8. Revealed the Demons.3

2K 175 50
                                    

Ketika mata terbuka, Lian dapat melihat dinding berwarna putih bersih, beserta sebuah lukisan topeng tersenyum dan topeng tanpa ekspresi menghiasi sebuah kamar yang tak ia kenali. Bau parfum woods yang menenangkan, membuat pikirannya tenang, dan baru bisa berpikir jernih saat melihat satu figura lain berada di samping lukisan tersebut, Sehun! 

Entah sudah berapa lama ia tertidur di kasur ini, tangannya terasa lemas, begitu pula kakinya. Seakan-akan anggota tubuhnya remuk, dipukuli benda tumpul, dan demi tuhan Lian tak bisa mengangkat kedua lengannya sama sekali.

Mari kita ingat-ingat hal terakhir yang Lian lihat. Pertama, apartemen Sehun. Oke, itu benar. Ia memang berniat menjenguk kekasihnya itu karena sudah hampir dua hari lelaki itu tak bisa dihubungi. Kedua, ia melihat salah satu kamar Sehun mengeluarkan asap!

Mata Lian langsung terbuka lebar, merasa panik karena membuka ingatannya soal kejadian sebelum ia pingsan, namun panik itu hilang ketika ia ingat kalau Sehun keluar dari asap itu, dengan dandanan serba hitam, dan kemudian lelaki itu bertengkar sendirian memperebutkan dirinya, lalu ia pingsan. Ia juga mendengar samar-samar soal 'James' yang diucapkan Sehun dalam mimpinya.

Pintu terbuka, batang hidung Sehun terlihat dari balik pintu. Dengan mata bersalah, lelaki itu masuk sambil menunduk, membawa nampan berisi makanan dan segelas air. Sehun lalu menaruh nampan tersebut di atas meja nakas dan duduk di samping Lian yang kebingungan.

"Kau ... siapa?" tanya gadis itu ragu.

Hati siapa yang tak akan hancur mendengar kekasihnya sendiri bertanya soal identitas dirinya yang rancu? Ya. Sehun hancur.

Padahal, Sehun tahu bahwa hal ini cepat atau lambat akan terjadi. Lian akan tahu soal dirinya—dan dirinya yang lain—dalam kurun waktu yang tidak lama. Dan Sehun menyesal karena membiarkan para bajingan dalam dirinya mengenali Lian sama seperti dirinya.

"Maaf karena aku lemah. Aku memang bodoh."

Sehun menampar dirinya sendiri di hadapan Lian yang matanya mulai berkaca-kaca. Lupakan soal adegan mellow yang biasa Lian lihat di televisi. Kali ini ia merasakannya sendiri. Rasa sakit, rasa marah, rasa kecewa, dan rasa sedih serta kasihan yang beradu di dalam benaknya. Jadi ... semua karakter itu adalah Sehun? Semuanya?

"Berhenti menyalahkan diri, Oppa. Bagian man—awh." Lian berusaha bangkit dengan lengannya yang kemudian langsung dibantu oleh Sehun.

Sehun menatap tajam lengan membiru Lian yang ia pegang itu. Lian yang sadar langsung menutupi lengannya dengan selimut sambil tersenyum semanis mungkin. "Aku baik-baik saja."

"Aku akan membunuh James."

"James?"

"Ya, James. Dia pasti yang membuatmu terluka hingga begini. Ia terlalu pintar. Aku tak bisa meraihnya. Ia bahkan menutupi ingatannya agar tak bisa kususupi. Untung Reina dan Gwen memberi tahuku."

"Hah?" Lian berujar dengan kebingungan, namun satu kata itu berhasil membuat Sehun tiba-tiba kalut. Lelaki itu menarik selimut Lian, menutupi kepalanya sendiri sambil tak membiarkan udara masuk ke dalam selimut dirinya. Lian yang panik, mencoba melepaskan selimut itu namun hasilnya nihil. Kekuatannya tak dapat ia tandingi. "Oppa! Oppa ada apa? Lepaskan! Kau bisa mati!"

"BIARKAN SAJA! BIARKAN AKU MATI! AKU TAHU LIAN! AKU TAHU BAHWA KAU AKAN TAKUT PADA KAMI! JADI BIARKAN KAMI MATI DI HADAPANMU! BIARKAN!"

Deg.

Sekali lagi. Panik. Lian langsung mencari gunting di sekitar kamar Sehun, tepatnya di nakas dan beruntunglah dia menemukan banyak gunting di sana. Ia bergegas memotong dengan hati-hati selimut yang digunakan Sehun untuk menahan napasnya sendiri.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang