14. Jealousy

1.3K 122 50
                                    

Sudah hampir 5 menit tangan Jaera gemetar, tak dapat menghentikan refleks tubuhnya ketika mendapati jiwa dan pikirannya tidak menyatu. Auranya diselimuti kalbu—tak tertebak—dengan mata yang terus terfokus ke arah dashboard tertutup—Taeyong pernah bercanda soal ia yang menyembunyikan senjata api di sana—meski sejak tadi mobil Taeyong telah sampai di tempat parkir mobil sekolah. 

Sudah hampir 5 menit pula Taeyong menunggu Jaera menyelesaikan reaksinya yang memang ia tunggu. Taeyong tahu betul. Gadis itu sedang berusaha sangat keras menyangkal apa yang barusan ia katakan. Demi cinta? Bullshit! Taeyong tahu betul bahwa Jaera memang menyukainya, tapi cinta tak dapat mengalahkan rasa sakit saat dirimu disayat-sayat. Karena itulah Taeyong berani mengatakan bahwa Jaera memanglah salah satu dari mereka. Bahkan melebihi Jea.

Sebetulnya, Taeyong memiliki mata elang. Informan terhebat yang pernah Taehyung miliki. Berkat matanya yang sangat lihai menilai orang, Taehyung mendapat 'orang-orang'-nya dengan begitu mudah. Karena apa? Karena mereka memiliki misi yang sama!

Taeyong benci sekolah.

Yeah, and thanks to his old friends in elementary school. Merekalah yang membuat Taeyong sebegini bencinya. Pembullyan tiada henti, mencemooh bahkan memukuli tubuh ringkihnya, mencacimaki atas nama ibunya, dan bahkan sampai membakar buku sekolahnya. Dan, pelakunya hanyalah seorang berandalan kecil anak preman terkenal di kampungnya?

Sungguh sebuah penghinaan paling menyedihkan yang pernah Taeyong rasakan. Karena itu Taeyong benci sekolah. Karena itu Taeyong benci orang-orang yang hanya menggunakan otot, dan bukannya otak untuk menyelesaikan masalah. Karena itu misinya masuk ke dalam organisasi Taehyung adalah untuk membasmi manusia tidak berguna seperti para begundal sialan yang menganggunya kala itu.

Kenangan menyakitkan tentang masa kecilnya perlahan mencair begitu saja ketika jemari Jaera akhirnya mengenggamnya. "Ayo ke kelas Kak?"

Taeyong sempat termenung sebentar menatap perangai Jaera yang sudah santai, seakan-akan gemetar hebatnya yang tadi tak pernah sama sekali terjadi. Seolah-olah, Jaera tak pernah mendengar perkataan Taeyong dan keheningan yang mereka buat lima menit yang lalu bukanlah apa-apa. Hebat! Jaera memang benar-benar orang yang seperti Taeyong pikirkan.

"Ayo," jawabnya sambil tersenyum.

***

Sudah 8 jam 3 menit Jea masih tidak menyangka ia melakukan refleks mundur ketika Taehyung berusaha mendekatinya. Instingkah? Jadi maksudnya Jea saat ini menjadi benar-benar takut pada Taehyung? Tapi, mengapa baru sekarang? Sejak dulu, bahkan sejak kecil, Jea tahu ada yang tidak beres pada jiwa Taehyung. Aksinya saat membunuh kucing yang tertabrak mobil. Kala ia menunjukkan wajah datar tiap kali mereka menonton film gore—Jea sendiri hampir muntah saat menontonnya. Masih banyak hal lainnya, tapi saat itu Jea malah merasa bahwa dirinya dan Taehyung adalah satu paket lengkap! Bagai nasi dan lauk, perangko dan surat, sushi dan wasabi, mereka benar-benar cocok dan sempurna.

Tapi sekali lagi.

Kenapa baru sekarang?

"Jea, Taehyung sudah jemput."

Suara Bunda Jea terdengar nyaring karena memang pintu kamar Jea terbuat dari bahan kayu tipis. Mungkin Bunda pikir Jea masih bersiap-siap, padahal tidak. Sejak tadi Jea sudah rapih, namun hanya duduk di atas kasur empuknya, dan mulai melamun lagi soal ... Taehyung.

"Jea, buka pintu."

Suara berat dan dingin menyapu telinga Jea dan seketika itu juga bulu-bulu halus di sekujur tenguk serta lengan Jea berdiri. Jantungnya bagai ditekuk dan ditekan dengan jarak waktu sepersekian detik hingga membuat deru napasnya memburu—sangat aneh.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang