6. Revealed the Demons

2.4K 222 58
                                    

Harusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan bagi Jaera. Ya, harusnya begitu.

Harusnya ... ia tetap berada di sekolah, tak perlu susah payah meminta Taeyong membawanya jalan-jalan, atau suruh saja Taeyong langsung mengantarnya menggunakan bus umum. Karena dengan begitu, ia tak akan pernah menemui iblis bernama Hwang Hyunjin.

Taeyong menyuruhnya menunggu sudah sekitar 5 menit yang lalu karena lelaki itu harus mengambil kunci mobilnya yang tertinggal di kelas. Melihat ke kanan, ke kiri, kini netranya berakhir melihat pemandangan yang sampai mati pun ia tak akan pernah mau lihat. Ya, sosok Hyunjin yang menyeringai padanya.

Jemarinya bergemetar, mengingat setiap scene demi scene mengalir secara alami di bagian otak kecilnya yang mengingat segala hal soal malam itu. Bibirnya mendadak pucat pasi ketika lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya, dan dalam beberapa langkah sudah berada tepat di hadapannya, di depan wajahnya.

"Sudah mau pergi?"

Suaranya yang menyeramkan membuat seluruh bulu kuduk Jaera merinding. Jika Jaera tak menyender di tembok parkiran belakangnya, sudah pasti ia akan terjatuh lemas karena kakinya yang mendadak seperti terkena lumpuh. "Kau tahu, aku punya sesuatu yang menarik."

Hyunjin menarik dagu Jaera ke atas, berusaha menarik perhatian gadis yang terlihat ketakutan setengah mati padanya. "Lihat," bisiknya dengan lembut namun menitah.

Berdasarkan reflek bertahan hidupnya, gadis itu pada akhirnya melihat ke arah wajah Hyunjin yang kini terlihat kesenangan. Jantung gadis itu hampir meledak dari peradabannya ketika melihat sebuah foto dari telepon genggam yang Hyunjin pegang darinya.

"I-itu ... sejak kapan-ka-kau-"

"Itu tak penting, hahaha."

Hampir sekali lagi mata Jaera keluar dari tempatnya. Di dalam foto itu, ada dirinya. Berlumuran darah, tersayat-sayat sambil tersenyum sakau. Kepala Jaera terus menerus berpikir soal 'Kapan foto itu diambil?' atau 'Aku tak ingat apapun soal itu selain rasa sakit yang kurasakan setelah malam itu.'

"Datanglah besok jam 7 malam ke alamat itu."

Hyunjin menunjuk saku Jaera dan Jaera pun terkejut karena menemukan secarik kertas berisikan sebuah alamat club. Sejak kapan Hyunjin menaruhnya?

"Gila! A-aku tidak ma-"

"1 menit saja kau belum datang, akan kusebar ke seluruh sekolah foto ini. Ah dan satu lagi, jangan mengadu pada pacar kolotmu itu. Tidak seru!"

Mati.

Ini ancaman yang benar-benar gila.

Setelah mengatakan hal tersebut, Hyunjin berlalu pergi membuat kaki Jaera kali ini benar-benar lemas hingga terjatuh ke atas tanah.

Tak beberapa lama, Taeyong datang dan terkejut melihat Jaera yang telah terjatuh di tanah. "Astaga, apa yang terjadi padamu? Kau baik-baik saja?"

"K-Kak, bunuh aku saja, please."

***

Suasana cafetaria masih ramai meski jam pulang sekolah telah berdenting lama. Tapi sebetulnya, cafetaria itu ramai hanya di salah satu sisi, tepatnya di sebuah meja yang di kursinya sedang duduk seorang lelaki dengan jam mahal, juga jas-yang bukan jas sekolah-tersampir di bahu sambil menikmati satu cup bubble tea, dan membaca manga, Sehun.

Sudah hampir 30 menit ia dikerubungi oleh orang-orang yang mengaku sebagai 'fans'nya. Beberapa jepretan foto, juga permintaan aneh-aneh tak ia hiraukan. Lelaki itu bahkan sama sekali tak terganggu dalam kegiatan membacanya ketika teriakan para fans-nya memekakan telinga siapa saja yang mendengar. Ia hanya ... menunggu gadisnya yang bilang sedang mengerjakan piket hariannya di kelas dan akan menemuinya di cafetaria sepulang sekolah datang menemuinya.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang