Dominic kembali mendekat. Ia menciumku lagi. Kali ini lidahnya ikut bermain, menyusup masuk melilit lidahku. Aku terengah. Kecewa saat ia melepaskan pagutannya.
"Belum percaya juga?" ia kembali merapat.
Aku membelalak, menahannya dengan kedua tanganku di dadanya.
"Stop! Ini cuma modusmu bukan?"
Mata Dominic berbias geli. Aku melengos kesal.
Dominic meraih daguku dan memaksaku melihatnya kembali."Lihat aku Frey!"
Aku mendelik. Bibirku mengerucut manyun.
"Aku serius. Aku mencintaimu, Freyssa!"
What?
Suasana begitu hening. Aku menatap matanya, mencari keseriusan dan kebenaran dari ucapannya.OH!
Dominic menatapku dalam, sorot matanya memandangku lembut dan..... serius. Astaga!"K-kau benar-benar se-rius?" aku nyaris memekik. Mataku membola menyadari ucapannya.
"Ta-tapi... i-itu... uhm.... Pa-Pauline?" kenapa sekarang aku berubah gagap begini?
"Pauline? Ada apa dengan Pauline?" ia mengerutkan dahi.
Apa dia amnesia? Lalu di pantry tadi mereka bicara apa? Sedang sandiwara? Atau... Dominic sudah terbiasa mengatakan hal itu pada banyak wanita?
"Kau selalu bersamanya sepanjang pesta!"
Dominic tertegun, lalu sesaat kemudian tawanya kembali menggelegar.
"Fix! Kamu cemburu Freyssa! I love you too," seringainya mengecupi seluruh wajahku.
"Dom! Hentikan!" aku berusaha menghindar dari serbuan bibirnya.
"Tidak!" gelengnya lalu kembali memajukan wajahnya untuk mengecupiku.
"Hentikan!"
"Tidak! Aku mau kamu, Frey. Ini malam pertama kita. Mana bisa aku berhenti?" kekehnya melanjutkan kegiatannya.
"DOM! Jelaskan dulu!" jeritku kesal.
Dominic berhenti. Ia menatapku sejenak, lalu menggeleng pelan.
"Nanti saja. Malam ini aku mau sepuluh ronde," ia tertawa menang.
Aku membelalak.
"Se-puluh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Boss Arms
RomanceGak suka? Jangan baca! Khusus yang sudah berusia 21 keatas. Dilarang ngeyel, protes ataupun melakukan demo. Seperti biasa, cerita ini bukan untuk konsumsi anak-anak atau orang dewasa yang belum matang pemikiran dan diragukan kebijakannya dalam memba...