Hari ini meeting dengan Mr. Gillard berjalan sangat lancar. Tepat jam sebelas siang kami keluar dari ruang meeting dengan nafas lega.
Aku bergegas menuju lift saat menerima kode dari Rose. Rencananya Darrell akan mengajak kami ke Sea Life Sydney Aquarium.
Baru saja aku menekan tombol lantai dimana aku dan Dominic menginap, tiba-tiba pintu lift di tahan seseorang.Dominic tampak tersenyum padaku, lalu menyelinap masuk. Ia menubrukku, mendorongku ke dinding tepat ketika pintu lift tertutup. Aku gelagapan menerima serbuan bibirnya.
"Kita bisa meneruskan pagi kita yang tertunda, Frey sayang," gumamnya serak di telingaku.
Astaga! Wajahku terasa panas. Pagi tadi kami nyaris mengulang malam liar kami di depan pintu kamar mandi jika ponsel Dominic tidak berteriak-teriak nyaring, memberitahukan bahwa pertemuan dengan Mr. Gillard dimajukan menjadi jam delapan pagi.
Aku mendorong pelan dadanya bersamaan pintu lift terbuka. Aku berjalan cepat sepanjang lorong hingga Dominic meraih tanganku dan kami berjalan dengan bergandengan tangan.
Tidak! Lebih tepatnya Dominic menyeretku berjalan lebih cepat hingga aku tersaruk mengikutinya."Dom, aku-" Dominic meraihku cepat, melabuhkan ciuman kasar sambil sebelah tangannya menggesekkan kartu untuk membuka kamar.
Ia mendorongku masuk dan mendesakku ke balik pintu dan menghujaniku dengan bibirnya."Aku menginginkanmu, Frey," bisiknya dengan nafas menderu. Ia melepas jas dan melemparkannya.
Kudorong tubuhnya, menahan untuk tidak menyerbuku terus menerus. Aku sangat menyadari respon diriku terhadap sentuhannya.
"Dom, hentikan! Please! Dengarkan aku!"
Dominic menjauh hanya beberapa jengkal.
"Ada apa?" tanyanya kesal merasa aku menghalangi niatnya.
"Aku minta ijin untuk keluar bersama Rose. Kami sudah berjanji akan keluar bersama," ujarku menekan dadanya yang masih saja hendak merangsek maju.
"Kemana?"
"Sydney Aquarium," sahutku berharap ia mengabulkannya.
"Aku bisa membawamu ke sana."
"Tidak perlu. Darrell sudah berjanji akan membawa kami ke sana," aku mengatupkan bibir ketika melihat sorot marah di mata Dominic.
"Batalkan! Aku tidak suka!"
"Kami akan pergi bertiga. Aku tidak menawarimu ikut," ujarku kesal.
"Batalkan sekarang!" ia menggeram. Tangannya yang berada di pinggangku merambat meremas dadaku. Aku terengah.
"Tidak!"
"Batalkan, Freyssa!" Remasannya makin kuat. Tanganku hanya bisa meremas kemejanya.
Aku menggeleng, menggigit bibir bawahku merasakan nyeri dan nikmat yang datang bersamaan.
"Aku atau kamu yang membatalkan?" desis Dominic. Jemarinya merayap menyelinap masuk ke balik rok pendekku.
"Ti-dak Dommm.... aku...Aakhh..." aku memekik ketika ia menusukkan satu jarinya ke dalamku.
"Batalkan, Frey!"
Dominic melepaskan dadaku dan merogoh kantong kemeja-nya, mengulurkan ponselnya padaku, sementara jemarinya masih berada di sana.
"Batalkan!"
Aku menjerit saat Dominic menusuk lebih dalam.
Dengan gemetar aku mencari di daftar kontak nama Rose menekan ikon hijau, menempelkan ponsel itu ke telingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Boss Arms
RomanceGak suka? Jangan baca! Khusus yang sudah berusia 21 keatas. Dilarang ngeyel, protes ataupun melakukan demo. Seperti biasa, cerita ini bukan untuk konsumsi anak-anak atau orang dewasa yang belum matang pemikiran dan diragukan kebijakannya dalam memba...