4. Die

4.6K 409 69
                                    

Kalian tahu rasanya mati?

Mungkinkah berwarna putih bersih dengan cahaya terang yang menyenangkan? Dentingan lagu Sorga yang menawan dan perasaan berbunga yang membahagiakan? Atau ....

Sebuah kegelapan hitam kelam, dengan jeritan terdengar dimana-mana dan hawa panas bagaikan dibakar di atas tumpukan jerami yang akan menghanguskan tubuhmu seketika itu juga?

Entahlah. Entah mengapa aku memikirkannya. Walau ini bukanlah akhir dari nerakaku.

DOR!

Suara pistol mengarungi telingaku. Mungkin ini sudah giliranku menghadapi kematian yang ditakuti orang-orang. Mungkin ini adalah akhirnya. Akhir dari seorang Jea yang menjadi bayang-bayang Taehyung yang begitu mulia. Mungkin begini.

"Jea bangun."

Aku terkejut ketika suara berat Taehyunglah yang menggema setelah kupikir tubuhku atau dadaku akan tertembus timah panas yang ditembak oleh lelaki tadi. Kedua mataku terbuka perlahan, merasakan pedaran cahaya yang mulai membiasi mataku yang basah. Dan hal pertama kali kulihat adalah wajah penuh darah dengan dahi bolong yang entah pelurunya berada dimana. 

Darah mengucur dari kepalanya membasahi pakaianku yang berwarna putih. Tanganku gemetar sambil mencoba menyadari bahwa ini semua adalah kenyataan. Tak bisa kupungkiri saat ini rasa mual merasuki diri dan bau darah menghunus hidungku dengan tak kenal ampun. 

"Bangun."

Lagi, aku tersadar dan mendongak ke atas. Tepatnya ke arah Taehyung yang masih memegang senapannya di tangan kiri. Ia mengulurkan tangan kanannya yang kemudian kuraih dengan agak ragu. "Kau takut?" tanyanya ambigu.

Pertanyaan yang sangat gila. Bagi orang normal sepertiku, tentu saja ini hal yang sangat menakutkan. Melihat orang mati di hadapanku sendiri, dengan darah mengucur dan ... dan ... orang yang menembaknya adalah orang yang paling kucintai hanya demi menyelamatkanku. Ini gila. Ini gila Taehyung.

"Bukan salahmu. Salahnya sendiri dengan bodohnya tidak mengikuti peraturanku." Taehyung memeluk tubuhku yang masih gemetar sedangkan dirinya masih dengan tenang mencoba mencari dompet yang dimiliki mayat tadi. "Jangan gemetar. Aku kesusahan membawamu nanti."

Lidahku kelu. Aku pikir, semua ini hanyalah permainan. Aku pikir, Taehyung tak akan berbuat senekat ini. Aku pikir, Taehyung tidak segila ini. "Tenang saja Jea. Tak akan ada yang tahu soal ini asalkan tubuhnya utuh."

Masih kelu. Aku tak bisa menjawab barang setitikpun apa yang Taehyung utarakan. Dalam kepalaku kini, hanya berputar soal darah, kepala, dan timah panas. Tidak. Sepertinya aku mulai gila.

"Jea!! Hey!! Jea!!"

"ARRGGGGHHHHHHHHHH!!!!!"

*** 

*AUTHOR POV*

Pintu terbuka dengan terburu-buru, dengan cekatan Taehyung menaruh tubuh Jea yang lemas ke atas kasur dan menyelimutinya. Masih dengan tenang, ia melihat ke arah seorang lelaki yang masih melihati PC di hadapannya dengan tatapan senang. Taehyung menghampirinya kemudian menyentuh  pundaknya pelan.

"Oh, James. Giliranmu sudah tiba ya," kata Taehyung datar.

"Tidak mungkin aku melewatkan kesenangan seperti ini bukan?" balas James sambil tertawa aneh dengan giginya yang hampir seluruhnya ia perlihatkan. 

"Baguslah. Aku memang sedang membutuhkan dirimu. Ambil senjatamu, kita mulai berburu. Kali ini, jangan lupa kunci pintu kamar ini."

Setelah mengatakannya, Taehyung berjalan menjauh dari kamar, sedangkan itu. Lelaki yang menamai dirinya James saat ini sedang meracau sendiri sambil mengunci pintu tersebut dan menjauh juga dari kamar yang ditempati Jea saat ini.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang