Aku semakin bingung dengan diriku sendiri. Aku tidak sedang terpikat pada Dominic bukan? Tapi kenapa aku begitu peduli dengan anggapan Dominic tentangku dan Raven? Kenapa aku begitu khawatir jika Dominic salah sangka?
Melihat Dominic yang memasang raut datar dan mengabaikanku membuatku sakit hati. Aku tidak melakukan apapun dengan Raven kecuali berbincang. Itupun Raven yang terus-menerus nyinyir.
Sepanjang sisa pesta, ia hanya menggamit pinggangku, memaksaku mengikutinya kemanapun ia pergi. Ia hanya bicara pendek-pendek. Ia berubah datar dan dingin. Dan kurasa, aku tidak menyukai Dominic yang seperti ini. Hei? Dan kapan aku menyukai Dominic di sisi lain?
Saat ini, lagi-lagi ia hanya mendorong punggungku agar mengikutinya menuju pintu keluar ballroom memasuki lift.
Hanya berdiam diri menunggu lift mengantar kami berdua naik ke lantai dimana kamar kami berada, seperti berada dalam perjalanan menuju tiang gantungan.
"Dom, aku-"
"Diam!"
"Tapi-"
"Diam Frey!"
Pintu lift terbuka. Punggungku didorong pelan, namun penuh tekanan oleh Dominic menuju ke kamar.
Dominic melewatiku begitu saja setelah mengunci pintu dan melepaskan tuxedo-nya dan kemudian masuk ke kamar mandi.Aku duduk di pinggir ranjang dengan gelisah.
Seharusnya aku tidak begini.Pintu kamar mandi terbuka, menyajikan sosok maskulin dengan dada bidang dan perut kotak-kotak yang memanjakan mata. Aku memalingkan wajah, menolak keindahan itu.
Dominic berkacak pinggang di hadapanku dengan handuk melilit di pinggulnya. Apa dia menggodaku?
"Katakan padaku, Frey, maksudmu melakukan hal itu di pesta Santana tadi?"
Aku mengernyit. Aku melakukan apa?
"Aku tidak melakukan apapun. Hanya mencari udara segar dan bertemu laki-laki bernama Raven itu. Ia membicarakanmu. Hanya itu,"
"Hanya itu? Kamu pergi begitu saja, membuatku panik dan kamu bilang 'hanya itu'?"
"Memang hanya itu Dom! Jangan membesar-besarkan masalah!" aku tersulut emosi. Kenapa dia hanya memojokkanku sementara tadi dia ikut andil atas kepergianku darinya.
"Aku tidak membesar-besarkan masalah. Aku tidak suka kamu menghilang begitu saja!"
Aku mendengus.
"Kau sedang sibuk bersama gadis-gadis itu, Dom. Dan aku tidak ingin mengganggu. Lagipula, apa sih yang kau cari dengan memaksaku menikah denganmu sementara diluar sana ada banyak gadis yang siap kapan saja kau nikahi?"
Dominic menggeram kesal.
"Jangan mulai, Frey!"
"Kau yang memulai! Semuanya! Hidupku kacau juga karenamu!" teriakku frustrasi dengan perasaanku.
Dominic diam. Ia masih berdiri tanpa berkata-kata. Entah apa yang ia pikirkan.
.
.
🌷🌷🌷
.
.
Santana tampak cantik mengenakan gaun biru dengan ujung bawah melebar. Ia dan suaminya akan berbulan madu ke Raja Ampat. Entah promosi dari mana ia dapat. Perjalanan dari London ke Raja Ampat tentu bukan waktu yang pendek.
Ia memeluk kami satu persatu, hingga tiba giliranku.
"Aku akan datang saat kau dan Dominic menikah. Kami semua akan datang. Kau tau, sudah sangat lama kami menantikan hal ini. Jangan kecewakan kami," senyumnya saat melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Boss Arms
RomanceGak suka? Jangan baca! Khusus yang sudah berusia 21 keatas. Dilarang ngeyel, protes ataupun melakukan demo. Seperti biasa, cerita ini bukan untuk konsumsi anak-anak atau orang dewasa yang belum matang pemikiran dan diragukan kebijakannya dalam memba...