21 - End of Scenario (2)

779 90 28
                                    

Seluruh pasukan Jaehyun yang menjaga gedung utama—yang tentunya hanya tersisa antek-antek rendahan saja—langsung lari tunggang langgang ketika pasukan Jungkook datang menyergap. Oh tak lupa, Jaehyun yang tangannya diikat ke belakang juga hadir bersama mereka, terjatuh lemah sampai lututnya yang biasanya kuat dan tegar menubruk kerasnya lantai marmer. Hanya bisa diam pasrah saat melihat teman-temannya—atau suruhannya—dipukuli karena melawan. "Dalam 5 menit, aku ingin semua tawanan sudah kalian bebaskan dan kalian semua berkumpul di hadapanku," teriak Jungkook yang terdengar sampai ke seluruh bagian gedung.

Ketar-ketir, beberapa langsung bereaksi dan menurut, beberapa ada yang sok ingin menjadi pahlawan dengan menolak dan akan datang menghajar Jungkook kalau saja satu peluru tak mengenai pundaknya dan membuatnya berteriak kesakitan.  "Ups, maaf pistolku tersenggol," kata Eunwoo. "Mungkin lain kali, aku akan membidik jantungmu," lanjutnya lagi sambil tersenyum.

Sontak, sisa orang yang—hampir—ingin memberontak langsung mengikuti suruhan Jungkook. Satu persatu, semua dibebaskan. Taehyung, Taeyong, Jea, Namjoon, dan lain-lain. Kondisi Jea dan Namjoon paling memprihatinkan karena mereka hampir mati dehidrasi. "Evakuasi yang sakit," kata Jungkook lagi. Beberapa dari mereka memang membawa obat-obatan kalau diperlukan. Dan nyatanya dalam perang manapun, sesuatu seperti itu memang yang paling dibutuhkan.

Jaera, gadis yang sejak tadi masih takut untuk mendekat ke kerumunan, ketika melihat Taeyong dan wajahnya yang babak belur, gadis itu langsung berlari menghampirinya dan lompat ke dalam pelukannya. "Tolol. Idiot! Kaubiarkan aku pulang dan selamat sedangkan kau datang ke sarang setan dan terluka, Kak? Idiot!" kata Jaera. Gadis itu berkali-kali memukul dada Taeyong, dan lelaki itu hanya bisa menerima pukulannya dengan lapang dada karena memikirkan betapa putus asa dan khawatirnya Jaera saat menantinya, terlebih dengan deep thinknya Jaera. Pasti gadis itu memikirkan apakah ia masih hidup atau tidak selama ia disekap.

"Maaf," jawab Taeyong meski sama sekali tak berharap dimaafkan. Ia hanya bisa memeluk Jaera dengan erat. Berharap kehangatan peluknya dapat menyatukan hatinya yang rapuh.

Lalu Suara Taehyung membuat fokus semua orang di gedung pecah. "Cek seluruh kamera CCTV. Ambil semua card nya. Biarkan Jea bersamaku," titahnya. 

Salah satu tangannya sibuk memegangi perutnya yang sakit. Mungkin lebam karena ia dipukuli habis-habisan disuruh mengaku di depan kamera, tapi walaupun begitu, ia masih berusaha memapah Jea yang benar-benar lemas seperti orang yang hampir akan mati. "Jea, kau dengar aku? Jangan mati tanpa kehendakku."

Dengan sisa-sisa kewarasannya, Jea hampir tak mendengar suara Taehyung, namun lengan hangatnya yang merangkul pundak serta tubuhnya bisa ia kenali dengan cepat. Bagaimana tidak? Tangan itu satu-satunya tangan yang pernah menyentuh seluruh tubuhnya. Samar pula gadis itu melihat wajah tampan Taehyung yang lebam. Ia tersenyum. 

"Bagus. Itu baru gadisku."

***

Di sudut rumah Taehyung, ada satu kamar yang isi kamarnya hanya berwarna putih. Tak ada kamar mandi. Tak ada tempat tidur, tak ada jendela. Hanya ada satu meja plastik yang juga berwarna putih yang semua sudutnya tumpul. Ditambah lagi ruangan itu kedap suara, dan di tempat itulah Jaehyun mendapatkan siksaan batin luar biasa. 

Jiwanya terguncang karena matanya hampir tak bisa membedakan apapun. Berteriak pun percuma karena hanya ia yang bisa mendengarnya. Ia juga ditelanjangi dan hanya memakai pakaian putih membuat ia hampir menggila karena penyiksaan visual yang memengaruhi otaknya. 

Tak tahu sudah berapa lama ia dikurung

Tak tahu bagaimana kabar keluarganya

Tak tahu bagaimana nasib orang-orang yang tertangkap oleh kawanan Taehyung saat itu.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang