16

118K 4.9K 292
                                    

Mataku membelalak melihat apa yang dilakukan Dominic saat ini. Sambil memandang intens padaku, ia membuka jas dan kemejanya. Dengan cepat ia menelanjangi dirinya sendiri, lalu merangkak naik, meraih pinggiran hipster-ku.

"Jangan Dom!" kugelengkan kepalaku sambil merapatkan kakiku, menolak saat ia mulai menurunkannya.

"Aku mau kamu, Frey! Buktikan kalau kau sudah tidak punya perasaan apapun dengan mantan brengsekmu itu!" Dominic membentak dan memaksa menurunkan hipster-ku dengan paksa.

"Aku memang sudah tidak punya perasaan apapun pada Andrew, Dom! Please, jangan seperti ini. Lepaskan aku!"

"Lihat, kamu masih menyebutkan namanya dengan gemetar. Kamu masih menginginkannya?"

Astaga! Suaraku bergetar karena aku takut padanya. Dominic selalu tidak terduga. Dan aku takut ia berlaku kasar padaku. Aku memekik terkesiap ketika Dominic menyambar bibirku disertai remasan kuat di dadaku. Sakit!

"Jangan Dom! Kau akan memperkosaku?" teriakku panik.

Dominck terbahak. Kepalanya terdongak ke atas.

"Tidak ada kata perkosaan ketika suami meminta haknya pada istrinya, Frey! Kita bercinta!" gerungnya marah.

Bibirnya mulai menghisap rahangku, menyusuri setiap jengkal tubuhku. Tubuh besarnya menindihku.

Aku hanya bisa menggeleng dan bergerak-gerak gelisah dan panik. Kujejak-jejakkan kedua kakiku sambil memohon agar ia melepaskanku.

Dominic menggeram makin kesal.

"HENTIKAN, FREY! Atau aku harus mengikat kakimu juga?" bentaknya keras.

Dominic membenarkan posisiku, lalu kembali menindih dan menyentuhku. Menyusurkan tangannya ke perutku, mengusap turun dan memainkan jarinya pada intiku.

Aku memejamkan mata. Percikan hasrat itu kini muncul lagi dan membuncah begitu saja. Mati-matian aku menahan erangan yang sudah mencapai tenggorokanku. Tidak! Dominic sudah menuduhku sementara ia terus membela diri tentang hubungannya dengan Irish.

Dominic merangkul kedua pahaku, menekuk kakiku dan membenamkan wajahnya. Aku tersengal. Bibir dan lidahnya sangat ahli menjelajah dan membuatku terbakar.

.

.

🌷🌷🌷

.

.

Dominic menyugar rambutnya. Wajahnya tampak keruh. Aku tidak percaya dia melakukan itu padaku.

"Maaf," bisiknya merangkumku dalam pelukannya.

Aku meronta dengan sisa kekuatan yang ada, namun Dominic tidak melepaskanku. Sekarang aku hanya bisa memukuli dadanya tanpa tenaga

"Jangan menangis," Dominic mengecup keningku berkali-kali.

Aku hanya diam dan masih terisak.

"Jangan bertemu dengannya lagi, Frey. Please, aku tidak akan bisa menahan cemburu," katanya lagi dengan lirih.

Aku mengerjap, mengusir genangan air mata di mataku.

"Bagaimana denganmu? Kau masih menemuinya," suaraku tercekat.

"Dia hanya rekan kerjaku, Frey. Kami hanya membicarakan urusan bisnis."

"Sambil makan siang berdua? How sweet!" desisku sengit. Ingin sekali meluapkan kemarahanku dengan berteriak, tapi sepertinya aku masih terlalu lelah.

"I love you, Frey," Dominic mengecup puncak kepalaku, membawaku semakin menempel erat padanya.

"Benarkah? Jangan mengucapkan kalimat itu jika hanya sekedar untuk menutupi semuanya, Dom."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In My Boss ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang