15. Spy

1.2K 112 31
                                    

Orang-orang bilang aku orang yang sulit bersosialisasi. Orangtuaku bahkan mengakuinya. Itu benar karena aku sendiri merasakannya begitu. Pekerjaanku di rumah hanya membaca buku sambil mendengarkan musik yang keras. Aku lebih memilih menghabiskan waktu di kamar seharian saat liburan dibandingkan remaja lelaki lain yang lebih menyukai bermain game atau bahkan pergi bersama teman-teman mereka. Aku aneh. Ya, memang begitu adanya.

Tapi Si Aneh ini memiliki teman. Atau bisa dibilang ... satu-satunya teman? Dia satu-satunya orang yang selalu mendekat ketika aku berusaha menjauh sejauh mungkin. Dia satu-satunya orang yang menepuk pundakku ketika aku terpuruk. Dia satu-satunya orang yang selalu berada di sisiku, bahkan ketika duniaku jatuh dan jungkir balik di hadapanku. Dia, Yugyeom.

Yugyeom dan aku berteman sejak SMP. Ya, syukurnya kami selalu satu sekolah. Bagaikan lem perangko, kami selalu melakukan hal-hal bersama-sama.

Yugyeom lah orang pertama yang mengajakku pergi main keluar di hari minggu. Dan terkadang ia menemaniku membaca buku ke perpustakaan dan menawari CD baru dari band kesukaan kami.

Pada awalnya, semua baik-baik saja. Ya. Berjalan dengan sangat baik. Kami masuk ke SMA yang sama. Bahkan berada di satu kelas yang sama. Malam itu, tiba-tiba Yugyeom mendatangiku dengan semangat. "Siap-siap! Kita akan berangkat ke pesta! Yuhuuuu!"

"Katanya mau main game di rumahmu?" tanyaku bingung.

"Yang ini lebih seru! Ayolah. Kapan lagi kita bisa ke pesta keren? Masa kita sudah SMA jadi nerds terus?"

"Rasanya aku tidak enak badan."

"Kudengar di sana banyak kamar. Kalau kau merasa tidak enak badan, kau tidur saja di kamar. Lalu besok paginya aku akan membangunkanmu."

"Kau serius mau pergi? Pesta siapa sih?"

"Orang-orang memanggilnya V. Aku juga tidak tahu siapa. Hanya dapat undangannya lewat broadcast rahasia.

"Ayolah ikut. Sekali saja," lanjutnya dengan nada memelas. Wajah yang sangat menginginkan untuk pergi ke pesta. Pesta sialan yang membuatku kehilangan sahabatku.

"Oke."

Aku menyesal mengatakannya.

***

"Kurasa pesta ini tidak baik," tegurku pada Yugyeom yang masih asik meminum alkohol yang disediakan di meja panjang parasmanan di ballroom. Suara dentuman musik sudah berhenti beberapa menit yang lalu karena tiba-tiba seorang lelaki naik ke atas podium dan semua orang tampak menghormatinya. Kalau kutebak, dia pasti orang yang dipanggil V.

"Hahaha, gila asik banget! Untung kita datang kesini," bisik Yugyeom yang sudah teler. Aku sendiri sejak tadi hanya menyesap sedikit alkohol dan karena rasanya yang pahit, aku berhenti meminumnya.

Cukup lama orang yang bernama V itu berpidato di atas podium. Dan setelah itu Yugyeom dan orang-orang lain sibuk memilih senapan yang berada di dalam box yang disediakan di dekat podium. Sial. Aku tak bisa menghentikan Yugyeom yang telah asik dengan dunianya. Lelaki itu kini telah berada di depanku sambil memberikan satu senapan untukku. "Apa ini?"

"Senapan mainan. Asik banget kan? Kapan lagi kita main pointblank asli? Haha."

"Gila. Aku tak mau main," keluhku. Aku membuang senapan itu dan mulai meninggalkan Yugyeom.

"Jangan menyesal ya karena tidak ikut main!" teriaknya saat orang-orang mulai berlalu lalang kabur ke luar taman. Aku sempat berbalik untuk menatap wajah terakhir Yugyeom ketika tertawa. Lalu aku mencari kamar kosong lalu menguncinya sambil menenangkan diri mendengarkan lantunan musik dari ponselku.

Ya, benar. Aku menyesal Yugyeom-ah. Harusnya kupaksa kau untuk berhenti bermain dan pulang saja.

***

Yugyeom memang yatim piatu. Ia tinggal bersama orangtua angkatnya yang tak peduli amat padanya. Yugyeom diangkat hanya untuk pancingan agar ibu angkat Yugyeom bisa hamil. Dan memang benar, setelah itu ibu angkat Yugyeom hamil dan mereka benar-benar melupakan kehadiran Yugyeom.

Terkadang memang Yugyeom bermain dengan anak lain. Tapi pergaulannya itu tidak baik. Mabuklah, merokoklah, karena itu orangtua angkat Yugyeom semakin menjauhi Yugyeom. Aku sudah menyuruhnya untuk pindah ke rumahku saja, tapi ia memilih tetap berada di sana karena ingin melindungi adik angkatnya. Memang otak bebal. Adik angkatnya bahkan tidak memiliki hubungan darah apapun dengannya.

Sudah hampir tiga jam aku berada di kamar. Kamar orang asing yang tentu saja membuatku merasa sangat tidak nyaman. Kuputuskan untuk mencari Yugyeom saja untuk mengajaknya pulang. Tak perlu menunggu matahari bangkit. Toh aku membawa mobil orangtuaku, jadi kami bisa pulang kapan saja.

Kubuka perlahan pintu kamar. Tak ada suara bising seperti yang kuingat sebelumnya, malah aku mencium bau anyir yang sangat aneh dan tidak biasa. Kulangkahkan kakiku untuk mencari Yugyeom.

Tubuhku hampir terjerembap ke belakang saat melihat tubuh penuh darah berada di atas porselen yang putih. Tidak hanya satu. Aku melihat hampir 6 tubuh berada di depanku.

Rasa panik membuncah ruah. Aku kehilangan kendali atas rasa sabar yang kemudian membuatku kesetanan mencari-cari keberadaan Yugyeom. Tapi ... tentu saja aku yang bodoh dan tolol ini akhirnya menemukan Yugyeom. Dalam keadaan tak bernapas apalagi bernyawa. Memegang senapan dengan mata membelalak. Dan dada kiri yang berdarah-darah akibat letusan senapan angin yang membolonginya. "Gyeom-ah! Bangun! Tidak lucu."

"Gyeom! Akan kutinggal kalau kau tidak bangun."

Haha. Rasanya aku tolol sekali karena berharap Yugyeom masih hidup setelah tubuhnya mulai kaku begitu. "ADA SATU YANG HIDUP DI SINI!" teriak seseorang dari belakangku. Aku menengok ke belakang dan orang itu menarikku untuk berdiri sambil menyelamatiku.

Apa? Dia gila? Aku kehilangan temanku dan mereka mengatakan aku resmi menjadi anggota perkumpulan?

"Selamat!"

°p s°

"Selamat! Akhirnya kau naik level!"

June menepuk pundak seseorang yang tampaknya sejak tadi melamun. Lelaki itu mengangguk tanpa lagi berniat menjawab ocehan June tentang ini dan itu. Sejak tadi, ia malah memerhatikan Taehyung dan Jea yang sedang berdebat tak jauh di depannya. Memikirkan bagaimana caranya ia mengungkapkan tentang kebiadaban perkumpulan ini ke dunia.

"Hey, kau satu level denganku sekarang, Jaehyun." Hyunjin datang sambil menepuk pundak lelaki tadi.

Ya, Jaehyun. Jung Jaehyun. Lelaki itu hanya menampakkan wajah datarnya ketika semua orang menyelamatinya. Sama seperti saat malam kelam itu. Dimana ia diselamati saat sahabat satu-satunya terbujur kaku di hadapannya.

To be continued

Kalian tak dapat menebakkah kalau orang itu adalah Jaehyun? Coba yang dulu udah nebak kalo orang itu adalah Jaehyun angkatt jempol kakinya.

Maaf ya flashback bagian jaehyun dulu soalnya ini bagian penting di ceritanya.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang